Sandiaga Uno : Indonesia sedang 'booming' ekonomi digital
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan Indonesia sedang mengalami booming ekonomi digital.
“Kita mungkin adalah macan Asia yang berkembang pesat dalam hal ekosistem ekonomi kreatif dan digital,” ujar Sandiaga dalam The Asian Creative and Digital Economy Youth Summit (ACE-YS 2023), di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu.
Berdasarkan penelitian Google, Temasek dan Bain, potensi pertumbuhan ekonomi digital di Asia sebesar 77 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun 2022 dan diperkirakan meningkat dua kali lipat menjadi 130 miliar dolar AS pada tahun 2025.
Sebagian besar pertumbuhan tersebut didorong oleh e-Commerce, tetapi semakin banyak subsektor yang bertransformasi menjadi bagian dari ekonomi digital. Misalnya subsektor gim, musik, film, dan animasi.
Melihat pertumbuhan Gross Merchandise Value (GMV) e-Commerce di Indonesia, diperkirakan meningkat dari 59 miliar dolar AS pada tahun 2022 menjadi 95 miliar dolar AS pada tahun 2025.
“Bukan hanya e-Commerce saja, tapi kami melihat transportasi dan makanan, khususnya pesan-antar makanan, perjalanan online, seperti Traveloka, Tiket.com, dan media online. Jadi, ekonomi digital (Indonesia) secara keseluruhan, akan mendekati angka 400 miliar dolar AS pada tahun 2030,” kata Menparekraf.
Saat ini, Indonesia membutuhkan 600 ribu talenta digital setiap tahun selama 9 tahun ke depan. Namun, negara hanya mampu menyediakan 400 ribu melalui sektor pendidikan.
Artinya, ada kesenjangan 200 ribu yang perlu ditutupi setiap tahun dengan mengajak generasi muda menggunakan inovasi, penelitian, kecerdasan buatan, dan gamifikasi untuk mendidik mereka agar memiliki kecakapan maupun pengetahuan digital.
Pihaknya berfokus untuk mengisi kesenjangan tersebut meskipun menjadi pekerjaan yang cukup berat.
“Kalau tidak terisi, kalau terus tidak terisi, ini akan memperlambat ekonomi digital kita dan sangat berdampak pada target kita menjadi negara maju pada tahun 2045. Kita menyebutnya sebagai era keemasan Indonesia,” ujar dia lagi.
Ada tiga langkah yang hendak dilakukan untuk membawa Indonesia menjadi pusat kekuatan digital di kawasan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
Pertama, berinvestasi di sektor pendidikan dan literasi digital guna mengembangkan kemampuan generasi muda sesuai yang dibutuhkan. Kedua, perlu berkolaborasi dan bermitra dengan berbagai pihak dari dalam negeri maupun internasional untuk memperluas jangkauan Indonesia ke kawasan Asia hingga seluruh dunia.
Terakhir, generasi muda perlu diberikan dukungan, bimbingan, dan kesempatan dalam melakukan inovasi dan kreasi.
“Jadi di Kementerian, kami (berupaya) menulis ulang cerita bahwa Asia tidak hanya akan menjadi kekuatan ekonomi dunia, namun juga akan memberikan keberlanjutan dan kualitas pembangunan di masa depan dengan strategi inovasi, adaptasi, dan kolaborasi, serta 3G (Gerak Cepat, Gerak Bersama, dan Gotong Royong,” ujar Sandiaga Uno.
“Kita mungkin adalah macan Asia yang berkembang pesat dalam hal ekosistem ekonomi kreatif dan digital,” ujar Sandiaga dalam The Asian Creative and Digital Economy Youth Summit (ACE-YS 2023), di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu.
Berdasarkan penelitian Google, Temasek dan Bain, potensi pertumbuhan ekonomi digital di Asia sebesar 77 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun 2022 dan diperkirakan meningkat dua kali lipat menjadi 130 miliar dolar AS pada tahun 2025.
Sebagian besar pertumbuhan tersebut didorong oleh e-Commerce, tetapi semakin banyak subsektor yang bertransformasi menjadi bagian dari ekonomi digital. Misalnya subsektor gim, musik, film, dan animasi.
Melihat pertumbuhan Gross Merchandise Value (GMV) e-Commerce di Indonesia, diperkirakan meningkat dari 59 miliar dolar AS pada tahun 2022 menjadi 95 miliar dolar AS pada tahun 2025.
“Bukan hanya e-Commerce saja, tapi kami melihat transportasi dan makanan, khususnya pesan-antar makanan, perjalanan online, seperti Traveloka, Tiket.com, dan media online. Jadi, ekonomi digital (Indonesia) secara keseluruhan, akan mendekati angka 400 miliar dolar AS pada tahun 2030,” kata Menparekraf.
Saat ini, Indonesia membutuhkan 600 ribu talenta digital setiap tahun selama 9 tahun ke depan. Namun, negara hanya mampu menyediakan 400 ribu melalui sektor pendidikan.
Artinya, ada kesenjangan 200 ribu yang perlu ditutupi setiap tahun dengan mengajak generasi muda menggunakan inovasi, penelitian, kecerdasan buatan, dan gamifikasi untuk mendidik mereka agar memiliki kecakapan maupun pengetahuan digital.
Pihaknya berfokus untuk mengisi kesenjangan tersebut meskipun menjadi pekerjaan yang cukup berat.
“Kalau tidak terisi, kalau terus tidak terisi, ini akan memperlambat ekonomi digital kita dan sangat berdampak pada target kita menjadi negara maju pada tahun 2045. Kita menyebutnya sebagai era keemasan Indonesia,” ujar dia lagi.
Ada tiga langkah yang hendak dilakukan untuk membawa Indonesia menjadi pusat kekuatan digital di kawasan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)
Pertama, berinvestasi di sektor pendidikan dan literasi digital guna mengembangkan kemampuan generasi muda sesuai yang dibutuhkan. Kedua, perlu berkolaborasi dan bermitra dengan berbagai pihak dari dalam negeri maupun internasional untuk memperluas jangkauan Indonesia ke kawasan Asia hingga seluruh dunia.
Terakhir, generasi muda perlu diberikan dukungan, bimbingan, dan kesempatan dalam melakukan inovasi dan kreasi.
“Jadi di Kementerian, kami (berupaya) menulis ulang cerita bahwa Asia tidak hanya akan menjadi kekuatan ekonomi dunia, namun juga akan memberikan keberlanjutan dan kualitas pembangunan di masa depan dengan strategi inovasi, adaptasi, dan kolaborasi, serta 3G (Gerak Cepat, Gerak Bersama, dan Gotong Royong,” ujar Sandiaga Uno.