Benarkah orang dengan gangguan makan cenderung kecanduan berolahraga?

id olaharaga,kecanduan makan,candu olahraga,Benarkah orang dengan gangguan makan cenderung kecanduan berolahraga?

Benarkah orang dengan gangguan makan cenderung kecanduan berolahraga?

ILUSTRASI - Seorang pria melakukan pemanasan sebelum berolahraga. ANTARA/Shutterstock/am.

Jakarta (ANTARA) - Melakukan aktivitas fisik termasuk berolahraga berlebihan sangat berbahaya bagi kesehatan, terutama pada orang-orang yang mengalami gangguan makan, menurut sebuah studi dalam jurnal Psychotherapy and Psychosomatics.

Menurut studi itu, seperti dilansir Indian Express beberapa waktu lalu, orang dengan gangguan makan memanfaatkan olahraga untuk mengatur suasana hati depresi dan pemikiran negatif namun ini bisa menjadi sebuah kecanduan dan menyebabkan penyakit.

Untuk sampai pada temuan itu, para peneliti dari Karlsruhe Institute of Technology (KIT) di Jerman menggunakan buku harian elektronik merekam pengalaman dan kebiasaan 29 pasien dengan gangguan makan, selama tujuh hari.

Baca juga: Penyebab berat badan terus naik meski sudah berolahraga

"Dengan buku harian elektronik ini, kami mempelajari interaksi dinamis latihan fisik dan variabel psikologis dalam kehidupan sehari-hari," jelas penulis studi Markus Reichert.

Mereka juga meminta partisipan melaporkan kondisi subjektif mereka sebelum dan sesudah latihan.

Hasilnya, pasien dengan gangguan makan berolahraga setelah mereka mengalami penurunan suasana hati.

Efek ini tidak ditemukan untuk kelompok kontrol (yang terdiri dari 35 orang sehat). Mereka merasa penuh energi sebelum berolahraga.

Baca juga: Aktivitas fisik yang tepat untuk ibu hamil

Baca juga: Apa yang terjadi pada tubuh jika berhenti beraktivitas fisik?


Setelah berolahraga, orang dengan gangguan makan memiliki suasana hati yang lebih baik daripada kontrol yang sehat, merasa lebih santai, dan lebih sedikit tekanan menjadi langsing.

Mereka lebih puas dengan tubuh mereka tetapi efek ini bertahan untuk jangka waktu terbatas mulai dari satu hingga tiga jam tergantung pada orang yang dites.

"Untuk mengatasi keadaan emosional yang sulit dan pengalaman tubuh negatif, mereka berolahraga, mungkin juga karena kurangnya strategi alternatif pada saat-saat seperti itu," jelas Reichert.

Efek positif olahraga membuat orang dengan gangguan makan lebih banyak melakukannya dan kebutuhan ini membuat mereka ingin berolahraga lagi ketika efeknya menurun.

"Ini dapat menghasilkan lingkaran setan, semakin banyak latihan dibutuhkan untuk merasa baik," kata rekan penulis studi Almut Zeeck dari University of Freiburg di Jerman.

Baca juga: Ini manfaat memberi jeda pada latihan fisik

Baca juga: Rutin olahraga mampu kurangi risiko kanker hingga getah bening

Baca juga: Usia tua tak jadi hambatan dalam lari maraton