Jakarta (ANTARA) - Walau kasus infeksi virus corona baru penyebab COVID-10 masih terjadi, namun beberapa negara perlahan-lahan mencoba membuka kembali ekonomi mereka.
Beberapa negara selamat dari gelombang pertama tetapi ada kekhawatiran orang-orang dapat terinfeksi kembali.
Menurut sebuah studi di Amsterdam, orang mungkin terinfeksi kembali SARS CoV-2 setelah enam bulan.
Temuan ini muncul setelah para peneliti melacak 10 subjek yang terkena setidaknya satu dari empat spesies virus corona musiman selama 35 tahun (1985 hingga 2020).
Baca juga: Satu keluarga positif COVID-19 tolak bantuan pemkot
“Kami melihat infeksi kembali yang sering terjadi pada 12 bulan pasca infeksi dan penurunan substansial dalam tingkat antibodi segera setelah enam bulan pasca infeksi,” catat studi itu seperti dilansir Medical Daily.
Namun, perlu dicatat penelitian ini belum ditinjau oleh rekan sejawat, sehingga kurang mendapat dukungan.
Kendati begitu, hasil studi ini akan menjadi jawaban untuk orang-orang bertanya-tanya kapan COVID-19 bisa aktif kembali karena hal ini menjadi perhatian bagi sebagian besar negara yang kembali membuka keran ekonominya.
Baca juga: Begini cara Palangka Raya menata ulang lokasi jualan pedagang Pasar Besar
Masyarakat didesak untuk melanjutkan pedoman yang ditetapkan petugas kesehatan salah satunya Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk Amerika Serikat seperti mengenakan masker wajah setiap saat keluar rumah, mempraktikkan jarak sosial dan menerapkan personal hygiene setiap saat, seperti mencuci tangan.
Kekebalan bisa membantu meredakan kasus tetapi ini dicapai ketika mayoritas populasi tertentu menjadi kebal terhadap penyakit menular. Untuk mencapai ini, diperlukan vaksinasi luas namun hingga kini masih belum tersedia.
Baca juga: Tips penting hadapi era normal baru
Baca juga: Tiga cara masyarakat sambut 'new normal'