NU dan Muhamadiyah Berbagi Peran di Shalat Id

id shalat Id di istana isen mulang, PWNU kalteng, Muhammadiyah kalteng

NU dan Muhamadiyah Berbagi Peran di Shalat Id

Wali Kota Palangka Raya HM Riban Satia usai melaksanakan shalat Idul Fitri di halaman Istana Isen Mulang (rumah jabatan Gubernur Kalteng) mengambilkan kupon untuk menentukan umat Muslim yang beruntung ikut umroh gratis bersama Gubernur Kalteng Sugian

Palangka Raya (Antara Kalteng) - PW Nahdatul Ulama dan PW Muhamadiyah Kalimantan Tengah berbagi peran di shalat Idul Fitri 1 Syawal 14 Hijriyah yang dilaksanakan di halaman Istana Isen Mulang atau rumah jabatan Gubernur Kalteng, Rabu.

Shalat Id yang pertama kali dilaksanakan di halaman Istana Isen Mulang itu Ketua PW Muhamadiyah Kalteng HM Yamin Muktar Lc M.Pd.I berperan sebagai Khatib, dan Ketua PW NU Kalteng Habib Said H Fauzi Bachsin S.Hi sebagai Imam.

"Kita berharap kebersamaan dan persatuan yang begitu terasa hari ini, dapat terus berlanjut bahkan lebih ditingkatkan lagi di tahun-tahun berikutnya," kata Ketua PW NU Kalteng Fauzi usai shalat Id.

Anggota DPD RI periode 2009-2014 asal Kalteng ini menyebut berbagi perannya NU dan Muhamadiyah di sholat Id ini merupakan bukti bahwa perbedaan bukan menjadi penghalang kebersamaan.

"Kita ini bukan hanya mengurus agama saja, melainkan bangsa dan negara. Saya berpesan melalui Hari Raya idul Fitri ini mari kita jaga dan bina terus persaudaraan dan silaturahmi antar umat muslim maupun agama lain sesuai fitrah manusia," kata Fauzi.

Sementara itu, Ketua PW Muhamadiyah Kalteng HM Yamin di kotbahnya mengatakan Idul Fitri kali ini adalah yang ke 1436 kalinya dalam sejarah umat muslim. Idul fitri yang pertama Rasulullah SAW merayakan bersama umat Islam di Al-Madinah Al-Munawarah.

Alangkah hebatnya rasa yang dinikmati oleh umat Islamla pada saat itu, karena menang dalam dua peperangan besar, yakni perang fisik melawan kufar Quraisy dan perang mental melawan hawa nafsu.

"Gemuruh suara takbir menyambut kemenangan lahir dan batin. Umat Islam merayakannya Id yang pertama dengan rona kegembiraan yang memenuhi jiwa dan irama nada kesyukuran kepada Allah SWT yang meliput wajah," ucapnya.

Apabila hari raya yang pertama pada tahun ke-2 Hijriyah umat Islam merayakannya dengan bayangan kancah peperangan fisik, maka sekarang ini lebih banyak dihadapkan pada tantangan mental.

Potret dunia islam sekarang ini tidaklah terlalu cerah dan menggembirakan dibandingkan masa-masa pertamanya. Jika diamati dan disoroti, umat islam terombang -mbing antara prihatin dan optimis, cemas dan harap, maupun sedih dan gembira.

"Ada banyak berbagai masalah yang dihadapi umat islam, ruwet dan rumit, dari luar dan penyakit kronis dari dalam diri sendiri. Umat Islam memiliki sarana yang ampuh, perasaan optimis harus pula dibangkitkan. Inilah yang disebut tawakal, berbuat dengah menyerahkan hasilnya kepada Allah," demikian Yamin.