Joe Biden: Para pembenci tak akan menang

id Joe Biden,Presiden AS,Kalteng, Gedung Putih,rasisme

Joe Biden: Para pembenci tak akan menang

Presiden AS Joe Biden menyampaikan sambutan dan menandatangani dokumen yang mendukung bergabungnya Finlandia dan Swedia ke NATO, di Ruang Timur Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, 9 Agustus 2022. (ANTARA/Reuters/Evelyn Hockstein/as)

Washington (ANTARA) - Presiden Amerika Serikat Joe Biden, selama pertemuan puncak di Gedung Putih pada Kamis (15/9), meminta orang Amerika untuk lantang menentang rasisme dan ekstremisme.

Biden juga mengatakan dia akan meminta Kongres untuk berbuat lebih banyak guna meminta pertanggungjawaban perusahaan media sosial yang menyebarkan kebencian.

"Kaum supremasi kulit putih tidak akan menang," kata Biden pada pertemuan puncak 'Bersatu Kita Berdiri', yang diikuti para pemimpin lokal dari dua parpol, para ahli, dan penyintas.

Biden mengatakan Amerika telah lama mengalami "serangkaian kebencian" terhadap kelompok minoritas, yang telah diberi "terlalu banyak oksigen" oleh politik dan media dalam beberapa tahun terakhir.

"Sangat penting bahwa kita terus berteriak," katanya. "Sangat penting bagi orang-orang untuk mengetahui bahwa membenci bukanlah watak kita."

Acara ini juga mengakui komunitas yang menderita serangan berbasis kebencian, termasuk penembakan massal di kelab malam gay di Orlando pada 2016 dan di supermarket Buffalo, New York, awal tahun ini, saat 10 orang kulit hitam ditembak mati oleh seorang yang mengaku rasis.

Kejahatan kebencian di Amerika Serikat mencapai level tertinggi pada 2020 dalam rentang 12 tahun, menurut data terakhir yang tersedia, kata FBI tahun lalu.

Pada pertemuan itu, Biden diperkenalkan oleh Susan Bro, ibu Heather Heyer, perempuan yang terbunuh saat rapat umum nasionalis kulit putih berlangsung pada Agustus 2017 di Charlottesville, Virginia.

"Pembunuhannya bergema di seluruh dunia, tetapi kebencian tidak dimulai atau berakhir di sana," kata Bro.

Para peserta memberi Biden tepuk tangan meriah ketika sang presiden mengatakan dia ingin Kongres "meminta pertanggungjawaban perusahaan media sosial yang menyebarkan kebencian".

"Saya menyerukan Kongres untuk menyingkirkan kekebalan khusus bagi perusahaan media sosial dan memberlakukan persyaratan transparansi yang lebih kuat pada semua perusahaan itu," kata Biden.

Acara Gedung Putih itu diselenggarakan hanya beberapa minggu setelah Biden memperingatkan dalam pidatonya di Philadelphia bahwa ekstremis Partai Republik adalah ancaman bagi demokrasi.

Biden pada Kamis menanggapi kritik bahwa pidato itu memecah belah.

"Diam adalah terlibat dalam kejahatan, kita tidak bisa tinggal diam," kata Biden. "Ada yang mengatakan kita mengungkit masalah kebencian ini, kita memecah-belah negara. Mengangkat masalah ini kita membungkam kebencian."

Biden mengumumkan seruan pengumpulan dana 1 miliar dolar AS ( Rp14,95 triliun) oleh para dermawan untuk membangun jembatan di antara orang Amerika dari berbagai latar belakang, serta sebuah inisiatif yang didukung oleh yayasan mantan Presiden Barack Obama, George W. Bush, Bill Clinton, dan Gerald Ford.

Beberapa perusahaan teknologi besar juga bergabung.

YouTube mengatakan sedang memperluas upayanya untuk memerangi ekstremisme kekerasan dengan menghapus konten yang mengagungkan tindakan kekerasan dengan tujuan menginspirasi orang lain untuk melakukan tindakan jahat, penggalangan dana, atau perekrutan.

Microsoft mengatakan sedang memperluas penggunaan kecerdasan buatan dan alat pembelajaran mesin untuk mendeteksi ancaman kekerasan yang kredibel, dan menggunakan gim untuk membangun empati.

Sumber: Reuters

Penerjemah: Mulyo Sunyoto