Para lansia dengan komorbid boleh disuntik vaksin COVID-19
Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan para lansia termasuk kelompok usia yang perlu mendapatkan vaksin COVID-19 bahkan jika mereka memiliki penyakit komorbid.
"Banyak sekali hoaks yang kemudian membuat lansia berpikir komorbid tak bisa divaksin. Padahal, vaksin sudah dirancang untuk yang memiliki komorbid. Kita tahu vaksin ini ditujukan untuk virus penyebab COVID-19 dan virus ini berisiko dialami orang dengan komorbid," kata dia dalam diskusi interaktif virtual yang digelar KPC-PEN, Jumat.
Walau begitu, sama seperti dengan orang pada umumnya, sebelum disuntik, komorbid yang dialami lansia perlu dipastikan terkontrol.
Pada mereka dengan hipertensi misalnya, vaksin tetap bisa diberikan asalkan tekanan darahnya di bawah 180/110 MmHg dan pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan sebelum meja skrining.
Sementara bagi kelompok komorbid dengan diabetes, vaksinasi bisa diberikan sepanjang belum ada komplikasi akut dan kondisinya stabil.
"Kalau punya tekanan darah tinggi, di bawah 180, masih bisa disuntik, atau kalau punya penyakit jantung dia tidak sedang sesak, keringat dingin, tidak ada serangan maka vaksinasi tetap bisa diberikan," tutur Nadia.
Nadia mengingatkan pentingnya lansia bisa mendapatkan vaksin seiring sistem daya tahan tubuhnya yang tak sekuat dan secepat orang muda melawan virus, akibat penuaan. Belum lagi penyakit komorbid yang umum pada lansia.
"Sistem (imun) yang berproses lebih lambat (akan lebih lambat mengenali virus penyebab COVID-19), maka itu perlu adanya vaksinasi untuk membantu melatih sistem imun supaya lebih cepat, siap, tanggap, kalau nanti betul-betul terkena COVID-19," ujar Nadia.
Hal senada diungkapkan dokter yang juga Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Tingkat Pusat & Duta Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), dr. Reisa Broto Asmoro. Dia menuturkan, setiap orang tak hanya lansia perlu memahami kondisi dirinya. Saat kondisinya sehat, maka dia boleh-boleh saja divaksin.
Dari sisi efektivitas vaksin, dalam kesempatan itu, Direktur PT AstraZeneca Indonesia, Rizman Abudaeri, mengatakan merujuk data dari Skotlandia dan Inggris, vaksin AstraZeneca mampu mencegah rawat inap pada lansia dengan usia lebih dari 80 tahun dan komorbid sekitar 80 persen.
Temuan studi juga memperlihatkan, bahkan efek samping dosis kedua vaksin AstraZeneca pada lansia lebih ringan ketimbang saat suntikan pertama dengan efikasi yang baik.
Menurut dia, lansia sebaiknya tidak perlu takut disuntik vaksin mengingat manfaatnya untuk melindungi mereka dan masyarakat pada umumnya dari COVID-19.
"Banyak sekali hoaks yang kemudian membuat lansia berpikir komorbid tak bisa divaksin. Padahal, vaksin sudah dirancang untuk yang memiliki komorbid. Kita tahu vaksin ini ditujukan untuk virus penyebab COVID-19 dan virus ini berisiko dialami orang dengan komorbid," kata dia dalam diskusi interaktif virtual yang digelar KPC-PEN, Jumat.
Walau begitu, sama seperti dengan orang pada umumnya, sebelum disuntik, komorbid yang dialami lansia perlu dipastikan terkontrol.
Pada mereka dengan hipertensi misalnya, vaksin tetap bisa diberikan asalkan tekanan darahnya di bawah 180/110 MmHg dan pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan sebelum meja skrining.
Sementara bagi kelompok komorbid dengan diabetes, vaksinasi bisa diberikan sepanjang belum ada komplikasi akut dan kondisinya stabil.
"Kalau punya tekanan darah tinggi, di bawah 180, masih bisa disuntik, atau kalau punya penyakit jantung dia tidak sedang sesak, keringat dingin, tidak ada serangan maka vaksinasi tetap bisa diberikan," tutur Nadia.
Nadia mengingatkan pentingnya lansia bisa mendapatkan vaksin seiring sistem daya tahan tubuhnya yang tak sekuat dan secepat orang muda melawan virus, akibat penuaan. Belum lagi penyakit komorbid yang umum pada lansia.
"Sistem (imun) yang berproses lebih lambat (akan lebih lambat mengenali virus penyebab COVID-19), maka itu perlu adanya vaksinasi untuk membantu melatih sistem imun supaya lebih cepat, siap, tanggap, kalau nanti betul-betul terkena COVID-19," ujar Nadia.
Hal senada diungkapkan dokter yang juga Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Tingkat Pusat & Duta Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), dr. Reisa Broto Asmoro. Dia menuturkan, setiap orang tak hanya lansia perlu memahami kondisi dirinya. Saat kondisinya sehat, maka dia boleh-boleh saja divaksin.
Dari sisi efektivitas vaksin, dalam kesempatan itu, Direktur PT AstraZeneca Indonesia, Rizman Abudaeri, mengatakan merujuk data dari Skotlandia dan Inggris, vaksin AstraZeneca mampu mencegah rawat inap pada lansia dengan usia lebih dari 80 tahun dan komorbid sekitar 80 persen.
Temuan studi juga memperlihatkan, bahkan efek samping dosis kedua vaksin AstraZeneca pada lansia lebih ringan ketimbang saat suntikan pertama dengan efikasi yang baik.
Menurut dia, lansia sebaiknya tidak perlu takut disuntik vaksin mengingat manfaatnya untuk melindungi mereka dan masyarakat pada umumnya dari COVID-19.