Twitter hadirkan fitur baru untuk disinformasi COVID-19

id Twitter,Disinformasi covid ,Twitter hadirkan fitur baru untuk disinformasi COVID-19

Twitter hadirkan fitur baru untuk disinformasi COVID-19

Ilustrasi - Sejumlah orang yang sedang memegang gawai dengan latar belakang yang diproyeksikan dengan logo Twitter yang diambil di Warsawa, Jumat (27 /9/2013). ANTARA/REUTERS/Kacper Pempel/am.

Jakarta (ANTARA) - Twitter menguji fitur yang akan dapat menyaring informasi-informasi salah, disinformasi, terkait berita-berita dari COVID-19.

Twitter juga mengumumkan mulai hari Selasa (17/8) para pengguna dapat melaporkan informasi yang salah melalui proses yang sama seperti pelecehan atau konten berbahaya lainnya, melalui menu dropdown di kanan atas setiap cuitan, tweet.

Baca juga: Twitter blokir sementara akun anggota DPR AS atas cuitan ihwal COVID

Pengguna Twitter juga akan diminta untuk memilih apakah komentar menyesatkan tersebut bersifat politis, terkait kesehatan, atau termasuk dalam kategori lain.

Dikutip dari The Verge, Rabu, kategori politik mencakup bentuk disinformasi yang lebih spesifik seperti konten yang terkait dengan pemilu. Kategori kesehatan juga akan menyertakan opsi bagi pengguna untuk menandai informasi yang salah terkait COVID-19.

Fitur baru ini akan mulai tersedia pada Selasa untuk sebagian besar pengguna di AS, Australia, dan Korea Selatan. Twitter berharap bisa menjalankan eksperimen ini selama beberapa bulan sebelum memutuskan untuk meluncurkannya ke pasar global.

Twitter juga mengatakan bahwa tidak setiap laporan akan ditinjau karena platform terus menguji fitur tersebut. Tetapi data yang diperoleh melalui pengujian akan membantu perusahaan menentukan bagaimana mereka dapat memperluas fitur selama beberapa minggu ke depan.

Tes tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi tweet yang berisi informasi yang salah yang berpotensi menjadi viral di dunia maya.

Bulan lalu, pemerintahan Biden mengambil sikap yang lebih kuat terhadap informasi yang salah karena varian baru COVID-19 terus menyebar. Presiden Biden mengatakan kepada wartawan pada bulan Juli bahwa platform media sosial seperti Facebook "membunuh orang" dengan informasi yang salah tentang vaksin.