Ironis, perajin rotan Kotim malah beli bahan baku dari Banjarmasin

id Ironis, perajin rotan Kotim malah beli bahan baku dari Banjarmasin,Larangan ekspor rotan,Lurang baamang tengah,Zikrillah,DPRD Kotim,Dadang H Syamsu,Ro

Ironis, perajin rotan Kotim malah beli bahan baku dari Banjarmasin

Lurah Baamang Tengah Zikrillah memimpin musyawarah perencanaan pembangunan di kelurahannya, Senin (10/12/2018). (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, merupakan salah satu daerah penghasil rotan terbesar, namun ironisnya perajin rotan setempat malah harus membeli bahan baku dari Banjarmasin Kalimantan Selatan.

"Mau membeli bahan rotan jadi dari pedagang besar di sini harganya Rp70.000, akhirnya perajin membeli dari Banjarmasin dengan harga Rp40.000/kg. Tapi kalau membeli dari Banjarmasin itu tidak bisa memilih, sehingga terkadang banyak yang rusak," kata Lurah Baamang Tengah Zikrillah di Sampit, Senin.

Informasi itu disampaikan Zikrillah saat memimpin musyawarah perencanaan pembangunan tingkat kelurahan yang juga dihadiri anggota Komisi III DPRD Kotawaringin Timur Dadang H Syamsu. Informasi itu sekaligus aspirasi yang disampaikan perajin dan pelaku usaha rotan kepadanya.

Sektor usaha rotan terpuruk setelah pemerintah melarang ekspor rotan mentah sejak akhir 2011 lalu. Banyak pengusaha gulung tikar dan harus merumahkan karyawannya karena permintaan anjlok.

Dulu jumlah perajin rotan di Kecamatan Baamang mencapai puluhan dengab setiap unit usaha bisa mempekerjakan 10 hingga 15 orang karyawan. Kini tersisa hanya dua unit usaha di Kelurahan Baamang Tengah yang masih bertahan di tengah kondisi sulit.

Kini mereka itu pun makin dihadapkan pada banyak tantangan untuk bertahan, di antaranya terkait sulit mendapat bahan jadi untuk dibuat kerajinan rotan. Kondisi ini sudah berlangsung lama sehingga perajin harus mencari bahan jadi hingga ke Banjarmasin.

Kendala lain yang dihadapi perajin, kata Zikrillah, sulitnya memasarkan barang, apalagi dalam bentuk mebeler rotan ukuran besar seperti kursi dan lainnya. Perajin biasanya hanya membuat ketika ada pesanan karena untuk membuat produk-produk itu memerlukan modal cukup besar.

Zikrillah meyakinkan bahwa kemampuan perajin rotan di Baamang sudah bagus dan mampu menghasilkan produk berkualitas. Perlu dukungan semua pihak, termasuk dari pemerintah daerah dalam hal regulasi agar sektor ini kembali bangkit.

"Perlu regulasi untuk membantu jaminan pasokan bahan jadi untuk perajin rotan dan regulasi agar instansi pemerintah menggunakan mebeler rotan sehingga bisa menyerap hasil produksi perajin rotan. Misalnya sofa, bak sampah, kursi dan lainnya dari rotan. Saat ini sangat sedikit. Ini supaya berimbas pada ekonomi masyarakat yang mengandalkan penghasilan di sektor ini," harap Zikrillah.

Anggota Komisi III DPRD Kotawaringin Timur Dadang H Syamsu mengaku sepakat dengan harapan yang disampaikan tersebut. Pihaknya akan mendorong bupati membuat surat imbauan agar seluruh satuan organisasi perangkat daerah menggunakan mebeler rotan sehingga mampu menyerap hasil produk rotan lokal.

Dadang yang juga Ketua Asosiasi Pengusaha dan Petani Rotan Kotawaringin Timur berjanji akan berkoordinasi dengan pemasok rotan untuk mengalokasikan bahan jadi untuk perajin lokal. Dia yakin masalah itu bisa dikomunikasikan karena semua pihak ingin sektor rotan kembali bangkit.

"Tahun 2019 nanti kami di DPRD juga akan membahas rancangan Peraturan Daerah tentang Budaya Daerah yang di dalamnya mewajibkan pemerintah daerah menggunakan produk lokal, termasuk produk dari rotan. Mudah-mudahan regulasi ini nanti bisa membantu," demikian Dadang yang juga Ketua Badan Legislasi DPRD Kotawaringin Timur.