Akibat Harga Karet Anjlok, Para Petani Barut Beralih Berkebun Coklat

id Barito Utara, Harga Karet Anjlok, kebun coklat, Petani Barut Beralih Berkebun Coklat, gunung purei, coklat

Akibat Harga Karet Anjlok, Para Petani Barut Beralih Berkebun Coklat

Biji kakao (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

Harga coklat di desa kami lebih stabil bila dibandingkan dengan komoditas lainnya seperti karet dan kelapa sawit. Akibatnya, petani mulai beralih menanam coklat. Harga coklat saat ini masih berkisar Rp25.000 per kilogram,"
Muara Teweh (Antara Kalteng) - Harga karet dalam beberapa pekan terakhir mengalami anjlok membuat petani di Desa Lampoeng Kecamatan Gunung Purei pedalaman Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah beralih ke perkebunan coklat.

"Harga coklat di desa kami lebih stabil bila dibandingkan dengan komoditas lainnya seperti karet dan kelapa sawit. Akibatnya, petani mulai beralih menanam coklat. Harga coklat saat ini masih berkisar Rp25.000 per kilogram," kata Camat Gunung Purei P Girsang di Muara Teweh, Rabu.

Saat ini harga karet di wilayah Kabupaten Barito Utara mengalami turun sebelumnya sempat mencapai Rp6.000/Kg kini hanya sekitar Rp4.000-Rp5 ribu/Kg.

Masyarakat di Kecamatan Gunung Purei yang merupakan kecamatan berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur ini sudah mulai secara diam-diam beralih menanam coklat, karena dinilai lebih menjanjikan akibat harga yang lebih stabil.

"Harga coklat jarang sekali terjun bebas, karena coklat ini sangat banyak dibutuhkan. Namun sebaliknya, harga justru sering mengalami kenaikan yang sangat drastis," ujarnya..

Dia mengatakan, tanaman coklat ini sangat istimewa karena harga jualnya yang sangat fantastis. Sampai sekarang harga jualnya tetap masih dapat membantu dibandingkan harga komoditas lainnya yang tiba-tiba saja bisa anjlok.

Hal yang paling penting dalam bertanam coklat adalah perawatan, mulai dari pemupukan hingga penyemprotan hama. Penyemprotan itu dilakukan disebabkan sekarang ini banyak ditemukan hama coklat, sehingga banyak buah mudanya tiba-tiba berubah hitam dan busuk.

"Cuma itu kelemahan dari bertanam coklat ini, tetapi untuk harga masih tetap menjanjikan," kata dia.

Sementara Kepala Bidang Produksi Perkebunan pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tri Indra Hartono mengatakan, tahun 2016 pemerintah daerah menyediakan 130.000 bibit cokelat atau kakao unggul untuk masyarakat di sembilan kecamatan melalui dana APBD kabupaten.

"Saat ini kami sedang memverifikasi lokasi yang akan mendapat bantuan dan diharapkan bantuan bibit cokelat secara cuma-cuma yang rencananya disalurkan pada November hingga Desember 2016 dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di daerah ini," kata Indra.

Bantuan tersebut merupakan upaya meningkatkan produksi perkebunan masyarakat di sembilan kecamatan yakni Teweh Tengah, Gunung Timang, Lahei, Teweh Timur, Teweh Baru, Teweh Selatan, Gunung Purei, Lahei Barat dan Montallat.

"Bibit cokelat dari Jember, Jawa Timur, ini merupakan bibit biji unggul guna membantu masyarakat mengembangkan salah satu komoditas unggulan di daerah ini selain karet dan kelapa sawit" katanya.

Ia mengatakan, sentra tanaman cokelat di Kabupaten Barito Utara ini berada di wilayah Desa Batu Raya Kecamatan Gunung Timang yang luasnya mencapai ratusan hektare itu diusahakan para petani setempat yang sebagian besar warga eks transmigrasi Pulau Jawa.

Kebun cokelat masyarakat setempat itu dalam satu hektarenya menghasilkan antara 800 kilogram hingga 1 ton per minggu biji kering kakao.

"Masyarakat di desa tersebut mengusahakan tanaman kakao sebagai mata pencaharian utama," ujarnya.