Polres Sukamara pastikan kesiapan sarpras dalam penanganan bencana
Sukamara (ANTARA) - Polres Sukamara mengikuti apel gelar personel dan sarpras program prioritas Polda Kalteng tahun 2022 dalam rangka penanganan karhutla, banjir, food estate, kejahatan lingkungan hidupbdan COVID-19 secara virtual.
“Apel ini bertujuan mengecek kesiapan personel dan sarpras dalam menanggulangi karhutla, banjir dan lainnya yang ada di Sukamara," ucap Kapolres AKBP Dewa Made Palguna, Selasa.
Pengecekan ulang dan konsolidasi kembali untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan sebelumnya, sehingga semua benar-benar siap siaga baik personel maupun sarpras.
“Tentunya, kita sangat berharap penanganan karhutla di wilayah ini bisa teratasi dengan baik dan mudah-mudahan zero kebakaran," terangnya.
Melalui kesiapsiagaan semua pihak baik personel Polri, TNI, para pemangku kepentingan maupun masyarakat dapat bahu-membahu dalam penanganan ke depannya.
Tujuannya agar bisa melakukan deteksi dan antisipasi dini, sehingga penanganan dapat segera dilakukan agar tidak meluas seandainya terjadi kebakaran hutan dan lahan.
Dengan kesiapsiagaan semua dalam mengantisipasi karhutla ini, diharapkan penanganan kebakaran dapat diantisipasi sedini mungkin. Selain itu masyarakat juga diimbau tidak membuka lahan dengan cara dibakar.
Sekretaris Daerah Sukamara Rendy Lesmana mengatakan, pemerintah daerah melalui apel gelar personel dan sarpras mempersiapkan kesiapsiagaan semua pihak dalam penanggulanagan karhutla, banjir dan lainnya.
“Memang saat ini masih iklim basah dan justru berpotensi terjadinya bencana hidrometeorologi. Tetapi, tidak menutup kemungkinan juga terjadinya karhutla seperti yang pernah terjadi pada 2019 lalu,” ungkapnya.
Meski diketahui pada 2020 dan 2021 lebih banyak terjadi bencana hidrometeorologi seperti puting beliung, angin kencang dan banjir di wilayah pesisir. Namun kesiapsiagaan karhutla ini juga sangat penting.
“Pada dua kecamatan yakni Pantai Lunci dan Jelai terdapat ekosistem gambut berpotensi terjadi karhutla. Dari data yang ada pada 2019 dan sebelumnya, hotspot tertinggi berada di dua kecamatan tersebut,” jelasnya.
Tentu penanganan secara dini memang harus dilakukan, supaya kejadian pada lima tahun silam yakni Sukamara merupakan penyumbang asap urutan ke lima terbesar di wilayah Kalimantan Tengah.
“Makanya, saat ini kita selalu berupaya mengantisipasi secara dini penangan karhutla, supaya tidak menyebabkan kebakaran secara meluas dan hasilnya memang sangat signifikan," tegasnya.
“Apel ini bertujuan mengecek kesiapan personel dan sarpras dalam menanggulangi karhutla, banjir dan lainnya yang ada di Sukamara," ucap Kapolres AKBP Dewa Made Palguna, Selasa.
Pengecekan ulang dan konsolidasi kembali untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan sebelumnya, sehingga semua benar-benar siap siaga baik personel maupun sarpras.
“Tentunya, kita sangat berharap penanganan karhutla di wilayah ini bisa teratasi dengan baik dan mudah-mudahan zero kebakaran," terangnya.
Melalui kesiapsiagaan semua pihak baik personel Polri, TNI, para pemangku kepentingan maupun masyarakat dapat bahu-membahu dalam penanganan ke depannya.
Tujuannya agar bisa melakukan deteksi dan antisipasi dini, sehingga penanganan dapat segera dilakukan agar tidak meluas seandainya terjadi kebakaran hutan dan lahan.
Dengan kesiapsiagaan semua dalam mengantisipasi karhutla ini, diharapkan penanganan kebakaran dapat diantisipasi sedini mungkin. Selain itu masyarakat juga diimbau tidak membuka lahan dengan cara dibakar.
Sekretaris Daerah Sukamara Rendy Lesmana mengatakan, pemerintah daerah melalui apel gelar personel dan sarpras mempersiapkan kesiapsiagaan semua pihak dalam penanggulanagan karhutla, banjir dan lainnya.
“Memang saat ini masih iklim basah dan justru berpotensi terjadinya bencana hidrometeorologi. Tetapi, tidak menutup kemungkinan juga terjadinya karhutla seperti yang pernah terjadi pada 2019 lalu,” ungkapnya.
Meski diketahui pada 2020 dan 2021 lebih banyak terjadi bencana hidrometeorologi seperti puting beliung, angin kencang dan banjir di wilayah pesisir. Namun kesiapsiagaan karhutla ini juga sangat penting.
“Pada dua kecamatan yakni Pantai Lunci dan Jelai terdapat ekosistem gambut berpotensi terjadi karhutla. Dari data yang ada pada 2019 dan sebelumnya, hotspot tertinggi berada di dua kecamatan tersebut,” jelasnya.
Tentu penanganan secara dini memang harus dilakukan, supaya kejadian pada lima tahun silam yakni Sukamara merupakan penyumbang asap urutan ke lima terbesar di wilayah Kalimantan Tengah.
“Makanya, saat ini kita selalu berupaya mengantisipasi secara dini penangan karhutla, supaya tidak menyebabkan kebakaran secara meluas dan hasilnya memang sangat signifikan," tegasnya.