Jakarta (Antara Kalteng) - Bank Indonesia mencatat utang luar negeri hingga akhir Oktober 2016 bertumbuh 6,7 persen (yoy) menjadi sebesar 323,2 miliar dolar AS, atau menurun 2,1 miliar dolar AS dari September 2016 yang sebesar 325,3 miliar dolar AS.
Pertumbuhan penarikan utang luar negeri (ULN) hingga akhir Oktober 2016 juga melambat dibandingkan September 2016 yang bertumbuh tahunan sebesar 7,8 persen (yoy), seperti dikutip dari statistik Utang Luar Negeri yang diumumkan BI di Jakarta, Senin.
BI menyebutkan perlambatan penarikan utang karena turunnya utang maupun dari pemerintah dan swasta.
Dimintai komentarnya, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan kondisi utang hingga Oktober 2016 masih dalam jumlah yang sehat. Namun, dalam beberapa waktu ke depan, Indonesia perlu mewaspadai potensi kenaikan nilai utang dalam dolar AS, karena peningkatan bunga acuan Federal Reserve AS.
"Memang kita antisipasi adanya peningkatan bunga Federal Reserve, sehingga perlu dilakukan kajian agar daya membayar Indonesia tetap kuat," ujar dia.
Namun, di sisi lain, kata Agus, pada 2017 terdapat potensi penurunan penarikan utang luar negeri dari pemerintah. Hal itu karena meningkatnya penerimaan negara dari pajak pasca-pemberlakuan amnesti pajak.
Selain itu, revisi Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) pada 2017 juga diharapkan Agus dapat memperkuat basis penerimaan pajak sehingga menurunkan kebutuhan utang luar negeri dari pemerintah.
"Tapi karena pada saat ini dalam proses merevisi undang-undang pajak, ini adalah bentuk penguatan negara untuk mendapatkan penghasilan negara yang lebih baik ke depan," katanya di sela-sela kunjungan menyosialisasikan uang rupiah desain baru di Blok M Square, Jakarta, Senin.
Dalam publikasi BI, bank sentral menyebutkan utang berjangka panjang tumbuh 6,4 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan September 2016 yang sebesar 8,7 persen (yoy).
Sementara itu, utang luar negeri berjangka pendek tumbuh 8,6 persen (yoy) atau meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan September 2016 sebesar 1,8 persen (yoy).
Utang luar negeri pemerintah, menurut BI, tumbuh melambat menjadi 17 persen (yoy) dari 20,8 persen (yoy) pada bulan September 2016 dan utang luar negeri sektor swasta masih mengalami penurunan 1,7 persen (yoy) setelah pada September 2016 turun sebesar 2,7 persen (yoy).
Dengan begitu, ULN sektor publik dan swasta masing-masing tercatat sebesar 159,8 miliar dolar AS atau 49,4 persen dari total utang dan 163,5 miliar dolar AS atau 50,6 persen dari total ULN.
Berita Terkait
Legenda binaraga Indonesia, Levi Rumbewas wafat
Sabtu, 18 Mei 2024 19:58 Wib
Ana/Tiwi satu-satunya wakil Indonesia di final Thailand Open 2024
Sabtu, 18 Mei 2024 19:53 Wib
MU dan Maybank Indonesia kerja sama luncurkan kartu kredit spesial
Sabtu, 18 Mei 2024 19:49 Wib
Ada chemistry alasan SKY mendaftar ke Partai Demokrat jadi bacalon pilkada 2024
Sabtu, 18 Mei 2024 18:43 Wib
Perkiraan susunan pemain Persib Bandung vs Bali United leg kedua
Sabtu, 18 Mei 2024 6:58 Wib
Gresik Petrokimia gagal bendung ketangguhan Jakarta BIN
Sabtu, 18 Mei 2024 6:50 Wib
PT ITK siap berinvestasi Rp45 miliar kelola Dermaga Telang Baru di Bartim
Jumat, 17 Mei 2024 17:09 Wib
Bali United waspadai semua pemain Persib Bandung di leg kedua
Jumat, 17 Mei 2024 16:30 Wib