"Hasil dari pengujian laboratorium dan tadi malam juga kami komunikasi dengan Kadiskes bahwa almarhum hasil swab dua kali di rumah sakit Polri dinyatakan negatif COVID-19," kata Pelaksana Harian Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kotawaringin Timur, Multazam di Sampit, Kamis pagi.
Multazam menjelaskan, klarifikasi itu disampaikan oleh istri almarhum yang disampaikan kepada Satuan Tugas Penanganan COVID-19 melalui pesan singkat menggunakan nomor telepon yang selama ini digunakan almarhum Yudha. Informasi itu dengan menyertakan bukti keterangan hasil laboratorium.
Istri almarhum juga menginformasikan bahwa jenazah dr Yudha akan dimakamkan di Sampit. Jenazah diperkirakan tiba di Bandara Haji Asan Sampit sekitar pukul 09.00 WIB.
Rencananya jenazah akan dibawa melintasi RSUD dr Murjani Sampit untuk memberi kesempatan keluarga besar pegawai rumah sakit kepada mendiang dr Yudha pemimpin rumah sakit tersebut.
Selanjutnya jenazah akan dishalatkan di Masjid Darul Ma'rifah Jalan Tjilik Riwut km 2,5 dekat rumah duka. Jenazah akan dimakamkan di alkah keluarga yang berlokasi tidak jauh dari rumah duka.
"Informasi sementara yang kami terima seperti itu. Untuk informasi lebih detail, tentu pihak keluarga yang lebih tahu dan berhak menyampaikannya," kata Multazam.
Seperti diketahui, dr Febby Yudha Herlambang wafat dalam perawatan di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur pada Rabu (25/11) sekitar pukul 18.00 WIB.
Sebelumnya diketahui dr Yudha dirawat di ruang isolasi penanganan COVID-19 RSUD dr Murjani Sampit, namun kondisinya menurun. Dokter yang selama ini dikenal ramah dan suka membantu itu kemudian dirujuk ke RS Polri Kramat Jati.
Yudha diterbangkan dari Sampit menuju Jakarta pada Senin (23/11) malam menggunakan pesawat carteran dengan menerapkan protokol kesehatan. Petugas menggunakan alat pelindung diri.
Nasib berkata lain. Kondisi kesehatan Yudha terus memburuk. Dokter yang selama ini dinilai memiliki peranan penting dalam penanganan COVID-19 di Kotawaringin Timur itu akhirnya mengembuskan napas terakhirnya saat dalam perawatan.
Baca juga: Pejuang penanganan COVID-19 itu kini telah tiada
Wafatnya dr Yudha menjadikan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur menjadi kehilangan sosok dokter yang mempunyai kemampuan yang dinilai mumpuni meski usianya masih relatif muda, yakni 43 tahun.
Yudha diberi amanah menjadi Pelaksana Tugas Direktur RSUD dr Murjani Sampit pada 30 April 2020, saat pandemi COVID-19 terjadi. Sebelumnya dia menjabat sebagai Wakil Direktur Bidang Pelayanan di rumah sakit milik pemerintah daerah tersebut.
Sebagai pemimpin rumah sakit, peran Yudha sangat penting karena RSUD dr Murjani Sampit menjadi tumpuan utama penanganan pasien COVID-19, tidak hanya dari Kotawaringin Timur sendiri, tetapi juga dari kabupaten tetangga yakni Seruyan dan Katingan.
Saat kondisi genting lantaran kasus baru COVID-19 melonjak tajam beberapa waktu lalu, Yudha dituntut membuat kebijakan-kebijakan penting sebagai solusi dalam waktu cepat agar pasien penyakit menular tersebut bisa ditangani sesuai standar kesehatan.
Sebagai seorang dokter, apalagi mengemban amanat sebagai direktur rumah sakit, Yudha menyadari betul profesinya berisiko tinggi tertular COVID-19. Namun dia tetap mengedepankan tanggung jawabnya kepada masyarakat.
Baca juga: Operasional laboratorium PCR RSUD Murjani Sampit disesuaikan kemampuan personel
Baca juga: Satu lantai RSUD Murjani Sampit disiapkan khusus penanganan COVID-19