"Kami terpaksa menolak pesanan dari Korea karena kami tidak sanggup memenuhi permintaan mereka dalam jumlah besar. Karyawan di tempat kami ini masih terbatas, padahal permintaan sangat tinggi," kata Mufti, perajin ukiran khas Kalteng yang tinggal di Mentaya Seberang Sampit, Jumat.
Mufti bersama ayahnya yang bernama Haitami, merupakan penerus usaha kerajinan ukiran yang mereka beri nama Baniang. Usaha ini mereka jalankan secara turun-temurun berbekal kemampuan yang didapat dari leluhur mereka.
Hasil kerajinan ukiran keluarga Haitami sudah terkenal di Indonesia. Bahkan belum lama ini, sang anak, Mufti bertolak bersama Gubernur Kalteng, Agustin Teras Narang untuk mengikuti pameran patung sedunia di Swiss.
Jika umumnya pelaku usaha kesulitan memasarkan hasil produk, keluarga Haitami justru kewalahan memenuhi permintaan karena terbatasnya karyawan dan peralatan. Akibatnya banyak permintaan yang terpaksa ditolak, atau harus antre lama jika pemesan bersedia menunggu.
Saat ini karyawan di pusat kerajinan ukiran yang mengandalkan kayu sungkai ini berjumlah tujuh orang. Jumlah tersebut dinilai belum ideal jika ingin memenuhi permintaan dalam jumlah besar karena seharusnya minimal memiliki 20 karyawan.
Keterbatasan peralatan juga menjadi kendala yang masih dihadapi. Meski sebagian proses masih dilakukan secara manual, namun peralatan mesin sangat dibutuhkan untuk mempercepat pekerjaan pada tahapan-tahapan tertentu.
Untuk bahan baku seperti kayu sungkai, ulin dan lainnya, saat ini masih mudah didapat karena yang digunakan umumnya kayu sisa-sisa tebangan. Bahkan untuk memberdayakan masyarakat, mereka biasanya membeli kayu-kayu sisa tebangan berukuran besar yang bisa dimanfaatkan dari masyarakat.
Mufti mengakui, perhatian pemerintah daerah sudah ada namun dirasa masih perlu ditingkatkan. Pihaknya berharap besarnya peluang ini juga ditangkap oleh pemerintah daerah untuk memberdayakan masyarakat lainnya agar bisa membantu pendapatan melalui bidang usaha ini.
"Kami tidak pelit ilmu. Asalkan difasilitasi, kami siap melatih warga yang ingin belajar ukiran ini. Harapan kami nantinya di Kotim ini akan tumbuh sentra-sentra ukiran sehingga kita mampu menangkap peluang besar, bahkan jika ada pesanan dari luar negeri sekalipun," harap Mufti.
Saat ini pesanan berbagai jenis ukiran justru banyak berasal dari luar daerah seperti Kota Palangka Raya, Pangkalan Bun dan daerah lainnya di luar Kalteng. Barang ukiran yang dipesan sangat beragam, seperti kotak rokok, ukiran patung ukuran besar, ukiran hiasan interior rumah dan lainnya.
(T.KR-NJI/B/B012/B012)