BKSDA telusuri kemunculan buaya Sungai Mentaya

id BKSDA telusuri kemunculan buaya Sungai Mentaya, bksda, buaya, Sampit, Kotim, Kotawaringin Timur

BKSDA telusuri kemunculan buaya Sungai Mentaya

Komandan Jaga BKSDA Pos Sampit, Muriansyah saat memeriksa lokasi kemunculan buaya di perairan Desa Ganepo Kecamatan Seranau, Selasa (9/2/2021). ANTARA/HO-BKSDA Pos Sampit

Sampit (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah, menelusuri buaya besar yang sempat muncul dekat permukiman warga di Desa Ganepo Kecamatan Seranau Kabupaten Kotawaringin Timur.

"Informasi dari warga, buaya dengan panjang sekitar empat meter itu terlihat Senin sore. Kami turut menelusuri ke lokasi buaya itu sempat terlihat oleh warga," kata Komandan Jaga BKSDA Pos Sampit, Muriansyah di Sampit, Selasa.

Saat turun ke lokasi, Muriansyah didampingi personel Manggala Agni. Mereka bertemu dengan warga bernama Wage yang sempat melihat dan merekam penampakan buaya itu pada Senin (8/2) sekitar pukul 17.00 WIB.

Tim yang juga didampingi Wage serta tiga warga lainnya, menyusuri lokasi kemunculan buaya saat Sungai Mentaya sedang pasang tersebut. Berdasarkan penuturan Wage, buaya muncul di kebun pisang milik warga bernama Sulami yang lokasinya berjarak sekitar lima meter dari tepi Sungai Mentaya.

Petugas menyisir sekitar lokasi kemunculan buaya untuk mencari sarang atau tempat buat bertelur, namun tim tidak menemukan buaya maupun sarang satwa ganas tersebut.

Tim kemudian menyisir bantaran Sungai Mentaya sekitar lokasi kemunculan buaya, namun buaya juga tidak terlihat. Penyisiran dilanjutkan dengan memeriksa empat kolam besar di sekitar lokasi tersebut, namun buaya juga tidak terlihat.

Baca juga: Pemkab Kotim sesuaikan anggaran penanganan COVID-19

Menurut keterangan warga, di lokasi itu pada sore hari sering terlihat sekelompok monyet ekor panjang. Sementara di bantaran sungai, tim menemukan banyak sampah terdampar di perairan desa setempat.

Dua faktor itulah yang diduga menjadi pemicu buaya mendekati lokasi tersebut. Buaya kelaparan sehingga mencari makan ke sekitar permukiman dengan mengincar monyet maupun sampah yang dibuang warga ke sungai.

"Hingga kegiatan berakhir, kami tidak menemukan buaya maupun sarangnya. Kami memberikan pengarahan kepada warga dan meminta segera melapor apabila buaya terlihat lagi di lokasi tersebut. Kalau buaya muncul lagi di lokasi tersebut, saya rencanakan akan memasang perangkap untuk menangkap buaya itu," kata Muriansyah.

Muriansyah mengakui populasi buaya di Sungai Mentaya dan anak-anak sungainya, masih cukup banyak. Untuk itulah masyarakat diingatkan untuk selalu berhati-hati saat beraktivitas di sungai, terlebih saat hari sudah gelap karena sangat rawan serangan buaya.

Selama 2020 lalu tercatat 11 kasus serangan buaya di Kotawaringin Timur, Awal 2021, tepatnya pada Jumat (1/1) sekitar pukul 23.30 WIB, seorang nenek bernama Bahriah (74) warga Desa Pelangsian Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, menderita putus tangan kiri dan patah kaki kiri setelah buaya besar menerkam tangannya saat dia mencuci tangan usai buang air besar di pinggir Sungai Mentaya.
 

Baca juga: Posko PPKM berbasis mikro diharapkan efektif menekan penularan COVID-19 di Kotim

Baca juga: Legislator Kotim ini soroti kesadaran masyarakat menjaga kebersihan kota

Baca juga: PWI Kotim kawal pemerintah tangani pandemi COVID-19