IDAI sebut tak perlu gunakan antibiotik untuk pengobatan COVID-19 pada anak

id Antibiotik,anak positif covid,IDAI sebut tak perlu gunakan antibiotik untuk pengobatan COVID-19 pada anak,Obat covid

IDAI sebut tak perlu gunakan antibiotik untuk pengobatan COVID-19 pada anak

Ilustrasi obat (Pixabay)

Jakarta (ANTARA) - Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi dan Penyakit Tropis sekaligus anggota Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DR. Dr. Anggraini Alam, Sp.A(K), mengatakan bahwa orang tua tidak perlu memberikan antibiotik kepada anak yang terkena COVID-19 dan dirawat sendiri di rumah.

"Penggunaan antibiotik, menurut berbagai penelitian dari CDC, WHO, melihat bahwa ini tidak masuk ke standard of care dan tidak ada di siklus COVID-19, sehingga tidak diberikan untuk terapi COVID," kata Dr. Anggraini dalam bincang bersama dengan IDAI melalui Instagram Live, Minggu.

Belakangan ini, memang beredar narasi dan pesan yang berisi resep obat untuk COVID-19 di media sosial yang berisi saran penggunaan beberapa jenis obat seperti azithromycinfavipiravir, dan dexamethasone untuk mengobati COVID-19. Antibiotik ini umumnya mudah dan murah didapatkan di apotek secara luring maupun daring.

"Kenapa kok tiba-tiba (antibiotik) booming? Karena memang masih awal. Misalnya, azithromycin, ini buat kita semua gampang dan mudah dikenal dibandingkan antivirus lain yang belum familiar. Namun dengan berjalannya waktu, kita makin banyak belajar, bahwa ini bukan digunakan untuk terapi COVID, namun untuk suatu infeksi bakteri/coinfeksi," jelas Dr. Anggraini.

Sebagai informasi, Azithromycin adalah antibiotik untuk mengobati penyakit infeksi akibat bakteri. Dikutip dari Hello Sehat, azithromycin digunakan untuk penanganan pasien COVID-19 karena memiliki peran sebagai antivirus.

Baca juga: Pertolongan pertama saat anak diare, jangan setop beri makan

Namun, obat ini hanya diresepkan pada pasien COVID-19 kriteria tertentu sesuai dengan penilaian dokter. Konsumsi antibiotik yang tidak diperlukan berisiko semakin rentannya tubuh terhadap infeksi dan berakibat kebal terhadap pengobatan antibiotik di kemudian hari.

Sementara, favipiravir atau avigan adalah obat antivirus yang penggunaannya harus dengan resep dokter.

Kemudian dexamethasone merupakan obat steroid golongan kortikosteroid. Obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi peradangan, gangguan pencernaan, asma, dan reaksi alergi. Kadang, dexamethasone juga digunakan dalam pengobatan beberapa jenis kanker. Setelah melalui uji klinis, dexamethasone terbukti ampuh menyelamatkan pasien COVID-19 dari kondisi kritis.

Meski demikian, Dr. Anggraini mengatakan penggunaan antibiotik dan antivirus secara asal-asalan bisa berpotensi untuk menyebabkan masalah baru dalam tubuh, tak terkecuali anak-anak yang terpapar virus corona baru ini.

Ia menegaskan bahwa penggunaan obat ini diberikan oleh dokter pada pasien COVID-19 di rumah sakit yang dalam kondisi kritis atau bergejala berat.

Saat disinggung mengenai ivermectin, Dr. Anggraini mengatakan bahwa obat ini masih berada dalam uji klinis dan belum merekomendasikan penggunaan ivermectin sebagai obat untuk mencegah atau mengobati COVID-19.

"Jadi, kita tunggu. Jangan mentang-mentang mudah didapat dan murah, langsung beli, karena masih belum terbukti," tegasnya.

Dr. Anggraini kemudian berpesan kepada orang tua untuk tetap tenang dan rajin berkonsultasi dengan kerabat dan dokter anak ketika sedang menjalani isolasi mandiri (isoman) bersama. Orang tua juga diimbau untuk memonitor kesehatan anak dengan panduan dan diari isoman dari IDAI.

"Memiliki diari IDAI sangat menolong agar mendapatkan suatu panduan harian. Orang tua juga jangan ragu untuk komunikasi ke nakes setempat seperti dokter spesialis anak, puskesmas, dan kerabat melalui media sosial agar bisa gotong royong dan mengetahui (kondisi) keluarga masing-masing termasuk si kecil," kata Dr. Anggraini.

"Jangan diagnosis dan beri keputusan atau pemberian obat sendiri. Tetap dokter adalah yang sudah menjadi penanggung jawab untuk pemberian tata laksana terkait COVID," pungkasnya.