Harga Karet Di Barito Utara Anjlok di Rp7 Ribu/Kg
Muara Teweh (Antara Kalteng) - Harga karet di pedalaman Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah pada awal April 2017 kembali turun menjadi Rp7.000 per kilogram dari sebelumnya Rp8.500/Kg.
"Turunnya harga karet ini sudah terjadi sejak sepekan terakhir," kata Irwansyah, seorang petani karet di Kelurahan Jambu Kecamatan Teweh Baru, Rabu.
Irwansyah mengatakan posisi harga karet yang kembali melemah ini cukup membuat petani kecewa karena dalam tiga bulan terakhir terus turun.
Kabupaten pedalaman Sungai Barito satu sentra kebun karet di Provinsi Kalimantan Tengah.Dominan petani bergerak di sektor perkebunan karet.
Posisi harga yang melemah merata terjadi pada sentra kebun karet di kabupaten ini. Produksi kebun karet rakyat dominan ditampung kalangan pedagang yang mendatangi kebun petani, atau lebih dikenal sebutan tengkulak.
"Ini juga bisa karena ulah tengkulak yang memang menguasai petani," katanya dan menambahkan para tengkulak mengaku patokan harga beli disesuaikan dengan posisi harga jualnya di kalangan pedagang di Banjarmasin, pusat pemerintahan Kalimantan Selatan.
"Masalahnya para petani daerah ini masih tergantung pada para tengkulak karena sampai sekarang belum ada pabrik karet, padahal hasil produksi karet petani cukup banyak," katanya.
Luas kebun karet rakyat di kabupaten juga dikenal kaya potensi sumber daya alam batu bara itu, tercatat 35.646 hektare dengan produksi karet kering mencapai 18.696 ton per tahun.
Kebun karet rakyat itu tersebar pada sembilan kecamatan di kabupaten tersebut.
"Turunnya harga karet ini sudah terjadi sejak sepekan terakhir," kata Irwansyah, seorang petani karet di Kelurahan Jambu Kecamatan Teweh Baru, Rabu.
Irwansyah mengatakan posisi harga karet yang kembali melemah ini cukup membuat petani kecewa karena dalam tiga bulan terakhir terus turun.
Kabupaten pedalaman Sungai Barito satu sentra kebun karet di Provinsi Kalimantan Tengah.Dominan petani bergerak di sektor perkebunan karet.
Posisi harga yang melemah merata terjadi pada sentra kebun karet di kabupaten ini. Produksi kebun karet rakyat dominan ditampung kalangan pedagang yang mendatangi kebun petani, atau lebih dikenal sebutan tengkulak.
"Ini juga bisa karena ulah tengkulak yang memang menguasai petani," katanya dan menambahkan para tengkulak mengaku patokan harga beli disesuaikan dengan posisi harga jualnya di kalangan pedagang di Banjarmasin, pusat pemerintahan Kalimantan Selatan.
"Masalahnya para petani daerah ini masih tergantung pada para tengkulak karena sampai sekarang belum ada pabrik karet, padahal hasil produksi karet petani cukup banyak," katanya.
Luas kebun karet rakyat di kabupaten juga dikenal kaya potensi sumber daya alam batu bara itu, tercatat 35.646 hektare dengan produksi karet kering mencapai 18.696 ton per tahun.
Kebun karet rakyat itu tersebar pada sembilan kecamatan di kabupaten tersebut.