Para ilmuwan meyakini telur dinosaurus memiliki masa inkubasi yang sama seperti telur burung, 11 hingga 85 hari. Teori ini berasal dari pendapat bahwa burung adalah turunan dinosaurus yang masih hidup sehingga burung diyakini mewarisinya dari pendahulunya, dinosaurus.
Dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Proceeding of the National Academy of Sciences, ilmuwan menguji teori itu dengan menganalisis gigi dari dua embrio dinosaurus yang belum menetas.
Satu embrio berasal dari dinosaurus seukuruan domba yang ditemukan di Mongolia, bernama Protoceratops. Satu lagi embrio Hypacrosaurus, dinosaurus moncong bebek yang ditemukan di Kanada.
Analisis pertumbuhan gigi kedua embrio menunjukkan Protoceratops butuh hampir tiga bulan untuk meneas, sementara Hypacrosaurus enam bulan.
Beberapa dinosaurus berukuran lebih besar dari Hypacrosaurus sehingga masa inkubasinya lebih lama.
Masa inkubasi telur yang lama berisiko bagi telur maupun dinosaurus. Dinosaurus yang harus memelihara telur selama itu, akan kesulitan berpindah tempat.
Mereka mungkin tinggal di suatu lokasi untuk waktu yang lama namun berisiko telur dimakan predator.
Telur juga rentan terhadap peristiwa alam, seperti banjir dan kemarau panjang.
Ketika asteroid menghantam bumi 65 juta tahun lalu yang menimbulkan perubaham iklim yang sangat cepat dan kepunahan massal, dinosaurus tidak bereproduksi secepat binatang lainnya.
Masa inkubasi yang lama mungkin turut menyumbang bagi kepunahan dinosaurus. Saat ini, ilmuwan akan meneliti apakah inkubasi lama juga berlaku pada tipe dinosaurus lainnya.
Penerjemah: Natisha Andarningtyas