Legislator : Perlu Industri Hilir Untuk Menampung Rotan
Sampit (Antara Kalteng) - Anggota Komisi II DPRD Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah William Novetra menilai perlu industri hilir yang mampu menampung dan mengolah produk rotan, minimal bisa diproses menjadi barang setengah jadi.
"Kami berharap pemerintah Kotawaringin Timur mampu menciptakan industri hilir rotan di daerah karena ini terkait dengan terciptanya lapangan kerja serta nilai tambah dari produk rotan itu sendiri," katanya di Sampit, Rabu.
Willaian mengatakan, Kotawaringin Timur salah satu penghasil rotan di wilayah Kalimantan Tengah. Hasil budidaya rotan ada di hampir seluruh wilayah kecamatan. Seperti di Kecamatan Cempaga, produksi rotan mentah mencapai 5.337 ton per bulan.
Di pulau Jawa, terutama di sentra produksi meubel berbahan rotan seperti di Cirebon, Jawa Barat, bahan baku rotan dibuat berbagai peralatan meubel berkelas ekspor.
Dengan berbagai upaya pengembangan di Kotawaringin Timur diyakini mampu membuat meubel berbahan rotan dengan kualitas yang tidak kalah dengan produksi yang ada di Jawa.
Menurut William, langkah awal bisa dimulai dengan mendatangkan ahli-ahli meubel yang bisa menularkan ilmunya kepada pengrajin di Kotawaringin Timur.
Apabila itu berjalan, pemerintah daerah bisa menjadi pilot project (percontohan) dengan mewajibkan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam pengadaan meubeler berbahan baku rotan.
"Saya yakin pelaku industri rotan pasti akan siap memulai, sepanjang pemerintah daerah membantu menyiapkan pasarnya," katanya.
Meski demikian, William tidak menampik ada beberapa kendala yang perlu menjadi perhatian dalam pengembangan hilirisasi industri rotan.
Seperti belum adanya data yang akurat tentang hutan lestari rotan. Kurangnya sumber daya energi, terutama pasokan listrik guna menggerakkan mesin-mesin industri rotan serta tangan-tangan pekerja terampil dalam mengolah bahan baku menjadi bahan mentah yang perlu diberikan pelatihan keterampilan.
"Kami berharap pemerintah Kotawaringin Timur mampu menciptakan industri hilir rotan di daerah karena ini terkait dengan terciptanya lapangan kerja serta nilai tambah dari produk rotan itu sendiri," katanya di Sampit, Rabu.
Willaian mengatakan, Kotawaringin Timur salah satu penghasil rotan di wilayah Kalimantan Tengah. Hasil budidaya rotan ada di hampir seluruh wilayah kecamatan. Seperti di Kecamatan Cempaga, produksi rotan mentah mencapai 5.337 ton per bulan.
Di pulau Jawa, terutama di sentra produksi meubel berbahan rotan seperti di Cirebon, Jawa Barat, bahan baku rotan dibuat berbagai peralatan meubel berkelas ekspor.
Dengan berbagai upaya pengembangan di Kotawaringin Timur diyakini mampu membuat meubel berbahan rotan dengan kualitas yang tidak kalah dengan produksi yang ada di Jawa.
Menurut William, langkah awal bisa dimulai dengan mendatangkan ahli-ahli meubel yang bisa menularkan ilmunya kepada pengrajin di Kotawaringin Timur.
Apabila itu berjalan, pemerintah daerah bisa menjadi pilot project (percontohan) dengan mewajibkan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam pengadaan meubeler berbahan baku rotan.
"Saya yakin pelaku industri rotan pasti akan siap memulai, sepanjang pemerintah daerah membantu menyiapkan pasarnya," katanya.
Meski demikian, William tidak menampik ada beberapa kendala yang perlu menjadi perhatian dalam pengembangan hilirisasi industri rotan.
Seperti belum adanya data yang akurat tentang hutan lestari rotan. Kurangnya sumber daya energi, terutama pasokan listrik guna menggerakkan mesin-mesin industri rotan serta tangan-tangan pekerja terampil dalam mengolah bahan baku menjadi bahan mentah yang perlu diberikan pelatihan keterampilan.