Sepakat, kembali memasyarakatkan dan melestarikan Bahasa Sampit
Sampit (Antaranews Kalteng) - Pelestarian bahasa Sampit mulai dijalankan sejumlah pihak di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalteng, dengan membentuk komunitas penutur yang diharapkan terus memasyarakatkan kembali bahasa ini.
"Memang harus ada upaya nyata menyelamatkan bahasa Sampit dari kepunahan. Saat ini makin sedikit warga yang menggunakan bahasa Sampit. Kalau tidak dilakukan upaya pelestarian, bisa habis yang menggunakan bahasa Sampit," kata Camat Baamang, HM Yusransyah di Sampit, Kamis.
Bahasa Sampit diperkirakan merupakan percampuran bahasa Dayak dan Banjar. Saat ini penutur bahasa Sampit umumnya masyarakat yang tinggal di Kecamatan Seranau, Mentawa Baru Ketapang, Baamang, Kotabesi dan Cempaga.
Kekhawatiran musnahnya bahasa Sampit karena penuturnya terus berkurang. Apalagi di kalangan remaja, makin sedikit yang paham dan menggunakan bahasa Sampit sebagai bahasa ibu atau bahasa percakapan sehari-hari.
Yusransyah mengapresiasi inisiatif Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Sampit melakukan konservasi atau penyelamatan bahasa Sampit. Pemerintah daerah bersama Karang Taruna setempat, sepakat bersama-sama melakukan pelestarian bahasa Sampit.
"Gagasan kegiatan yang dilakukan pihak perguruan tinggi tersebut sangat positif karena melalui kajian serta penelitian ilmiah, tentu upaya pelestarian bahasa Sampit dapat dilakukan secara benar dan tepat sasaran. Pembentukan komunitas penutur juga sangat bagus untuk mendukung upaya itu," kata Yusransyah.
STKIP Muhammadiyah Sampit melakukan kegiatan konservasi bahasa Sampit dimulai dengan membentuk Barisan Penutur Muda Bahasa Sampit. Tempat yang dipilih untuk kegiatan ini adalah Kampung Bengkirai Kelurahan Baamang Hulu Kecamatan Baamang karena warga setempat masih menggunakan bahasa Sampit.
"Konservasi bahasa Sampit dilatarbelakangi karena seiring berjalannya waktu, bahasa asli daerah inj mulai ditinggalkan. Untuk itu, melalui kajian dan penelitian ilmiah, diharapkan dapat bermuara pada terbentuknya literatur bahasa Sampit yang dapat menjadi dasar bagi semua pihak untuk mempelajarinya," kata Wakil Ketua III STKIP Muhammadiyah Sampit, Mahmuddin.
Kegiatan itu nantinya akan menghasilkan pembuatan kamus bahasa Sampit. Kamus itu nantinya diharapkan akan menjadi acuan bagi semua pihak, termasuk sekolah, sehingga akan mempermudah upaya pelestarian bahasa Sampit.
Derasnya budaya dari luar yang masuk ke daerah, bisa berdampak pada terkikisnya budaya lokal, termasuk bahasa Sampit. Dkperlukan upaya penyelamatan sekaligus pelestarian secara serius agar bahasa Sampit tetap ada dan dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.
"Memang harus ada upaya nyata menyelamatkan bahasa Sampit dari kepunahan. Saat ini makin sedikit warga yang menggunakan bahasa Sampit. Kalau tidak dilakukan upaya pelestarian, bisa habis yang menggunakan bahasa Sampit," kata Camat Baamang, HM Yusransyah di Sampit, Kamis.
Bahasa Sampit diperkirakan merupakan percampuran bahasa Dayak dan Banjar. Saat ini penutur bahasa Sampit umumnya masyarakat yang tinggal di Kecamatan Seranau, Mentawa Baru Ketapang, Baamang, Kotabesi dan Cempaga.
Kekhawatiran musnahnya bahasa Sampit karena penuturnya terus berkurang. Apalagi di kalangan remaja, makin sedikit yang paham dan menggunakan bahasa Sampit sebagai bahasa ibu atau bahasa percakapan sehari-hari.
Yusransyah mengapresiasi inisiatif Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Sampit melakukan konservasi atau penyelamatan bahasa Sampit. Pemerintah daerah bersama Karang Taruna setempat, sepakat bersama-sama melakukan pelestarian bahasa Sampit.
"Gagasan kegiatan yang dilakukan pihak perguruan tinggi tersebut sangat positif karena melalui kajian serta penelitian ilmiah, tentu upaya pelestarian bahasa Sampit dapat dilakukan secara benar dan tepat sasaran. Pembentukan komunitas penutur juga sangat bagus untuk mendukung upaya itu," kata Yusransyah.
STKIP Muhammadiyah Sampit melakukan kegiatan konservasi bahasa Sampit dimulai dengan membentuk Barisan Penutur Muda Bahasa Sampit. Tempat yang dipilih untuk kegiatan ini adalah Kampung Bengkirai Kelurahan Baamang Hulu Kecamatan Baamang karena warga setempat masih menggunakan bahasa Sampit.
"Konservasi bahasa Sampit dilatarbelakangi karena seiring berjalannya waktu, bahasa asli daerah inj mulai ditinggalkan. Untuk itu, melalui kajian dan penelitian ilmiah, diharapkan dapat bermuara pada terbentuknya literatur bahasa Sampit yang dapat menjadi dasar bagi semua pihak untuk mempelajarinya," kata Wakil Ketua III STKIP Muhammadiyah Sampit, Mahmuddin.
Kegiatan itu nantinya akan menghasilkan pembuatan kamus bahasa Sampit. Kamus itu nantinya diharapkan akan menjadi acuan bagi semua pihak, termasuk sekolah, sehingga akan mempermudah upaya pelestarian bahasa Sampit.
Derasnya budaya dari luar yang masuk ke daerah, bisa berdampak pada terkikisnya budaya lokal, termasuk bahasa Sampit. Dkperlukan upaya penyelamatan sekaligus pelestarian secara serius agar bahasa Sampit tetap ada dan dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya.