Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Sukamara Kalimantan Tengah meningkatkan upaya penanganan stunting, khususnya di empat desa yang menjadi fokus lokasi kegiatan pada 2022 nanti.
"Hasil analisis situasi tahun 2021, untuk program pada 2022 nantinya ada empat lokus penanganan percepatan penurunan stunting di Kabupaten Sukamara, yaitu desa Pulau Nibung Kecamatan Jelai, Desa Jihing dan Pempaning Kecamatan Balai Riam, serta Desa Sukaraja Kecamatan Sukamara," kata Bupati Sukamara Windu Subagio di Sukamara.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita yang disebabkan kekurangan gizi parah, khususnya pada 1.000 hari pertama kehidupan. Hal ini menjadi perhatian serius pemerintah karena penyakit yang ditandai dengan tubuh kerdil akibat pertumbuhan terhambat itu juga berpengaruh terhadap kemampuan anak tersebut.
Faktor penyebab stunting diantaranya ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi, lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pengasuhan bayi dan balita, akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan, serta faktor kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi serta pengelolaan sampah yang layak.
Kecukupan asupan gizi dan status kesehatan ibu dan anak sangat berpengaruh dalam penanganan stunting. Juga diperlukan dukungan lintas sektor yang memberikan sumbangan sebesar 70 persen terhadap angka prevalensi stunting, melalui pembangunan sanitasi, air bersih, penyediaan pangan yang aman dan bergizi, dan kepedulian masyarakat untuk mengoptimalkan perannya dalam upaya penanggulangan stunting secara bersama-sama.
Baca juga: Bundaran berkonsep ruang terbuka hijau akan jadi ikon baru Sukamara
Windu memerintahkan seluruh kepala perangkat daerah beserta jajarannya, termasuk camat dan unsur pemerintahan desa, pihak swasta dan seluruh komponen masyarakat untuk bersama-sama bersinergi dalam melakukan aksi secara komprehensif sebagai upaya percepatan penurunan stunting di Kabupaten Sukamara.
Langkah ini sejalan dengan lima pilar strategi nasional penanggulangan stunting, yang meliputi beberapa aspek antara lain aspek komitmen pimpinan daerah, aspek promosi dan perubahan perilaku, aspek konvergensi, koordinasi dan konsolidasi antar stakeholder, aspek ketahanan pangan dan gizi, serta aspek pemantauan dan evaluasi.
Penyebab langsung masalah stunting adalah lebih menitikberatkan pada beberapa faktor penanganan penyebabnya. Upaya ini harus didukung semua pihak agar bisa berjalan maksimal.
"Masyarakat juga diharapkan turut berperan membantu menyukseskan program pengentasan stunting ini karena menyangkut kualitas kesehatan masyarakat kita juga," demikian Windu Subagio.
Baca juga: Pengoperasian bus sekolah di Sukamara demi keselamatan pelajar