Barito Utara Gelar Seminar Nasional Panglima Batur

id Muara Teweh, Nadalsyah, Barito Utara, Gelar Seminar Nasional, Panglima Batur

Barito Utara Gelar Seminar Nasional Panglima Batur

Bupati Barito Utara, Nadalsyah memberikan sambutan pada seminar nasional pengusulan Panglima Batur sebagai Pahlawan Nasional di Palangka Raya, Senin. (Humas dan Protokol Pemkab Barito Utara)

Seminar ini berguna bagi pemerhati sejarah, namun bagi generasi muda dapat berguna untuk lebih mengenal dan mengetahui sosok dan perjalanan sejarah Panglima Batur,"
Palangka Raya (Antara Kalteng) - Pemerintah Kabupaten Barito Utara bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah menggelar seminar nasional dalam rangka pengusulan pejuang Panglima Batur menjadi pahlawan nasional.

"Seminar ini berguna bagi pemerhati sejarah, namun bagi generasi muda dapat berguna untuk lebih mengenal dan mengetahui sosok dan perjalanan sejarah Panglima Batur," kata Bupati Barito Utara, Nadalsyah saat memberikan sambutan pada seminar yang bertempat di aula Eka Hapakat Kantor Gubernur Kalteng di Palangka Raya, Senin.

Menurut Nadalsyah, berdasarkan fakta sejarah dan ceita masyarakat masa lalu yang diceritakan secara turun temurun sungguh sosok Panglima Batur telah menjadi satu pejuang yang pantas mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai pahlawan nasional.

Perjuangan untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional perlu mendapat dukungan seluruh peserta seminar sehingga mendapat pengakuan dari pemerintah pusat.

"Kami menyadari seminar ini masih banyak kekurangan dan keterbatasannya namun kami berharap dapat bermanfaat nantinya bagi kemajuan kurikulum pendidikan sejarah, bukan hanya bagi masyarakat Barito Utara saja, tetapi juga sebagai sumbangsih dari masyarakat Barito bagi khasanah histografi Indonesia pada umumnya," kata Bupati Nadalsyah.

Sementara Penjabat Gubernur Kalteng, Hadi Prabowo dalam sambutannya yang dibacakan Asisten III Setda, I Ketut Widhi Wiriawan mengatakan daerah ini dalam perjalanan sejarahnya telah ikut andil dalam memperjuangkan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hal itu terbukti dengan telah lahirnya Pahlawan Nasional dari Kalteng antara lain yang sudah dikukuhkan adalah Tjilik Riwut.

"Tak lama lagi kita harapkan juga akan lahir pahlawan berikutnya, yakni Panglima Batur yang kita seminarkan sekarang," kata dia.

Hadi menyatakan daerah tanpa pahlawan sama artinya daerah tanpa kebanggaan, jika sebuah daerah tidak memiliki tokoh yang dibanggakan, maka daerah miskin harga diri, karena itu setiap daerah sudah selayaknya memiliki tokoh yang disebut pahlawan.

Pemprov Kalteng memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Bupati Barito Utara beserta jajarannya yang telah mengusulkan dan sekaligus memfasilitasi terhadap pelaksanaan seminar nasional pengusulan Panglima Batut sebagai pahlawan nasional.

"Tentunya mari kita dukung dan sukseskan Panglima Batur sebagai pahlawan nasional, oleh karena itu kita patut menghargai," katanya.

Dalam seminar itu juga hadir Sekretaris Daerah Pemkab Barito Utara, Jainal Abidin dan tokoh masyarakat Barito Utara, Mukri Inas yang kini menetap di Malang, Jawa Timur dan juga pengarang buku "Jejak Langkah Perjuangan Panglima Batur" dalam kancah peristiwa perang Barito.

Di samping itu juga Sejarawan Nasional dari Universitas Indonesia Dr Muhammad Iskandar dan Direktur Kepahlawanan Keperintisan, Kesetiakawanan dan Restorasi Sosial Kementerian Sosial RI, Siti Aisyah.

Sekretaris Daerah Pemkab Barito Utara, Jainal Abidin mengatakan selama ini tahapan untuk mengusulkan Panglima Batur menjadi pahlawan nasional sudah dilakukan baik seminar di kabupaten maupun provinsi.

Saat ini juga telah dibentuk Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Kabupaten Barito Utara yang baru karena kepengurusan TP2GD sebelumnya telah berakhir.Pembentukan TP2GD ini ditangani oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Barito Utara.

"TP2GD yang baru ini untuk menindaklanjuti dan menuntaskan usulan pahlawan nasional tersebut," kata Jainal.

Jainal menjelaskan, tim tersebut nantinya akan melakukan perbaikan dokumen yang sebelumnya sudah disampaikan kepada Pemerintah Pusat melalui Kementerian Sosial RI.

Usulan Panglima Batur sebagai pahlawan nasional secara substansial sudah lengkap, tetapi harus disusun dengan sistematika sesuai ketentuan.

"Di samping itu harus diadakan seminar usulan pahlawan nasional yang dihadiri pejabat dari Kementerian Sosial dan Sejarawan Nasional," jelas dia.

Usulan Panglima Batur menjadi pahlawan nasional kepada pemerintah pusat terhadap pejuang perang Barito yang terjadi tahun 1865-1905 silam itu sebagai bentuk penghormatan kepada pejuang, apalagi Panglima Batur kelahiran Kabupaten Barito Utara.

Usulan tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2010 lalu ketika itu Kabupaten Barito Utara dipimpin Achmad Yuliansyah.

Perjalanan panjang usulan itu terus bergulir dan saat ini Bupati Barito Utara dijabat Nadalsyah kembali berupaya meneruskan usulan sebagai pahlawan nasional tersebut.

"Kita harapkan pengusulan Panglima Batur menjadi pahlawan nasional berjalan sesuai rencana," kata Sekda Jainal.

Panglima Batur kelahiran tahun 1852 di Desa Buntok Baru Kecamatan Teweh Tengah, Barito Utara meninggal di usia 53 atau pada 5 Oktober 1905 dan dimakamkan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Pemerintah Kabupaten Barito Utara juga telah membangun monumen Panglima Batur setinggi empat meter terbuat dari tembaga (perunggu) dengan berat 800 kilogram yang diresmikan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI George Toisutta pada 9 Maret 2010.

Monumen yang dibuat secara khusus oleh pematung I Nyoman Alim Mustapha dari Dusun Batikan Pabelan, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah di taman Seribu Riam yang terletak di depan rumah dinas bupati setempat di Muara Teweh.





Buku Panglima Batur

Pemerintah di kabupaten pedalaman Kalteng itu juga telah menyusun buku sejarah tentang perjuangan Panglima Batur bersama rakyat Barito lainnya melawan Belanda yang disusun oleh Mukri Inas.

"Data pendukung juga sebagian dihimpun langsung dari ahli waris beliau, saat ini ada yang masih hidup," kata Mukri Inas.

Dalam buku itu diceritakan sejarah tentang terbunuhnya Panglima Batur dengan cara diduga digantung oleh Belanda tahun 1905 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Seorang tentara Belanda yang menghukum gantung pejuang rakyat pedalaman Barito ini juga merupakan pelaku yang mengeksekusi pejuang rakyat Aceh yang juga pahlawan Nasional bernama Teuku Umar.

Pejuang di Daerah Aliran Sungai Barito itu merupakan tangan kanan pejuang lainnya yaitu Sultan Muhammad Seman (anak Pangeran Antasari-Pahlawan Nasional Kalimantan Selatan) ini bersama pasukannya hanya dilengkapi alat sederhana melawan Belanda yang menggunakan persenjataan lengkap.

Kawasan yang menjadi tempat pertempuran itu berada di sekitar Desa Buntok Baru, Butong, Lete, Mantehep (dekat Muara Teweh) bahkan sampai ke wilayah Manawing dan Beras Kuning wilayah hulu Barito.

Pejuang Barito dari rakyat biasa ini ditangkap Belanda di Muara Teweh pada 24 Agustus 1905 dan dibawa ke Banjarmasin kemudian dihukum gantung dengan tuduhan makar, namun saat mau dieksekusi di tiang gantung salah satu alatnya tidak berfungsi dan saat itu rencana hukum gantung ditunda.

Setelah tertunda sepekan, pejuang yang dicari-cari Belanda dengan hadiah 1.000 gulden apabila tertangkap itu kembali akan dihukum gantung, namun saat itu Belanda terkejut karena Panglima Batur sudah meninggal dunia.

Jasad pejuang itu tetap dibawa ke tiang gantungan untuk diperlihatkan kepada masyarakat bahwa Panglima Batur benar-benar dihukum gantung dan jenazahnya dikubur di Kuin Banjarmasin, selanjutnya pada 21 Aril 1958 makamnya dipindahkan ke Komplek makam Pahlawan Banjar di kawasan Masjid Jami, Sungai Jingah, Banjarmasin.

***4***

(T.K009)

(T.K009/B/T007/T007) 11-04-2016 16:23:50