Produksi petani di Pulang Pisau menurun selama musim kemarau

id kabupaten pulang pisau,pulpis,kepala dinas pertanian pulpis,Slamet Untung Rianto,petani pulpis,kekeringan di pulpis

Produksi petani di Pulang Pisau menurun selama musim kemarau

Ilustrasi - sawah kekeringan. (ANTARA/HO-Net)

Pulang Pisau (ANTARA) - Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Slamet Untung Rianto menyatakan bahwa produksi petani di wilayah setempat selama musim kemarau mengalami penurunan.

"Hampir semua lahan milik petani mengalami kekeringan akibat kemarau ini. Itu yang membuat hasil produksinya menurun," kata Slamet di Pulang Pisau, Jumat.

Dikatakan, petani yang merasakan dampak akibat kemarau adalah petani tanaman holtikultura atau tanaman jenis sayur mayur yang lebih banyak membutuhkan air. Petani ini merasakan dampak langsung dari musim kemarau.

Slamet mengatakan ketersediaan air untuk lahan dilakukan petani dengan menggunakan sumur-sumur untuk menyiram tanaman. Namun tidak semua petani mampu dan memiliki sumur atau penampungan air, terlebih mesin pompa untuk menyiram tanaman.

"Saluran irigasi juga kering selama musim kemarau. Jadi, ya semakin mempersulit petani mendapatkan air menyirami tanamannya," beber dia. 

Mengenai petani tanaman padi, menurut Slamet, hampir tidak ada kendala. Sebab, petani padi rata-rata sudah melewati musim panen sehingga siklus tanam tidak melalui musim kemarau. Musim tanam padi biasanya dilakukan petani setelah melewati musim kemarau.

Dinas Pertanian Pulpis sampai sekarang ini belum memiliki laporan secara lengkap, terkait dampak dan kendala apa yang dirasakan petani selama musim kemarau ini.

Baca juga: Pemprov Kalteng siap jika ada masyarakat yang harus dievakuasi akibat karhutla

Slamet mengatakan sekarang ini pihaknya sedang mengumpulkan data-data tersebut, agar menjadi dasar membuat program dan kegiatan yang bisa meringankan para petani tanaman holtikutura di kabupaten setempat.

"Untuk menghadapi jika terjadi musim kemarau yang cukup panjang yang membuat ketersediaan air untuk lahan pertanian terjadi kekeringan," kata dia.

Dia pun mengingatkan kepada para petani untuk tidak melakukan pembakaran hutan dan lahan selama musim kemarau dan dalam status siaga darurat bencana.

Selain ada ancaman pidana bagi yang melakukan pembakaran lahan, dampak asap yang ditimbulkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat di daerah setempat.

"Saya berharap musim kemarau tahun ini tidak berkepanjangan agar tidak berdampak pada lahan-lahan pertanian di kabupaten setempat," demikian Slamet.

Baca juga: Kasihan! Demi penuhi kebutuhan, warga pesisir Pulpis harus membeli air bersih

Baca juga: Dugaan sumur bor fiktif di Kalteng bukan milik BRG