Dekontaminasi radiasi nuklir Fukushima baru selesai 2014
Proses remediasi dan dekontaminasi masih jauh dari selesai, tidak hanya pada wilayah pemukiman tapi juga di lahan tanam,"
Jakarta (ANTARA
News) - Area terkontaminasi radiasi nuklir Fukushima, Jepang, hingga
saat ini masih terus dibersihkan dengan teknologi dekontaminasi
radioaktif dan remediasi lingkungan, serta diharapkan akan bisa selesai
pada 2014.
"Proses remediasi dan dekontaminasi masih jauh dari selesai, tidak hanya pada wilayah pemukiman tapi juga di lahan tanam," kata ilmuwan kimia yang terlibat dalam pembersihan area terkontaminasi reaktor Fukushima, Zenko Yoshida yang menjadi pembicara pada Seminar "Fukushima Nuclear Accident" di Jakarta, Kamis.
Jepang, ujar Yoshida, telah mengupayakan teknologi dekontaminasi radioaktif dan remediasi lingkungan untuk mengembalikan area Fukushima agar bisa kembali didiami dan menjadi kawasan pertanian seperti sebelumnya.
Menurut dia, ada tiga zona terkontaminasi setelah terjadinya kecelakaan reaktor Fukushima pada 12--15 Maret 2011, pertama zona dengan kontaminasi radioaktif di atas 50 mSv menjadi wilayah yang sulit untuk kembali ditinggali. Kawasan ini didiami sekitar 25 ribu penduduk.
Zona kedua dengan kontaminasi radioaktif antara 20--50 mSv masih menjadi zona terbatas, sedangkan zona ketiga dengan kontaminasi radioaktif di bawah 20 mSv yang sudah siap kembali didiami.
Target pengurangan radiasinya adalah tingkat dosis turun ke level di bawah 20 mSv per tahun, bahkan sampai di bawah 1 mSv per tahun agar masyarakat yang diungsikan bisa kembali ke rumahnya.
Sedangkan target untuk mengurangi konsentrasi Cessium radioaktif di lahan pertanian sampai di bawah 5.000 Bq per kg agar para petani bisa kembali kepada mata pencahariannya bertani.
Teknologinya dengan mengikis permukaan tanah sedalam beberapa cm dengan tak merusak akar tanaman menggunakan mesin vakum, grinder dan semacamnya untuk lahan pertanian, serta memotongi pepohonan, berhubung daun-daun pohon meninggalkan jejak Cessium radioaktif.
Sedangkan untuk menghilangkan debu di pemukiman, menurut dia, menggunakan air bertekanan tinggi dan detergen sedangkan untuk kawasan air, teknologi dekontaminasi menggunakan kombinasi dengan alga hijau.
Untuk tanah kikisan yang terkontaminasi disimpan dulu di fasilitas penyimpanan sementara selama tiga tahun sebelum akhirnya dipindahkan ke fasilitas penyimpanan interim selama beberapa dekade serta fasilitas penyimpanan akhir hingga radioaktif meluruh.
Ia mengakui, kasus Fukushima telah menyebabkan ketakutan di masyarakat pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), sehingga kini hanya dua dari 52 unit PLTN Jepang beroperasi dan mulai berdampak pada sektor industri serta perekonomian Jepang.
"Selama ini 30 persen listrik kami tergantung dari PLTN. Kini PLTN-PLTN ini digantikan oleh gas dan batubara yang diimpor, sedangkan energi terbarukan masih sulit dan terlalu kecil untuk bisa menggantikan," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Prof. Dr. Djarot Wisnubroto mengatakan, dari kecelakaan nuklir Fukushima Indonesia harus banyak belajar tentang jaminan keamanan calon tapak PLTN, keterlibatan berbagai pihak dan transparansi.
(D009/Z002)
"Proses remediasi dan dekontaminasi masih jauh dari selesai, tidak hanya pada wilayah pemukiman tapi juga di lahan tanam," kata ilmuwan kimia yang terlibat dalam pembersihan area terkontaminasi reaktor Fukushima, Zenko Yoshida yang menjadi pembicara pada Seminar "Fukushima Nuclear Accident" di Jakarta, Kamis.
Jepang, ujar Yoshida, telah mengupayakan teknologi dekontaminasi radioaktif dan remediasi lingkungan untuk mengembalikan area Fukushima agar bisa kembali didiami dan menjadi kawasan pertanian seperti sebelumnya.
Menurut dia, ada tiga zona terkontaminasi setelah terjadinya kecelakaan reaktor Fukushima pada 12--15 Maret 2011, pertama zona dengan kontaminasi radioaktif di atas 50 mSv menjadi wilayah yang sulit untuk kembali ditinggali. Kawasan ini didiami sekitar 25 ribu penduduk.
Zona kedua dengan kontaminasi radioaktif antara 20--50 mSv masih menjadi zona terbatas, sedangkan zona ketiga dengan kontaminasi radioaktif di bawah 20 mSv yang sudah siap kembali didiami.
Target pengurangan radiasinya adalah tingkat dosis turun ke level di bawah 20 mSv per tahun, bahkan sampai di bawah 1 mSv per tahun agar masyarakat yang diungsikan bisa kembali ke rumahnya.
Sedangkan target untuk mengurangi konsentrasi Cessium radioaktif di lahan pertanian sampai di bawah 5.000 Bq per kg agar para petani bisa kembali kepada mata pencahariannya bertani.
Teknologinya dengan mengikis permukaan tanah sedalam beberapa cm dengan tak merusak akar tanaman menggunakan mesin vakum, grinder dan semacamnya untuk lahan pertanian, serta memotongi pepohonan, berhubung daun-daun pohon meninggalkan jejak Cessium radioaktif.
Sedangkan untuk menghilangkan debu di pemukiman, menurut dia, menggunakan air bertekanan tinggi dan detergen sedangkan untuk kawasan air, teknologi dekontaminasi menggunakan kombinasi dengan alga hijau.
Untuk tanah kikisan yang terkontaminasi disimpan dulu di fasilitas penyimpanan sementara selama tiga tahun sebelum akhirnya dipindahkan ke fasilitas penyimpanan interim selama beberapa dekade serta fasilitas penyimpanan akhir hingga radioaktif meluruh.
Ia mengakui, kasus Fukushima telah menyebabkan ketakutan di masyarakat pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), sehingga kini hanya dua dari 52 unit PLTN Jepang beroperasi dan mulai berdampak pada sektor industri serta perekonomian Jepang.
"Selama ini 30 persen listrik kami tergantung dari PLTN. Kini PLTN-PLTN ini digantikan oleh gas dan batubara yang diimpor, sedangkan energi terbarukan masih sulit dan terlalu kecil untuk bisa menggantikan," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Prof. Dr. Djarot Wisnubroto mengatakan, dari kecelakaan nuklir Fukushima Indonesia harus banyak belajar tentang jaminan keamanan calon tapak PLTN, keterlibatan berbagai pihak dan transparansi.
(D009/Z002)