Aneka rujak itu kini sejajar mobil merek terbaru

id LIPSUS - PENJUAL RUJAK PUN MAKIN PERCAYA DIRI oleh Norjani,UMKM,API UMKM,Koperasi,Kadin,Pelaku UMKM,Sampit,Kotim,Ahmad Sofyan,Aneka rujak itu kini sej

Aneka rujak itu kini sejajar mobil merek terbaru

Irma mempromosikan rujaknya kepada anggota Komisi IV DPR RI Rahmat Nasution Hamka yang kebetulan melakukan kunjungan kerja ke Sampit. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Senyum sumringah Irma Arman menyambut pengunjung yang mendekati meja dagangannya. Sambil mempromosikan produk-produk yang dijualnya, perempuan muda itu mempersilakan pengunjung mencoba secara gratis contoh produk jualannya.

Irma kemudian beranjak dari tempat duduknya dan mengambil beberapa produk dan menjelaskannya kepada pengunjung. Dia terpaksa berdiri dan mendekat karena khawatir suaranya kurang jelas didengar calon pembeli lantaran ramainya pengunjung Citimall Sampit di Kabupaten Kotawaringin Timur saat itu.

Saat itu pembeli yang datang adalah anggota Komisi IV DPR RI Rahmat Nasution Hamka yang kebetulan melakukan kunjungan kerja ke Sampit. Upaya Irma untuk mempromosikan produknya berhasil. Rahmat langsung tertarik menikmati dan membeli sejumlah produk yang ditawarkan Irma.

Ini bukan pertamakalinya Irma dan rekan-rekannya membawa barang dagangannya ke mal terbesar di Provinsi Kalimantan Tengah itu. Ketika ada momen yang memungkinkan, Irma dan pedagang lainnya ikut bergabung menggelar dagangan di mal tersebut.

Yang dijual Irma adalah rujak dengan berbagai variannya. Makanan yang selama ini identik dijual di warung-warung kecil di desa maupun dibawa menggunakan gerobak oleh pedagang keliling itu kini dengan percaya diri tampil di mal.

Tidak terlihat raut minder di wajah Irma dan rekan-rekannya. Mereka sangat percaya diri, sama bersemangatnya dengan sales sebuah produk mobil terbaru yang saat itu juga sedang melakukan promosi di tempat yang hanya berjarak beberapa meter dari meja produk varian rujak yang dijual Irma. Aneka rujak dan mobil merek terbaru dipromosikan sejajar di mal yang sama.

Irma menjadi gambaran makin bersemangatnya pelaku usaha kecil, mikro dan menengah atau UMKM di Kotawaringin Timur untuk mengembangkan usaha. Kepercayaan diri mereka tumbuh luar biasa sehingga memacu sektor ekonomi kerakyatan ini tumbuh makin pesat.

Produk-produk UMKM seperti camilan, suvenir, kue, kerajinan, hingga jamu tradisional yang selama ini hanya mereka pasarkan dari rumah ke rumah atau dititip di warung-warung kecil di kampung, kini bangkit dan percaya diri tampil di pusat perbelanjaan modern.

"Awalnya berjualan di rumah, kemudian lewat online sambil dititip di sejumlah outlet. Saya usaha ragam aneka olahan rujak yang saya beri nama Aneka Culinary. Saya aktif promosi seperti ini sejak awal tahun 2018. Alhamdulillah perkembangannya bagus," kata Irma.

Irma dan rekan-rekannya makin sering ikut bazar dan pameran untuk mempromosikan produk mereka. Bahkan sudah sering mereka meraih juara dalam penilaian produk UMKM.
Sekarang Irma terus memperluas usahanya.

Tidak hanya di Sampit, kini dia memiliki mitra di luar daerah seperti di Kabupaten Seruyan, Kota Palangka Raya, bahkan hingga di Banjarmasin Kalimantan Selatan.

Selain tekad kuat para pelaku UMKM untuk maju, transformasi besar ini juga tidak terlepas dari dukungan pemerintah daerah dan para pegiat ekonomi yang peduli terhadap sektor UMKM. Mereka merangkul, membina dan mendukung pengembangan UMKM.

Sektor UMKM di Kotawaringin Timur makin menggeliat. Saat ini setiap kecamatan dan desa di kabupaten ini seakan bersaing menggali produk-produk unggulan daerah mereka yang selama ini potensinya belum tergali.

Sebut saja produk kopi lokal, beras lokal, gula lokal dan lainnya, terus bermunculan merek dan variannya. Pelaku UMKM memberi berlomba-lomba bersaing kualitas dan memberi label nama daerah untuk membedakan produk mereka dengan produk serupa dari wilayah lain.

Bangkitnya sektor UMKM ini memberi energi positif bagi ekonomi kerakyatan. Berbagai bahan yang selama ini kurang dimanfaatkan, kini dimaksimalkan untuk menghasilkan uang.

Tempurung kelapa, sisik ikan, limbah rotan, limbah kayu, buah lokal dan lainnya yang selama ini diabaikan, kini menjadi berharga. Masyarakat makin menyadari banyak potensi alam di sekitar mereka yang bisa dimanfaatkan dan dioptimalkan menghasilkan uang untuk membantu meningkatkan perekonomian mereka.

Warga binaan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Sampit juga tidak ingin melewatkan peluang ini. Kini banyak dari mereka mengisi hari-hari di balik jeruji dengan membuat kerajinan anyaman, ukiran dari kayu, suvenir dari batok kelapa dan korek api, kresek bekas dan lainnya.

Warga binaan makin bersemangat karena uang hasil penjualannya diserahkan kepada mereka. Pihak lembaga pemasyarakatan berharap keterampilan itu bermanfaat sebagai modal bagi mereka memulai usaha setelah bebas nanti.

Geliat sektor UMKM ini menjadi harapan baru bagi masyarakat kecil, khususnya di perdesaan. Ada secercah asa bagi mereka untuk meningkatkan taraf hidup dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada di sekitar mereka.

Sekadar kilas balik, hingga tahun 2000-an, perekonomian Kotawaringin Timur sangat kokoh dengan ditopang sektor perkayuan. Besarnya aktivitas perkayuan bahkan membuat Sampit dipilih menjadi tempat pembangunan kilang kayu terbesar yang diberi nama Bruynzeel.

Kilang penggergajian itu terletak di pinggir Sungai Mentaya. Kilang yang dibangun oleh Belanda pada 1948 itu konon merupakan kilang kayu yang tercanggih, bahkan terbesar di Asia Tenggara pada saat itu.

Bukti kokohnya perekononian Kotawaringin Timur saat itu juga ditandai dengan keputusan Bank Indonesia membangun kantor mereka dengan megah di Jalan Achmad Yani Sampit. Bank Indonesia memilih membangun kantor di Sampit agar bisa optimal memberikan pelayanan di daerah yang perputaran uangnya terbesar di Kalimantan Tengah.

Namun lumpuhnya sektor perkayuan sekitar tahun 2004, seiring penertiban besar-besaran oleh kepolisian, juga berdampak besar terhadap perekonomian masyarakat. Aktivitas perekonomian masyarakat turun drastis, bahkan kini sudah belasan tahun gedung megah Bank Indonesia di Sampit tak lagi digunakan dan hanya menjadi saksi bisu sejarah kejayaan sektor perkayuan Kotawaringin Timur.

Beruntung, perekonomian masyarakat yang sempat terpuruk, kembali bangkit ketika sektor rotan menjadi primadona, ditandai dengan terus meningkatnya ekspor rotan. Namun itu tidak berlangsung lama karena ekonomi kerakyatan kembali terpuruk setelah pemerintah melarang ekspor rotan mentah.

Pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 35/2011 tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan melarang ekspor rotan mentah. Akibatnya, sektor rotan seketika menjadi terpuruk akibat permintaan anjlok. 

Stok rotan sampai membusuk lantaran indusri dalam negeri seperti di Cirebon hanya mampu menyerap sebagian kecil hasil panen rotan Kalimantan Tengah, khususnya Kotawaringin Timur. Berhentinya banyak pengusaha rotan di Kotawaringin Timur berimbas pada ribuan pekerja dan petani rotan yang akhirnya kehilangan sumber penghasilan.

Saat ini sektor rotan mulai menggeliat, namun kondisinya tidak seperti dulu karena permintaan masih saat ini cukup kecil. Banyak warga yang akhirnya beralih menggeluti pekerjaan lain.

Mulai menggeliatnya sektor usaha mikro, kecil dan menengah, menjadi harapan baru bagi masyarakat. Kini masing-masing desa seakan berlomba-lomba menggali dan mempromosikan produk unggulan desa mereka.

Tidak sedikit masyarakat yang kaget dengan kebangkitan sektor UMKM Kotawaringin Timur. Mereka baru mengetahui ternyata kabupaten yang sebagian lahannya merupakan tanah gambut ini ternyata juga mampu menghasilkan beragam jenis kopi, tepung, madu, gula merah, gula semut dan produk-produk bernilai ekonomis tinggi lainnya.

Aliansi Penggerak Industri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (API UMKM) adalah salah satu organisasi yang cukup berperan mendorong kebangkitan sektor UMKM di Kotawaringin Timur. Organisasi yang dibentuk oleh para pegiat ekonomi ini menjadi mitra strategis pemerintah daerah dalam membantu mengembangkan UMKM.

Mereka merangkul, memotivasi dan membina pelaku UMKM untuk percaya diri dan meningkatkan kemampuan sehingga mampu menghasilkan produk dengan kualitas terbaik, kemasan menarik dan pemasaran yang luas.

Pelaku UMKM di desa-desa terpencil yang selama ini hanya berjualan dengan menitip produk dari warung ke warung, kini dibina untuk mengemas produk menjadi lebih menarik dan membukakan akses pemasarannya menjadi lebih luas hingga masuk ke swalayan dan mal, bahkan ke luar daerah.

"Dalam waktu dekat, beberapa contoh produk UMKM Kotawaringin Timur akan dipromosikan di Dubai Uni Emirat Arab. Selanjutnya, kerja sama juga dijalin dengan negara lain melalui sinergi dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) dan pengusaha-pengusaha luar negeri, yakni ke Timor Leste, New Zealand, Australia, Jepang dan Amerika Serikat," kata Ketua API UMKM Kotawaringin Timur, Ahmad Sofyan.

Beberapa produk yang akan dibawa di antaranya kopi dari Kecamatan Pulau Hanaut, gula semut dalam bentuk kristal dan cair, gula madu, gula kelapa batangan, kerajinan batok kelapa, rotan dan lainnya. Produk-produk tersebut diharapkan diterima di pasar luar negeri.

Pria yang menjabat sebagai general manager sebuah hotel ternama di Sampit ini yakin potensi UMKM di Kotawaringin Timur sangat besar dan mampu berdampak signifikan terhadap peningkatan perekonomian masyarakat jika sektor ini terus dikembangkan.

Dirinya merasa terpanggil membantu pengembangan UMKM karena melihat potensinya besar, namun pelaku usaha menghadapi banyak kendala. Selain kendala klasik masalah permodalan, sumber daya manusia pelaku UMKM juga harus terus ditingkatkan agar bisa menghasilkan produk berkualitas tinggi, kemasan menarik, harga bersaing, pemasaran luas dan semangat tinggi untuk terus maju.

Saat ini sudah lebih dari 200 pelaku UMKM bergabung dengan API UMKM. Kepengurusan organisasi ini bahkan mulai dibentuk di tingkat kecamatan untuk mewadahi antusias masyarakat, khususnya pelaku UMKM untuk bergabung mengembangkan usaha.

Kini berkat bantuan pemerintah daerah dan pihak lainnya, pelaku UMKM di desa-desa mulai mampu menghasilkan produk yang dinilai memenuhi standar dan layak bersaing di pasar yang lebih luas. Namun yang terpenting, kini pelaku UMKM di desa-desa makin bersemangat dan percaya diri memasarkan produk dan mengembangkan usaha mereka.

Dukungan pemerintah daerah juga semakin besar. Apalagi setelah melihat geliat positif bangkitnya UMKM Kotawaringin Timur yang diikuti meningkatnya ekonomi kerakyatan.
Saat ini pemerintah daerah membuka gerai UMKM yang diberi nama Pusat Olah-Oleh Jelawat. Tempat ini menampung produk-produk hasil pelaku UMKM lokal untuk dipasarkan kepada masyarakat luas.

Akhir Agustus lalu, pemerintah daerah juga membuka rumah makan yang diberi nama Pojok Kampung Jelawat. Lokasinya berdampingan, yakni di Jalan Achmad Yani.

Nama jelawat diambil dari nama ikan jelawat, yakni ikan air tawar yang merupakan ikon daerah Kotawaringin Timur. Pemerintah daerah mempersilakan pelaku UMKM memanfaatkan dua tempat itu sebagai sarana memasarkan produk mereka.

"Pemerintah daerah sangat serius membantu pengembangan UMKM. Makanya kami mengajak masyarakat menggali dan mengembangkan potensi di desa masing-masing. Jangan ragu. Manfaatkan barang-barang yang bernilai ekonomis," kata Sekretaris Daerah Kotawaringin Timur, Halikinnor.

Pemerintah daerah berharap pelaku UMKM, setidaknya lebih dari 1.000 yang terdata sudah mengajukan izin usaha tersebut bisa terus tumbuh dan berkembang. Sektor UMKM langsung menyentuh ekonomi masyarakat kecil dan sudah terbukti lebih kuat dalam menghadapi krisis ekonomi.

Wakil Ketua Utama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Kalimantan Tengah, Wuryanto saat di Sampit mengatakan, secara umum, perekonomian Kalimantan Tengah terus meningkat. Namun, peningkatan itu terjadi dan dirasakan oleh perusahaan besar, bukan masyarakat pelaku usaha kecil.

Hal itu di antaranya terlihat dari nilai tukar petani dan daya beli yang masih relatif rendah. Diperkirakan 52 persen pertumbuhan ekonomi digerakkan oleh ekspor oleh perusahaan besar, bukan oleh ekonomi kerakyatan.

Kondisi itu juga terjadi di Kotawaringin Timur. Melihat kondisi itu, sudah seharusnya pemerintah daerah lebih memperhatikan faktor-faktor pemicu inflasi agar bisa diantisipasi. Ekonomi kerakyatan melalui sektor UMKM juga harus didorong agar perekonomian dan kesejahteraan masyarakat makin meningkat.


Penguatan Koperasi
Untuk memperkuat pengembangan usaha bagi pelaku UMKM, API UMKM sedang mengupayakan pembentukan koperasi. Keberadaan koperasi dirasa penting  agar upaya organisasi dan pemerintah daerah membantu pelaku UMKM, semakin mudah.

Ketua API UMKM Kotawaringin Timur, Ahmad Sofyan mengatakan, pihaknya sejak awal berkomitmen membantu pengembangan UMKM di daerah ini terus melakukan terobosan untuk membantu pelaku usaha. 

Rencana pembentukan koperasi UMKM merupakan salah satu program yang sedang dalam tahap pelaksanaan dengan tujuan membantu pelaku UMKM dalam banyak hal.
Koperasi tersebut rencananya diberi nama Koperasi Mentaya Sampit Berkah.

Koperasi tersebut untuk mempermudah mencari solusi berbagai kendala masih sering dihadapi pelaku UMKM dalam mengembangkan usaha, seperti keterbatasan modal, akses pemasaran, alih teknologi, peningkatan sumber daya manusia dan lainnya.

Banyak hal yang bisa dilakukan secara bersama melalui koperasi karena sudah memiliki badan hukum yang jelas sesuai aturan.

"Banyak program yang bisa dijalankan melalui koperasi untuk membantu pelaku usaha. Seperti adanya program dana bergulir, dana usaha, dana talangan dan lainnya. Sistemnya akan kita coba menggunakan sistem syariah dengan bagi hasil," kata Sofyan.

Kepala Bidang Koperasi pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kotawaringin Timur, Anas mengatakan, pihaknya dengan terbuka siap membantu dan mendampingi pelaku UMKM yang ingin membentuk koperasi. Dia menilai langkah tersebut sudah tepat karena pelaku UMKM akan lebih leluasa mengembangkan diri melalui koperasi.

"Banyak manfaat yang akan didapat melalui koperasi. Melalui koperasi, pelaku usaha akan makin kuat dan bisa bersama-sama mengembangkan usaha," kata Anas.

Saat ini terdaftar ada lebih dari 300 koperasi tersebar di 17 kecamatan di Kotawaringin Timur. Dari jumlah tersebut, ada 60 koperasi yang tidak aktif lagi.

Dinas Koperasi dan UKM Kotawaringin Timur sedang melakukan evaluasi menyeluruh. Koperasi yang tidak aktif akan dibina, dengan harapan koperasi-koperasi tersebut kembali aktif dan sehat sehingga membawa manfaat bagi masyarakat, khususnya anggotanya.

Anas yakin, koperasi akan membawa manfaat besar jika dikelola sungguh-sungguh dan mengacu pada aturan. Sumber daya manusia pengurus juga harus terus ditingkatkan agar pengelolaan koperasi lebih baik dan terus berkembang.