Rumah sakit ini dituding 'mengcovidkan' pasien
Gunungsitoli (ANTARA) - Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Gunungsitoli, SUmatera Utara, membantah bahwa pihaknya telah "mengcovidkan" pasien.
Kepala Instalasi Patologi Klinik Terpadu (Laboratorium) RSUD Gunungsitoli dr.Yuliani Zalukhu di Gunungsitoli, Jumat, mengatakan pihaknya memastikan hasil tes COVID-19 yang dikeluarkan melalui alat tes cepat molekuler (TCM) atau Polimerase Chain Reaction (PCR) akurat.
"Banyak tudingan RSUD Gunungsitoli mengcovidkan pasien, itu tidak benar. Kami jelaskan bahwa kami tidak ada niat membuat hasil yang negatif menjadi positif, sebab kami bekerja di bawah sumpah. Hasil tes usap yang dikeluarkan sudah sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium," katanya.
Ia mengatakan jika mereka terbukti melakukan hal tersebut atau mengcovidkan pasien, mereka bisa kena sanksi dan izin mereka bisa dicabut, sehingga mereka tidak bisa praktik lagi.
Baca juga: UTD RSUD Lamandau bantu optimalkan pelayanan kesehatan
"Kami sangat menyayangkan tudingan itu dan kami jelaskan bahwa untuk menerbitkan hasil tes usap, kami bekerja di laboratorium bersama analis kami selama tujuh hari dalam sepekan dari pukul 08.00 sampai pukul 22.00 WIB, bahkan kadang sampai pukul 02.00 dini hari," katanya.
Kepada media dia mengatakan jika dia bisa diberi pilihan tugas, dia akan memilih untuk tidak memeriksa COVID-19 karena membuat badan mereka capek dan mereka rentan terkena virus tersebut. "Kami setiap hari hampir tidak bisa bersama keluarga, karena kerap pulang dini hari dan tidak pernah libur," ucap dokter spesialis patologi klinik tersebut.
Ia menyampaikan untuk masalah COVID-19, ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan, yakni melakukan tes cepat deteksi antibodi atau tes cepat antigen.
Baca juga: Laboratorium PCR RSUD Murjani Sampit mulai digunakan
Saat ini yang banyak digunakan adalah tes cepat antibodi dan tes cepat hanya pemeriksaan skrining (menyaring) untuk memastikan ada yang reaktif karena Orang Tanpa Gejala (OTG). Karena hasilnya belum menegakkan diagnosis, maka seorang pasien belum bisa diisolasi.
Setelah tes cepat, dilakukan pemeriksaan molekuler atau berbasis genetik atau asam nokler yang berbasis gen dengan menggunakan alat TCM atau PCR. "Kami memiliki dua alat pemeriksa COVID-19, yakni alat PCR dan TCM," ucapnya.
Ia menyampaikan kedua alat tersebut telah dirancang untuk tidak bisa diatur ulang dan semua pemeriksaan diatur oleh alat, sehingga hasilnya tidak bisa diubah.
Baca juga: Dua warga Nias diisolasi di RSUD Gunungsitoli terkait COVID-19
"Kita tidak sembarangan melakukan pekerjaan dan semua dilakukan sesuai aturan, karena pekerjaan kami selalu dipantau oleh senior dan profesor kami, dan hasil yang ada selama ini tidak ada yang kami tukar-tukar atau kami mengcovidkan pasien," tegasnya.
Baca juga: Pelayanan kesehatan gratis Pemprov Kalteng bantu ribuan masyarakat kurang mampu
Baca juga: RSUD Sukamara siap tangani pasien COVID-19
Baca juga: Terinspirasi dari Desa Dambung, Bupati Bartim buat program layanan jemput pasien
Kepala Instalasi Patologi Klinik Terpadu (Laboratorium) RSUD Gunungsitoli dr.Yuliani Zalukhu di Gunungsitoli, Jumat, mengatakan pihaknya memastikan hasil tes COVID-19 yang dikeluarkan melalui alat tes cepat molekuler (TCM) atau Polimerase Chain Reaction (PCR) akurat.
"Banyak tudingan RSUD Gunungsitoli mengcovidkan pasien, itu tidak benar. Kami jelaskan bahwa kami tidak ada niat membuat hasil yang negatif menjadi positif, sebab kami bekerja di bawah sumpah. Hasil tes usap yang dikeluarkan sudah sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium," katanya.
Ia mengatakan jika mereka terbukti melakukan hal tersebut atau mengcovidkan pasien, mereka bisa kena sanksi dan izin mereka bisa dicabut, sehingga mereka tidak bisa praktik lagi.
Baca juga: UTD RSUD Lamandau bantu optimalkan pelayanan kesehatan
"Kami sangat menyayangkan tudingan itu dan kami jelaskan bahwa untuk menerbitkan hasil tes usap, kami bekerja di laboratorium bersama analis kami selama tujuh hari dalam sepekan dari pukul 08.00 sampai pukul 22.00 WIB, bahkan kadang sampai pukul 02.00 dini hari," katanya.
Kepada media dia mengatakan jika dia bisa diberi pilihan tugas, dia akan memilih untuk tidak memeriksa COVID-19 karena membuat badan mereka capek dan mereka rentan terkena virus tersebut. "Kami setiap hari hampir tidak bisa bersama keluarga, karena kerap pulang dini hari dan tidak pernah libur," ucap dokter spesialis patologi klinik tersebut.
Ia menyampaikan untuk masalah COVID-19, ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan, yakni melakukan tes cepat deteksi antibodi atau tes cepat antigen.
Baca juga: Laboratorium PCR RSUD Murjani Sampit mulai digunakan
Saat ini yang banyak digunakan adalah tes cepat antibodi dan tes cepat hanya pemeriksaan skrining (menyaring) untuk memastikan ada yang reaktif karena Orang Tanpa Gejala (OTG). Karena hasilnya belum menegakkan diagnosis, maka seorang pasien belum bisa diisolasi.
Setelah tes cepat, dilakukan pemeriksaan molekuler atau berbasis genetik atau asam nokler yang berbasis gen dengan menggunakan alat TCM atau PCR. "Kami memiliki dua alat pemeriksa COVID-19, yakni alat PCR dan TCM," ucapnya.
Ia menyampaikan kedua alat tersebut telah dirancang untuk tidak bisa diatur ulang dan semua pemeriksaan diatur oleh alat, sehingga hasilnya tidak bisa diubah.
Baca juga: Dua warga Nias diisolasi di RSUD Gunungsitoli terkait COVID-19
"Kita tidak sembarangan melakukan pekerjaan dan semua dilakukan sesuai aturan, karena pekerjaan kami selalu dipantau oleh senior dan profesor kami, dan hasil yang ada selama ini tidak ada yang kami tukar-tukar atau kami mengcovidkan pasien," tegasnya.
Baca juga: Pelayanan kesehatan gratis Pemprov Kalteng bantu ribuan masyarakat kurang mampu
Baca juga: RSUD Sukamara siap tangani pasien COVID-19
Baca juga: Terinspirasi dari Desa Dambung, Bupati Bartim buat program layanan jemput pasien