Jokowi sebut jika tak mau divaksin akan rugikan diri dan orang lain
Jakarta (ANTARA) - Presiden Jokowi menegaskan orang-orang yang tidak mau menjalani vaksinasi COVID-19 hanya akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
"Di sini ada yang tidak mau divaksin? Ada? Semua ingin divaksin, syukur alhamdulillah karena kalau ada yang tidak mau divaksin tidak hanya merugikan diri sendiri tapi juga merugikan orang lain," kata Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat.
Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut dalam acara Pemberian Bantuan Modal Kerja (BMK) kepada sekitar 60 orang pelaku usaha mikro dan kecil. Acara tersebut juga dihadiri Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Para pelaku usaha yang mendengar pertanyaan Presiden Jokowi tersebut pun tidak ada yang mengangkat tangan.
"Vaksinasi itu seperti imunisasi anak-anak itu, kayak begitu saja," ucap Presiden menambahkan.
Presiden Jokowi menjelaskan vaksinasi dapat menjadi salah satu titik untuk menjadikan kondisi Indonesia kembali normal.
Baca juga: Distribusi vaksin untuk Barito Utara dijadwalkan 12 Januari
"Satu titik kita akan kembali Insya Allah ke keadaan normal karena minggu depan vaksinasi akan dimulai. Saya yang nanti disuntik pertama, tes kemudian (menyusul divaksin) dokter, perawat selanjutnya masyarakat," ungkap Presiden.
Sebelumnya diberitakan Presiden Joko Widodo akan disuntik vaksin COVID-19 buatan Sinovac pada Rabu, 13 Januari 2021 bersama dengan para menteri bersama pejabat publik terkait lainnya.
"Januari akan disuntik sebanyak 5,8 juta (orang) tapi total nantinya yang disuntik 182 juta orang, dan dua kali disuntik berarti vaksinnya butuh 2 dikali 182 juta orang, hampir 400 juta dosis untuk kebutuhan vaksinnya," tutur Presiden.
Meski vaksinasi secara bertahap akan dilakukan, tapi Presiden Jokowi mengingatkan bahwa keadaan belum dapat langsung normal.
"Minggu depan mulai vaksinasi, tapi keadaan belum bisa kembali langsung normal, karena itu saya titip ke bapak dan ibu sampaikan ke tetangga, keluarga dan teman, agar tetap disiplin menjaga protokol kesehatan, pakai masker, cuci tangan habis berkegiatan, jaga jarak, harus disiplin, jangan ke tempat banyak orang berkerumun," ungkap Presiden.
Baca juga: Bupati Kotim siap menjadi orang pertama divaksin di daerahnya
Presiden Jokowi juga mengingatkan bahwa masyarakat perlu bersyukur Indonesia tidak sampai menerapkan karantina wilayah atau "lockdown".
"Alhamdulilah masih beruntung tidak sampai 'lockdown', kalau di negara lain seperti Eropa sampai ada 3 bulan 'lockdown' bahkan 3 hari yang lalu di London, Inggris 'lockdown' lagi, Bangkok juga 'lockdown', di Tokyo juga statusnya darurat, di sini walau aktivitas terbatas tapi masih berusaha meski dengan protokol kesehatan yang ketat jadi bapak ibu masih bisa berusaha," ujar Presiden menjelaskan.
Pemerintah diketahui sudah mengonfirmasi pemesanan 329,5 juta dosis vaksin COVID-19 dari berbagai produsen.
Pertama dari perusahaan farmasi Tiongkok Sinovac sebanyak 125,5 juta dosis; kedua dari pabrikan vaksin Amerika Serikat-Kanada Novavax sebesar 50 juta dosis; ketiga dari kerja sama multilateral WHO dan Aliansi Vaksin Dunia (Covax-GAVI) sebesar 50 juta dosis; keempat dari pabrikan Inggris AstraZeneca sebanyak 50 juta dosis; dan kelima perusahaan farmasi gabungan Jerman dan Amerika Serikat Pfizer BioNTech sebesar 50 juta.
Baca juga: Bio Farma dapat izin produksi 100 juta vaksin COVID-19
Baca juga: 100 juta vaksin COVID-19 Bio Farma siap diproduksi
Baca juga: Benarkah vaksin COVID-19 bisa memperbesar penis?
"Di sini ada yang tidak mau divaksin? Ada? Semua ingin divaksin, syukur alhamdulillah karena kalau ada yang tidak mau divaksin tidak hanya merugikan diri sendiri tapi juga merugikan orang lain," kata Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan Bogor, Jumat.
Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut dalam acara Pemberian Bantuan Modal Kerja (BMK) kepada sekitar 60 orang pelaku usaha mikro dan kecil. Acara tersebut juga dihadiri Menteri Sekretaris Negara Pratikno.
Para pelaku usaha yang mendengar pertanyaan Presiden Jokowi tersebut pun tidak ada yang mengangkat tangan.
"Vaksinasi itu seperti imunisasi anak-anak itu, kayak begitu saja," ucap Presiden menambahkan.
Presiden Jokowi menjelaskan vaksinasi dapat menjadi salah satu titik untuk menjadikan kondisi Indonesia kembali normal.
Baca juga: Distribusi vaksin untuk Barito Utara dijadwalkan 12 Januari
"Satu titik kita akan kembali Insya Allah ke keadaan normal karena minggu depan vaksinasi akan dimulai. Saya yang nanti disuntik pertama, tes kemudian (menyusul divaksin) dokter, perawat selanjutnya masyarakat," ungkap Presiden.
Sebelumnya diberitakan Presiden Joko Widodo akan disuntik vaksin COVID-19 buatan Sinovac pada Rabu, 13 Januari 2021 bersama dengan para menteri bersama pejabat publik terkait lainnya.
"Januari akan disuntik sebanyak 5,8 juta (orang) tapi total nantinya yang disuntik 182 juta orang, dan dua kali disuntik berarti vaksinnya butuh 2 dikali 182 juta orang, hampir 400 juta dosis untuk kebutuhan vaksinnya," tutur Presiden.
Meski vaksinasi secara bertahap akan dilakukan, tapi Presiden Jokowi mengingatkan bahwa keadaan belum dapat langsung normal.
"Minggu depan mulai vaksinasi, tapi keadaan belum bisa kembali langsung normal, karena itu saya titip ke bapak dan ibu sampaikan ke tetangga, keluarga dan teman, agar tetap disiplin menjaga protokol kesehatan, pakai masker, cuci tangan habis berkegiatan, jaga jarak, harus disiplin, jangan ke tempat banyak orang berkerumun," ungkap Presiden.
Baca juga: Bupati Kotim siap menjadi orang pertama divaksin di daerahnya
Presiden Jokowi juga mengingatkan bahwa masyarakat perlu bersyukur Indonesia tidak sampai menerapkan karantina wilayah atau "lockdown".
"Alhamdulilah masih beruntung tidak sampai 'lockdown', kalau di negara lain seperti Eropa sampai ada 3 bulan 'lockdown' bahkan 3 hari yang lalu di London, Inggris 'lockdown' lagi, Bangkok juga 'lockdown', di Tokyo juga statusnya darurat, di sini walau aktivitas terbatas tapi masih berusaha meski dengan protokol kesehatan yang ketat jadi bapak ibu masih bisa berusaha," ujar Presiden menjelaskan.
Pemerintah diketahui sudah mengonfirmasi pemesanan 329,5 juta dosis vaksin COVID-19 dari berbagai produsen.
Pertama dari perusahaan farmasi Tiongkok Sinovac sebanyak 125,5 juta dosis; kedua dari pabrikan vaksin Amerika Serikat-Kanada Novavax sebesar 50 juta dosis; ketiga dari kerja sama multilateral WHO dan Aliansi Vaksin Dunia (Covax-GAVI) sebesar 50 juta dosis; keempat dari pabrikan Inggris AstraZeneca sebanyak 50 juta dosis; dan kelima perusahaan farmasi gabungan Jerman dan Amerika Serikat Pfizer BioNTech sebesar 50 juta.
Baca juga: Bio Farma dapat izin produksi 100 juta vaksin COVID-19
Baca juga: 100 juta vaksin COVID-19 Bio Farma siap diproduksi
Baca juga: Benarkah vaksin COVID-19 bisa memperbesar penis?