Perajin tempe di Kobar menjerit akibat harga kedelai terus naik

id Perajin tempe di Kobar menjerit akibat harga kedelai terus naik, kalteng, kobar, kedelai, pangkalan bun

Perajin tempe di Kobar menjerit akibat harga kedelai terus naik

Tatan, pemilik rumah produksi tempe Harapan Bersama Pangkalan Bun, Jumat (21/10/2022). ANTARA/M Husein Asyari

Pangkalan BunĀ  (ANTARA) - Terus melejitnya harga kedelai semakin memberatkan perajin tempe dan tahu di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, ditambah dengan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu. 

"Sebulan hampir tiga kali kenaikan harga kedelai, dari harga Rp13000 terus naik Rp13.500 dan terakhir Rp14000, dan masih ada kemungkinan harga akan naik lagi," ujar pemilik rumah produksi tempe Harapan Bersama (HB), Tatan Rustandi di Pangkalan Bun, Jumat. 

Dia mengeluhkan terus melonjaknya harga kedelai dari distributor di Surabaya. Menurutnya, harga kedelai saat ini mencapai Rp14.000 perkilogramnya. 

Dikatakan Tatan, dengan terus melonjaknya harga kedelai di pasaran, memaksa dirinya juga ikut menaikkan harga jual tempe dan tahu. Hal tersebut dilakukannya untuk menyeimbangkan dengan biaya operasional produksi. 

"Ya mau gimana lagi, terpaksa ikut kami naikkan juga, walau awalnya takut konsumen kecewa, misal harga tempe yang awalnya Rp6000, kami naikkan ke Rp7000," ujar pria yang sudah memproduksi tempe di Kobar sejak tahun 2015 tersebut. 

Baca juga: Polres Kobar rutin periksa urine anggotanya

Dijelaskan Tatan, bahan baku yang ia gunakan merupakan kedelai impor dari Amerika yang dibelinya dari salah satu distributor di Jawa Timur. Hal tersebut karena hasil produksi kualitas kedelai impor lebih bagus. 

"Memang kami menggunakan kedelai dari luar negeri. Dalam sehari kami memerlukan dua ton kedelai, dan sebelum adanya kenaikan BBM, harga kedelai kisaran Rp11.000 hingga Rp12.000," ujarnya lagi. 

Tatan memastikan, walau harga bahan baku yakni kedelai terus meroket, tapi ia tetap menjaga kualitas hasil produksinya, dengan tidak mengurangi takaran dan ukuran tempe dan tahunya. 

"Saat ini kami mempekerjakan 40 karyawan, dan kami berharap pemerintah mencarikan solusi untuk menekan harga kedelai yang terus melonjak, kalau seperti ini terus bisa gulung tikar kami nanti, dan berdampak di karyawan kami," demikian Tatan. 

Baca juga: Lebih dari 24.000 jiwa terdampak banjir di Kobar

Baca juga: Anggota DPR RI dorong perusahaan bangun sumur resapan antisipasi banjir

Baca juga: Pemberian keterangan hasil investigasi, PT DLU serahkan kepada KNKT