Bolehkah anak usia di atas dua tahun konsumsi jajanan pasar ?

id Jajanan pasar,anak jajan,anak dua tahun

Bolehkah anak usia di atas dua tahun konsumsi jajanan pasar ?

Ilustrasi-Warga membeli jajanan di pasar takjil kawasan Karang Menjangan, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (23/3/2023). ANTARA FOTO/Didik Suhartono/YU

Jakarta (ANTARA) - Pakar kesehatan dr. Shane Tuty Cornish, CBS, IBCLC membolehkan anak usia di atas dua tahun mengonsumsi jajanan pasar dan makanan ringan seperti bubur kacang hijau asalkan tidak mengandung tinggi gula.
 
"Orang tua boleh memberinya makanan ringan seperti bubur kacang hijau, buah, jajanan pasar, tetapi sebisa mungkin menghindari yang tinggi gula," ujar dia yang berpraktik di RSIA Tambak, Jakarta itu dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.

Baca juga: Cara mengurangi konsumsi gula pada anak
 
Konsumsi makanan tinggi gula bisa menjadi faktor pemicu terjadinya kenaikan berat badan yang akhirnya bisa membuat seseorang terkena diabetes.
 
Shane mengingatkan komplikasi diabetes termasuk pada anak antara lain retinopati diabetik, glaukoma, katarak, kerusakan saraf, penyakit pembuluh darah yakni serangan jantung dan stroke, penyakit gusi, kerusakan gigi, infeksi dan masih banyak lagi.
 
Dia lalu mengajak orang tua untuk memberikan contoh yang baik pada anak seperti rutin berolahraga dan makan makanan yang sehat. Sebab, anak sehat adalah cerminan orang tuanya, dan oleh karena itu orang tua harus memberikan contoh yang baik.

Baca juga: KemenPPPA minta masyarakat manfaatkan sumber pangan lokal
 
Shane kemudian mengemukakan cara mencegah diabetes bisa dilakukan dengan menjaga berat badan ideal dan bila berlebih maka kurangi dengan diet kalori dan rendah lemak.
 
"Jika berat badan berlebih upayakan untuk mengurangi sekitar 5-10 persen dengan diet kalori dan rendah lemak," ujar dia.
 
Selain itu, cara mengurangi berat badan berlebih yakni dengan memperbanyak makan buah dan sayur, mengurangi minuman manis dan bersoda, aktif berolahraga selama setidaknya 30 menit dalam sehari, dan membatasi penggunaan gawai.

Baca juga: Ahli gizi : Ibu jadi panutan utama anak soal konsumsi gula
 
Sementara itu, Erwin Setiawan dari Anak Pangan Indonesia menyoroti makanan ultra proses yang secara signifikan mengandung lebih banyak kalori ketimbang makanan alami.
 
Makanan, ini sambung dia menghasilkan kalori ekstra sehingga meningkatkan berat badan.
 
"Hal ini disebabkan kepadatan kalori, rendah serat, tinggi lemak, gula, dan garam. Diet olahan ultra proses yang dikonsumsi secara signifikan lebih banyak sekitar 500 kalori per hari," kata Erwin.
 
Untuk itu dia menyarankan agar mengonsumsi makanan yang tidak mengalami pengolahan signifikan (real food) seperti umbi, daging, sayur, biji.
 
Semua ini, sambung Erwin, adalah sumber pangan lokal dan Indonesia tidak kekurangan bahan ini sehingga tidak ada alasan bagi masyarakat memilih makanan ultra proses (UPF).
 
Dia juga mengatakan, setiap hari masyarakat bertemu dengan produk makanan yang mengalami UPF. Makanan ini sudah diubah dari bentuk aslinya, misalnya jus semangka atau nanas, diambil sarinya jadi konsentrat, kemudian juga camilan sayuran.
 
"Meski sayuran, itu tetap UPF karena di beberapa mengandung pewarna, pemanis, pengemulsi, dan pengawet sehingga menimbulkan ketergantungan dan ketagihan," kata dia.
 
Erwin berpendapat industri makanan harus menerapkan keamanan pangan.
 
Kemudian, untuk mengurangi konsumsi gula pada anak, dia menyarankan orang tua untuk memperhatikan sarapan anak mereka. Menurut dia, banyak anak yang menyantap menu sarapan yang kurang benar.
 
"Ada yang menyiapkan sereal, roti dan susu, tetapi sebenarnya itu adalah gula gurih dan gula asin, itu yang kemudian membuat anak mengonsumsi gula dobel," demikian kata dia.