Kebingungan Masih Warnai Penerapan Tarif Progresif KRL

id Kebingungan masih warnai penerapan tarif progresif KRL

Kebingungan Masih Warnai Penerapan Tarif Progresif KRL

Calon penumpang antre membeli tiket KRL di Stasiun Citayam, Depok, Jawa Barat, pada hari pertama penerapan tarif progresif, Senin (1/7). (ANTARA/Andika Wahyu), Istimewa

Jakarta (ANTARA News) - Penumpang kereta rel listrik (KRL) masih beradaptasi dengan penerapan tarif progresif dan tiket elektronik Commuter Line KRL Jakarta Bogor Depok Tangerang Bogor Bekasi (Jabodetabek), beberapa masih bingung menggunakan sistem yang baru.

Penumpang masih bingung menerapkan sistem yang baru, Senin, menimbulkan antrean penumpang yang hendak masuk atau keluar di beberapa stasiun  seperti Stasiun Depok, Gondangdia, dan Juanda.

Beberapa penumpang di Stasiun Juanda menganggap pelayanan tiket elektronik masih belum efisien pada hari pertama penerapan sistem baru.

Seorang pelaju asal Bogor, Dila Stias (26), menyayangkan kinerja para petugas loket PT Kereta Api Commuter Jabodetabek (KCJ) yang masih belum efisien.

"Mereka juga masih kebingungan saat melayani, misalnya kalau ada yang menanyakan jalur, mereka masih tanya sana-sini," katanya.

"Mungkin setelah dua minggu maka sistem akan membaik dan kita jadi terbiasa," tambah dia.

Penumpang lain, Nurbaeti (29), juga berharap selanjutnya petugas lebih sigap dan jumlahnya diperbanyak supaya antrean berkurang.

"Kalau bisa petugas yang menjaga tapping diperbanyak, begitu juga loket yang melayani e-ticketting karena tadi di Bekasi antrean mengular sampai parkiran," kata Nurbaeti, yang naik dari Bekasi.

Sementara Nindita (19), pelaju dari Bogor, menilai penerapan sistem e-ticketting justru sangat membantu penumpang.

"Saya rasa ke depan sistem ini akan menjadikan perjalanan lebih praktis karena saldo dalam tiket Multi Trip sudah disiapkan sebelumnya, hari ini antrian panjang karena orang-orang belum ada persiapan," kata Nindita.

Muhammad Ali (40), seorang karyawan swasta, juga merasa penerapan sistem yang baru lebih menguntungkan penumpang.

"Harganya jauh lebih ringan dari sebelumnya, kalau dulu saya harus membayar Rp8.500 untuk satu kali perjalanan dari Bekasi ke Juanda, dengan multitrip cukup dengan Rp3 ribu," katanya.

Hari ini Muhammad langsung membeli kartu tiket elektronik Multi Trip Rp50 ribu dan mengisinya dengan Rp30 ribu.

"Jadi sekarang kira-kira pengeluaran untuk kereta cuma Rp100 ribuanlah," kata Muhammad lalu tersenyum.

Dalam sistem tarif progresif, penumpang membayar tiket berdasarkan jumlah stasiun yang dilewati.

PT KCJ mengenakan tarif Rp2 ribu untuk lima stasiun pertama, dan Rp500 untuk tiap tiga stasiun berikutnya.