Pingsan hingga patah tulang akibat penanganan karhutla di Pulpis

id Karhutla,penanganan karhutla,pulpis,Pingsan hingga tulang patah akibat penanganan karhutla di Pulpis

Pingsan hingga patah tulang akibat penanganan karhutla di Pulpis

Personel dari Koramil Pandih Batu saat mendapat perawatan medis di Puskesmas setempat setelah sebelumnya pingsan saat melakukan ground cek hot spot. (Foto Incident Comamder Karhutla Pulpis)

Kita tidak tahu apakah para pejabat setempat masih menganggap dana operasional penanganan karhutla tidak cukup penting sehingga kemungkinan main-main terhadap persoalan karhutla
Pulang Pisau (Antaranews Kalteng) - Penaganan kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Pulang Pisau telah menyebabkan korban dua orang petugas terpaksa mendapat perawatan medis saat berusaha melakukan pemadaman api di sejumlah titik. Hal tersebut dikatakan Pabung Pulang Pisau 1011/KLK, Mayor Inf Mulyadi yang juga selaku Incident Commander (IC) sejak ditetapkan status Siaga Darurat Karhutla.

"Sudah ada dua orang petugas yang menjadi korban selama penanganan Karhuta di kabupaten setempat," kata Mulyadi, Selasa (18/9/18).

Korban pertama, terang Mulyadi, adalah petugas dari Masyarakat Peduli Api (MPA) dari Desa Gandang. Empat tulang rusuk dan satu tulang pundak patah. Korban terjatuh saat berusaha memadamkan api menuju lokasi titik api dengan membawa mesin pemadam menggunakan sepeda motor ke dalam hutan.

Satu korban lagi adalah Serda Ida bagus Yudha Wastu personel dari Koramil Pandih Batu. Menurut Mulyadi, korban sebelumnya mendapat perintah untuk melakukan ground cek hot spot di kecamatan tersebut. Dalam perjalanan, korban pingsan hingga dilarikan ke Puskesmas setempat.

Mulyadi mengungkapkan bahwa Karhutla di daerah setempat masih terus terjadi di sejumlah kecamatan. Upaya penanganan Karhutla terkadang mendapat beberapa kendala, salah satunya adalah jarak titik api yang cukup jauh dan kurangnya ketersediaan air di lokasi karhutla.

Kendala lain, kata Mulyadi adalah angin yang menyebabkan titik api bisa meluas, serta tidak kalah penting dana operasional untuk penanganan karhutla yang masih dinilai minim.

"Kita tidak tahu apakah para pejabat setempat masih menganggap dana operasional penanganan karhutla tidak cukup penting sehingga kemungkinan main-main terhadap persoalan karhutla," terang Mulyadi.

Menurut Mulyadi, dana Rp156 juta sebelumnya sudah habis terserap untuk operasional sehingga untuk pergeseran personel di lapangan saat ini masih menunggu adanya ketersediaan dana berikutnya.

Mungkin, kata dia, para pejabat yang berkaitan dengan anggaran menilai bahwa karhutla masih tidak terjadi dilingkungan ibu kota kabupaten. Pada kenyataannya, karhutla terjadi di wilayah kecamatan Maliku, Pandih Batu, Sebangau Kuala dan Kahayan Kuala.

"Upaya pemadaman dengan water booming dari udara masih dilakukan di wilayah kecamatan tersebut sampai saat ini," bebernya.

Banyaknya titik api yang muncul di sejumlah wilayah yang jaraknya cukup jauh di dalam hutan, papar Mulyadi, tidak terlepas dari faktor kesengajaan yang menjadi pemicu karhutla. 

Kebakaran tidak muncul dengan sendirinya, pasti ada yang sengaja membakar. Sebelumnya, Polres Pulang Pisau telah menangkap dan mengamankan 5 orang yang diduga sengaja melakukan pembakaran.

"100 persen karhutla di daerah setempat pemicunya adalah pembakaran yang dilakukan dengan unsur kesengajaan," tandas Mulyadi.