Basilika pertama Indonesia dibangun di IKN
Samarinda (ANTARA) - Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Ditjen Bimas) Katolik Kementerian Agama RI menerangkan bahwa Basilika Nusantara Santo Fransiskus Xaverius yang pertama di Indonesia siap dibangun di Ibu Kota Nusantara.
"Pembangunan basilika merupakan kolaborasi antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Agama, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), dan Otorita Ibu Kota Nusantara," kata Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI Suparman di Samarinda, Selasa.
Menurutnya, Basilika Santo Fransiskus Xaverius diharapkan menjadi landmark penting dan simbol kerukunan umat beragama di negara ini.
Suparman menekankan pentingnya koordinasi dan kolaborasi untuk memastikan penyelesaian proyek monumental ini agar dibangun tepat waktu.
"Semua desain telah diputuskan, berikut dengan proses tender. Basilika ini mulai dibangun paling lambat Oktober 2024 dan ditargetkan pada Maret 2025, bangunan seluas sekitar 11.998 meter persegi bisa dirampungkan," sebutnya.
Pemilihan Santo Fransiskus Xaverius, kata Suparman, sebagai santo pelindung basilika memiliki makna penting. Sebagai misionaris yang membawa agama Kristen ke Asia, termasuk Indonesia, Santo Fransiskus Xaverius dipandang sebagai sosok pemersatu.
Uskup Agung Samarinda Monsegneur (Mgr) Yustinus Harjosusanto menjelaskan bahwa basilika adalah jenis gereja khusus yang memerlukan persetujuan Paus. "Basilika ini akan menjadi tempat untuk acara-acara khusus dalam Gereja, dan bahkan mungkin dikunjungi oleh Paus," katanya.
Yustinus menambahkan, lokasi basilika di jantung ibu kota baru juga bersifat simbolis. Dengan menempatkan basilika di Nusantara, mengirimkan pesan persatuan dan keragaman.
"Tempat ibadah ini akan menjadi pengingat bahwa Indonesia adalah negara dengan kekayaan agama, dan kita dapat hidup berdampingan secara damai," katanya pula.
Dijelaskan Yustinus, desain basilika bersifat megah dan kaya makna. Ini mencakup fitur-fitur yang mencerminkan budaya dan sejarah lokal, serta elemen-elemen yang unik untuk arsitektur Katolik.
Ia memaparkan, pembangunan Basilika Santo Fransiskus Xaverius di zona rumah ibadah wilayah IKN, bukan hanya merupakan suatu usaha keagamaan. Ini juga merupakan peristiwa budaya dan sejarah yang penting. Basilika ini diharapkan menjadi tempat ziarah populer bagi umat Katolik dari seluruh Indonesia dan dunia.
Yustinus menjabarkan koeksistensi dari berbagai tempat ibadah, termasuk masjid, gereja, dan pura, merupakan bukti komitmen Indonesia terhadap toleransi dan kerukunan beragama. "Ini adalah pesan yang jelas bahwa Indonesia adalah negara persatuan dalam keberagaman," tuturnya.
"Pembangunan basilika merupakan kolaborasi antara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Agama, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), dan Otorita Ibu Kota Nusantara," kata Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI Suparman di Samarinda, Selasa.
Menurutnya, Basilika Santo Fransiskus Xaverius diharapkan menjadi landmark penting dan simbol kerukunan umat beragama di negara ini.
Suparman menekankan pentingnya koordinasi dan kolaborasi untuk memastikan penyelesaian proyek monumental ini agar dibangun tepat waktu.
"Semua desain telah diputuskan, berikut dengan proses tender. Basilika ini mulai dibangun paling lambat Oktober 2024 dan ditargetkan pada Maret 2025, bangunan seluas sekitar 11.998 meter persegi bisa dirampungkan," sebutnya.
Pemilihan Santo Fransiskus Xaverius, kata Suparman, sebagai santo pelindung basilika memiliki makna penting. Sebagai misionaris yang membawa agama Kristen ke Asia, termasuk Indonesia, Santo Fransiskus Xaverius dipandang sebagai sosok pemersatu.
Uskup Agung Samarinda Monsegneur (Mgr) Yustinus Harjosusanto menjelaskan bahwa basilika adalah jenis gereja khusus yang memerlukan persetujuan Paus. "Basilika ini akan menjadi tempat untuk acara-acara khusus dalam Gereja, dan bahkan mungkin dikunjungi oleh Paus," katanya.
Yustinus menambahkan, lokasi basilika di jantung ibu kota baru juga bersifat simbolis. Dengan menempatkan basilika di Nusantara, mengirimkan pesan persatuan dan keragaman.
"Tempat ibadah ini akan menjadi pengingat bahwa Indonesia adalah negara dengan kekayaan agama, dan kita dapat hidup berdampingan secara damai," katanya pula.
Dijelaskan Yustinus, desain basilika bersifat megah dan kaya makna. Ini mencakup fitur-fitur yang mencerminkan budaya dan sejarah lokal, serta elemen-elemen yang unik untuk arsitektur Katolik.
Ia memaparkan, pembangunan Basilika Santo Fransiskus Xaverius di zona rumah ibadah wilayah IKN, bukan hanya merupakan suatu usaha keagamaan. Ini juga merupakan peristiwa budaya dan sejarah yang penting. Basilika ini diharapkan menjadi tempat ziarah populer bagi umat Katolik dari seluruh Indonesia dan dunia.
Yustinus menjabarkan koeksistensi dari berbagai tempat ibadah, termasuk masjid, gereja, dan pura, merupakan bukti komitmen Indonesia terhadap toleransi dan kerukunan beragama. "Ini adalah pesan yang jelas bahwa Indonesia adalah negara persatuan dalam keberagaman," tuturnya.