Sampit (ANTARA) - Supriadi terlihat memperhatikan seksama telepon selulernya ketika beristirahat sejenak di sela kesibukannya membantu melayani warga. Dia tampak serius membaca pesan yang baru saja masuk.
Sejurus kemudian, pria yang merupakan Kepala Puskesmas Baamang I Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, itu terlihat menelepon seseorang. Dia menjelaskan terkait prosedur isolasi mandiri bagi penderita COVID-19.
Rupanya pesan singkat yang masuk itu berasal dari keluarga salah satu pasien COVID-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri. Dia memilih langsung menelepon untuk menjelaskan secara langsung agar penjelasannya benar-benar bisa dipahami oleh keluarga pasien.
"Tidak apa-apa. Saya malah senang pasien atau keluarga pasien proaktif bertanya seperti itu. Artinya mereka serius ingin menjalankan aturan kesehatan supaya segera sembuh. Yang susah itu kalau tidak kooperatif," kata Supriadi di Sampit, Sabtu.
Kesibukan Supriadi menjadi gambaran rutinitas banyak tenaga kesehatan setelah pandemi COVID-19 juga melanda kabupaten ini sejak Maret 2020 lalu. Tenaga kesehatan menjadi harapan penanganan COVID-19 yang saat ini trennya justru kembali meningkat.
Tantangan besar dihadapi tenaga kesehatan dalam menangani pandemi virus mematikan ini. Selain harus mengambil risiko ikut tertular virus tersebut, mereka juga harus berhadapan dengan beragam perangai masyarakat.
Hingga kini tidak sedikit warga yang mengabaikan, memandang sepele, bahkan menganggap COVID-19 itu tidak ada. Padahal sudah jelas, COVID-19 itu nyata dan telah merenggut banyak korban jiwa di dunia, termasuk Kotawaringin Timur.
Kewaspadaan tinggi harus dilakukan semua orang karena potensi penularan COVID-19 di Kotawaringin Timur masih tinggi. Bahkan varian baru virus Corona yang bermutasi di India yaitu jenis B.1.617 juga telah ditemukan di kabupaten ini.
Menggugah kesadaran masyarakat supaya menjalankan protokol kesehatan, menjadi tantangan besar pemerintah, khususnya tenaga kesehatan yang menjadi garda terdepan di lapangan.
Baca juga: Lansia di Kotim antusias ikuti vaksinasi massal
Ilmu pengetahuan sudah mengungkap fakta jenis dan cara penularan serta pencegahan virus tersebut sehingga bisa diantisipasi. Justru yang menjadi tantangan saat ini adalah mendisiplinkan masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan.
Sebagus apapun program penanganan yang dibuat dan dijalankan pemerintah, tidak akan berbuah maksimal tanpa dukungan masyarakat. Semua tidak ada artinya selama masih banyak masyarakat yang mengabaikan protokol kesehatan karena penularan dan munculnya klaster baru rawan terus terjadi.
Sikap abai tidak hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga orang lain. Jika sampai tertular, maka sangat rentan pula menularkan virus mematikan tersebut kepada orang lain.
Kedisiplinan masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan memang masih harus menjadi perhatian serius. Sebagian masyarakat baru tersadar bahwa COVID-19 itu nyata ketika mendapati penularan itu terjadi di sekitar mereka, bahkan dengan munculnya klaster keluarga, kegiatan keagamaan, pendidikan, perkantoran dan lainnya.
Perhatian juga ditujukan kepada penderita COVID-19 yang menjalani isolasi mandiri. Kesadaran pribadi mereka sangat dibutuhkan. Jika mereka mengabaikan protokol kesehatan, bahkan keluyuran maka dampaknya sangat buruk karena bisa memicu penularan yang luas.
Supriadi bersyukur karena saat ini kesadaran masyarakat mulai meningkat, meski masih ada yang abai. Kondisi saat ini lebih baik dibanding tahun lalu. Dia berharap dengan kesadaran dan kedisiplinan masyarakat maka pandemi COVID-19 ini bisa segera berakhir.
"Tahun lalu, pernah ada pasien yang positif COVID-19 dari hasil swab PCR, namun menolak saat kami kunjungi. Tapi alhamdulilah tahun ini jauh lebih baik. Mudah-mudahan kita bersama bisa segera memutus mata rantai penularan COVID-19 ini," harap Supriadi.
Baca juga: Pelaku usaha di Kotim mulai rasakan dampak pemulihan ekonomi
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur, Umar Kaderi mengatakan, lonjakan kasus COVID-19 di Kabupaten Kotawaringin Timur saat ini sangat memprihatikan. Jumlah penambahan kasus baru setiap harinya umumnya jauh lebih besar dibanding kasus sembuh. Tren kasus positif juga diprediksi meningkat.
Hasil evaluasi Dinas Kesehatan, lonjakan kasus ini tidak terlepas dari sikap sebagian masyarakat yang mulai mengabaikan protokol kesehatan. Aktivitas di pasar, warung, buka puasa bersama dan kegiatan keagamaan yang tidak menerapkan protokol kesehatan diyakini menjadi pemicu melonjaknya kasus COVID-19 pada April dan Mei ini.
Sikap abai sebagian masyarakat memperburuk kondisi saat ini. Bahkan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kotawaringin Timur pernah menemukan ada pasien isolasi mandiri yang justru keluyuran ke luar rumah.
"Kami juga kadang dapat ancaman saat pemantauan di lapangan. Bahkan kemarin ada yang protes namanya tersebar. Padahal itu untuk kepentingan pemantauan oleh kepala desa, lurah dan camat. Untuk mengoptimalkan pemantauan dan pengobatan itu kami berkoordinasi dengan Koramil dan Polsek," ujar Umar.
Sementara itu, berdasarkan data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kotawaringin Timur, jumlah kasus COVID-19 saat ini sudah sebanyak 2.501 kasus yang terdiri dari 2.189 kasus sembuh, 246 masih ditangani dan 66 orang meninggal dunia.
Jumlah tersebut termasuk perkembangan yang terjadi hari ini yakni ditemukannya 25 kasus baru terkonfirmasi positif COVID-19, sedangkan pasien sembuh hanya 15 orang. Data ini menunjukkan bahwa penularan COVID-19 di Kotawaringin Timur terus meningkat sehingga harus terus diwaspadai.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur berharap masyarakat menyadari bahwa ancaman COVID-19 itu nyata. Masyarakat harus menjalankan protokol kesehatan dengan baik agar terhindar dari virus mematikan ini.
Baca juga: Kesejahteraan guru mengaji di Kotim perlu perhatian