Ratusan Pedagang Pentol Bakso Sampit Gelar Demonstrasi

id Ratusan Pedagang Pentol Bakso Sampit Gelar Demonstrasi

"Aksi tersebut kami lakukan sebagai wujud protes dan keberatan atas pemberitaan tentang dagangan mereka yang diisukan terbuat dari daging kucing dan tikus,"
Sampit, Kalteng, 10/12 (ANTARA) - Sedikitnya 300 pedagang pentol bakso di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah menggelar aksi demonstrasi damai di depan sebuah kantor media massa lokal daerah itu.

"Aksi tersebut kami lakukan sebagai wujud protes dan keberatan atas pemberitaan tentang dagangan mereka yang diisukan terbuat dari daging kucing dan tikus," kata Ketua Asosiasi Pedagang Kaki Lima, Irwansyah di Sampit, Senin.

Unjuk rasa yang dimotori paguyupan pedagang pentol se-Kota Sampit itu terbilang unik. Selain membawa spanduk berisikan kata-kata protes, juga membawa gerobak roda tiga tempat mereka jualan pentol sehari-hari dengan menempel kata-kata protes.

Aksi solidaritas pedagang pentol itu sempat menarik perhatian masyarakat sebab sebelumnya mereka sejak pagi sudah nampak berkumpul di sekitar kawasan Taman Kota Sampit.

Kemudian secara bersama-sama mereka melakukan konvoi menuju kantor harian Radar Sampit yang sejak pagi sudah nampak dijaga aparat keamanan dari Polres Kotim yang dipimpin langsung Kapolres AKBP Andhi Triyastanto.

Sepanjang perjalanan mereka berorasi secara bergantian, yang intinya meminta kepada surat kabar tersebut melakukan klarifikasi pemberitaan serta memberitahukan secara langsung kepada masyarakat jika pentol terbuat daging kucing dan tikus itu tidak pernah ada.

Efek yang timbul akibat dari pemberitaan tersebut menyebabkan pendapatan pedagang turun drastis karena sebagian warga merasa jijik dan tidak membeli lagi.

Sesampainya di depan kantor Radar Sampit, para pedagang pentol membacakan tuntutan yang pada intinya meminta kepada pihak Radar Sampit meminta maaf dan melakukan klarifikasi terhadap pemberitaan yang mereka persoalkan.

Kehadiran para pedagang pentol di tempat itu disambut langsung oleh Manajer Umum SKH Radar Sampit, Muhammad Arsyad dan sejumlah redaktur senior.

Arsyad mengaku jika medianya tidak berniat menerbitkan berita yang mendiskreditkan pedagang pentol dan sebaliknya berita tersebut malah sebagai bentuk simpatik Radar Sampit atas isu-isu tentang pentol daging kucing dan tikus yang berkembang di masyarakat.

"Demi Allah, saya juga pencinta pentol termasuk anak dan isteri saya. Tapi sejak isu itu merebak membuat kami menjadi khawatir. Mungkin juga masyarakat lain khawatir. Karena itu kami menugaskan wartawan menelusuri kebenarannya, dan Alhamdulillah ternyata isu tersebut memang tidak benar," katanya.

Pemberitaan yang diturunkan Radar Sampit sudah melalui pertimbangan yang matang. Semua pihak yang berkompeten juga dimintai penjelasan untuk mementahkan isu tersebut seperti Dinas Kesehatan Kotim, Polres Kotim.

"Apabila bapak, ibu, saudara semua merasa keberatan dengan pemberitaan kami, dengan tulus ikhlas kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, dan aspirasi yang dibawa ini akan kami teruskan ke rapat pimpinan untuk segera disikapi dan dilakukan klarifikasi," tegasnya.



Omzet turun drastis

Merasa tuntutan mereka sudah mendapat respon dari pimpinan Radar Sampit, para pengunjuk rasa kemudian melanjutkan aksinya ke kantor Bupati Kotim.

Di tempat itu mereka disambut oleh Bupati Kotim Supian Hadi dan Wakil Bupati HM Taufik Mukri serta sejumlah pejabat pemerintah daerah itu. Mereka menyampaikan semua uneg-unegnya karena sejak pemberitaan di media muncul berakibat omzet mereka turun drastis.

Mereka meminta pemerintah daerah turut membantu pedagang pentol bakso untuk meyakinkan langsung kepada masyarakat jika pentol yang mereka jual itu adalah halal dan higenis.

Menjawab permintaan para pedagang pentol tersebut, Bupati Supian Hadi berjanji membantu para pedagang pentol bakso melakukan klarifikasi kepada masyarakat. Bupati mengaku prihatin dan berharap semua pihak dapat mengambil hikmah dibalik kejadian tersebut.

"Saya sebenarnya sudah memerintahkan Kepala Dinas Kesehatan melakukan penyelidikan, dan hasilnya memang tidak terbukti. Saya yakin pedagang pentol di Sampit berjualan dengan cara-cara yang diajarkan agama dan kepercayaan masing-masing, yaitu menjual barang halal," ucapnya.



(T.KR-UTG/B/S019/S019)