Palangka Raya (ANTARA) - Muhammadiyah Kalimantan Tengah menilai, rencana pemindahan ibu kota negara ke tempat yang baru perlu diimbangi dengan penyebarluasan informasi positif secara masif kepada masyarakat.
"Penyebaran informasi positif ini harus kita lakukan bersama, guna menanggulangi isu-isu negatif yang beredar di masyarakat," kata Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah Kalteng Akhmad Syar'i di Palangka Raya, Senin.
Masih adanya sebagian masyarakat yang tidak setuju dengan pemindahan ibu kota negara, disebabkan mereka lebih sering menerima informasi negatif berupa dampak buruk bagi masyarakat dari realisasi rencana tersebut.
Padahal jika ibu kota negara benar-benar dipindahkan ke Kalteng, tentu banyak dampak positif yang bakal diterima, baik oleh daerah maupun masyarakat. Diantaranya, perguruan tinggi yang akan semakin berkembang, hingga peningkatan pada sektor ekonomi.
"Momentum pemindahan ibu kota adalah sesuatu yang luar biasa, jadi kenapa tidak kita ambil dan maksimalkan peluang yang ada tersebut," tegasnya kepada Antara Kalteng.
Terkait hal negatif yang seringkali dibicarakan, yakni kualitas sumber daya manusia (SDM) yang ditakutkan bakal kalah bersaing, hal itu dapat diatasi melalui penyiapan masyarakat oleh semua pihak yang bertanggung jawab.
Tidak hanya oleh pemerintah daerah, namun juga dilakukan organisasi kemasyarakatan dan pihak lainnya, termasuk Muhammadiyah. Pihaknya menegaskan, akan menyiapkan generasi muda yang benar-benar kompeten, sehingga mampu bersaing nantinya.
"Generasi muda menjadi fokus utama, sebab merekalah yang akan menghadapi dan berinteraksi langsung dengan suasana ibu kota negara. Sedangkan saat ini masih dalam tahap penyiapan," terangnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, sekalipun pemindahan ibu kota tidak dilakukan, utamanya ke Kalimantan, persiapan-persiapan tersebut juga wajib dilakukan. Sebab seiring berjalannya waktu, persaingan yang semakin sengit akan terus ada di masa yang akan datang.
Sementara itu Peneliti dari IAIN Palangka Raya Dr Abu Bakar menjelaskan, dari hasil penelitian yang mereka lakukan, ditemukan tiga pola pemikiran dari masyarakat saat ini. Pertama, yakni masyarakat yang menerima, karena beranggapan banyak manfaat yang didapat dari rencana tersebut.
"Kedua, mereka yang menolak, karena takut termarjinalkan atau terpinggirkan akibat kalah bersaing dan ketiga adalah masyarakat yang ragu, sebagian dirinya setuju namun sebagian lagi tidak," ungkapnya.
Menyikapi hal itu, langkah utama yang harus kita lakukan bersama, yakni membangun penyebarluasan informasi positif kepada seluruh masyarakat. Karena tanpa adanya upaya itu, tentu pemahaman yang negatif dari sebagian orang, akan terus ada dan tidak terentaskan.