Dolar AS melorot di tengah hasil obligasi yang lebih rendah

id dolar ,amerika serikat,melorot,obligasi as

Dolar AS melorot di tengah hasil obligasi yang lebih rendah

Arsip foto - Uang kertas dolar AS terlihat dalam ilustrasi ini diambil 10 Maret 2023. ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/pri. (REUTERS/DADO RUVIC)

New York (ANTARA) - Dolar AS menukik terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), di tengah imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih rendah serta klaim pengangguran yang lebih tinggi dari perkiraan.


Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, mencapai level terendah harian 102,0910, turun dari 103,20 pada Kamis (15/6) pagi.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan kehilangan hampir 7 basis poin menjadi 3,723 persen pada Kamis (15/6), sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun mencatat penurunan ringan menjadi 4,65 persen.

Para analis mengatakan pasar tampaknya sebagian besar mengabaikan sinyal Fed dari Rabu (14/6) bahwa mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun ini.

Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan Kamis (15/6/2023) bahwa permohonan untuk klaim pengangguran mencapai 262.000 untuk pekan yang berakhir 10 Juni, lebih besar dari yang diperkirakan para analis. Klaim pengangguran yang berkelanjutan, yang mewakili jumlah orang yang sudah menerima tunjangan, berada di 1.775.000 selama pekan yang berakhir 3 Juni, juga meningkat 10.000 dari minggu sebelumnya.

Penjualan ritel meningkat 0,3 persen bulan ke bulan pada Mei setelah naik 0,4 persen pada April, menurut Departemen Perdagangan AS. Konsumen membelanjakan lebih banyak di sebagian besar kategori pengecer, termasuk toko grosir, furnitur, dan elektronik. Mereka menghabiskan lebih sedikit di SPBU, yang dapat mencerminkan penurunan harga di SPBU.

"Resesi akan tertunda selama konsumen terus berbelanja," kata Oren Klachkin, ekonom di Oxford Economics.

Didorong oleh data penjualan ritel, ketiga indeks utama AS berada di zona hijau pada Kamis (15/6), masing-masing naik lebih dari 1,0 persen, dengan indeks saham-saham unggulan Dow melonjak lebih dari 400 poin.

Euro telah terdorong lebih tinggi karena pengumuman Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (15/6) untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 3,5 persen, tertinggi dalam 22 tahun, seperti yang diharapkan.

Langkah ECB datang sehari setelah Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga tidak berubah tetapi mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut yang akan datang tahun ini.

The Fed menghentikan serangkaian 10 kenaikan suku bunga berturut-turut, tetapi proyeksi atau dot plot, menunjukkan pembuat kebijakan mengharapkan dua kenaikan lagi hingga akhir tahun 2023. Ketua Fed Jerome Powell mengatakan penurunan suku bunga pada tahun 2023 tidak akan sesuai.

Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0950 dolar AS dari 1,0836 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2781 dolar ASc dari 1,2668 dolar AS pada sesi sebelumnya.

Dolar AS dibeli 140,3150 yen Jepang, lebih tinggi dari 139,6670 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,8913 franc Swiss dari 0,8992 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3211 dolar Kanada dari 1,3313 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 10,5898 krona Swedia dari 10,7148 krona Swedia.