Kuala Kurun (ANTARA) - Bupati Gunung Mas, Kalimantan Tengah Jaya S Monong mengatakan bahwa berdasarkan hasil analisa usaha tani, budidaya jagung hibrida merupakan usaha tani yang menguntungkan.
Oleh sebab itu, petani diminta serius dalam menggeluti budidaya jagung hibrida, kata Jaya saat sosialisasi budidaya pengembangan tanaman jagung hibrida di lahan milik Kelompok Tani Sejahtera di Kecamatan Kurun, Senin.
“Dari hasil analisis yang dilakukan oleh PT Petrokimia Kayaku, budidaya jagung hibrida menguntungkan,” ucap orang nomor satu di kabupaten bermoto Habangkalan Penyang Karuhei Tatau ini.
Dalam analisis budidaya jagung, PT Petrokimia Kayaku membuat dua simulasi. Simulasi pertama adalah jika menggunakan biaya dan tenaga kerja, sedangkan yang kedua jika dikerjakan oleh petani sendiri.
Berdasarkan simulasi musim pertama, jika menggunakan biaya dan tenaga kerja, untuk mengelola lahan satu hektare diperlukan biaya sarana dan prasarana senilai Rp9.555.000 yang digunakan untuk pengolahan tanah, membeli benih jagung, pupuk, herbisida, insektisida, fungisida, dan pupuk pelengkap.
Untuk biaya tenaga kerja, mulai dari penanaman, pemupukan, penyemprotan herbisida purna dan pestisida, serta biaya tenaga kerja panen diperlukan biaya Rp4.200.000. Secara keseluruhan, total biaya jagung hibrida musim pertama adalah Rp13.755.000.
Untuk target panen per hektare diperkirakan 8.000 kilogram. Jika harga jagung hibrida Rp3.000 per kg, maka hasil panen adalah Rp24 juta. Artinya, dari satu hektare petani masih mendapat untung Rp10.245.000 dalam satu musim budidaya jagung hibrida yakni empat bulan.
Pada musim kedua, petani akan lebih diuntungkan karena ada penghematan dari segi persiapan lahan yakni pengolahan tanah. Secara keseluruhan biaya budidaya jagung hibrida hingga panen adalah Rp12.255.000, yang artinya dari satu hektare petani mendapat untung Rp11.745.000 dalam satu musim.
Untuk simulasi kedua yakni jika dikerjakan oleh petani sendiri, pada musim pertama di lahan seluas satu hektare diperlukan biaya Rp11.655.000. Jika harga jagung hibrida Rp3.000 per kg, maka hasil panen adalah Rp24 juta, yang artinya petani mendapat untung Rp12.345.000 dalam satu musim.
Pada musim kedua, petani akan lebih diuntungkan karena ada penghematan dari segi persiapan lahan yakni pengolahan tanah. Secara keseluruhan, budidaya jagung hibrida hingga panen adalah Rp10.155.000, yang artinya dari satu hektare petani mendapat untung Rp13.845.000 dalam satu musim.
“Jadi kuncinya sekarang di produktivitas. Tidak perlu mengejar berapa hektare lahan yang digarap, yang penting adalah berapa ton yang dihasilkan,” paparnya.
Saat ini pengembangan jagung hibrida sudah dijalankan secara baik di beberapa poktan di wilayah Gumas, salah satunya Poktan Sejahtera di Kecamatan Kurun. Petani Gumas diharap dapat mencontoh budidaya jagung di poktan yang sudah berjalan baik.
Terlebih, sambung dia, sejumlah pabrik sudah menyatakan siap menampung hasil panen jagung hibrida, sehingga petani tidak perlu memusingkan pemasaran hasil panen.
Lebih lanjut, pada musim perdana, di awal pembukaan lahan, tidak menutup kemungkinan hasil panen tidak sesuai keinginan. Namun itu merupakan hal yang lumrah, dan pada musim tanam selanjutnya tanah akan semakin baik dan hasil panen akan semakin bagus.
Pemerintah kabupaten juga akan selalu mendukung petani. Oleh sebab itu, petani diminta untuk tidak ragu membudidayakan jagung hibrida di lahan yang masih tidur.
Wabup Gumas Efrensia L.P Umbing menambahkan, dari pantauan di lapangan, musuh utama dari budidaya jagung hibrida adalah ulat. Namun jika ditangani secara tepat maka ulat dapat ditanggulangi. Pemerintah, baik itu provinsi maupun kabupaten, juga siap membantu petani jika lahan mereka diserang hama.
“Memang ini diperlukan keseriusan para petani. Jika serius pasti bisa dan akan menjadi sumber penghasilan bagi petani maupun masyarakat umum yang ingin membudidayakan jagung hibrida,” tuturnya.
Kepala Dinas Pertanian Gumas Rody Aristo Robinson mengatakan, pada tahun 2021 pemkab melakukan pengembangan jagung hibrida seluas 300 hektare pada 32 poktan yang tersebar di 19 desa dan lima kelurahan, di delapan kecamatan.
Pihaknya telah melakukan berbagai strategi untuk pengembangan jagung hibrida, salah satunya memfasilitasi demonstrasi plot di kawasan pengembangan jagung hibrida seperti pada Kelurahan Kampuri Kecamatan Mihing Raya, Kelurahan Kuala Kurun dan Kelurahan Tampang Tumbang Anjir Kecamatan Kurun, Kelurahan Tewah Kecamatan Tewah, dan Desa Bangun Sari Kecamatan Manuhing.
“Kami optimis pengembangan tanaman jagung hibrida tahun 2021 di area 300 hektare akan berhasil dengan mengoptimalkan perubahan pola pikir, keseriusan petani, keuletan, serta penerapan adopsi teknologi seperti pelaksanaan pada demonstrasi plot ini,” demikian Rody.