"Pertama, kami (Kemenparekraf) punya program bernama Akatara, lalu ada Doc by The SEA, serta program Asian Animation Summit," kata Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf Hanifah Makarim dikutip, Rabu.
Hanifah bilang, program Akatara yang sudah dilangsungkan sejak 2017, merupakan wadah untuk mempertemukan investor dan pembuat film dari berbagai segmen sinema dengan target pasar yang besar, yakni nasional. Ia menyebut, Akatara merupakan program pertama yang dihadirkan oleh Pemerintah Indonesia dalam hal menghubungkan investor dengan pelaku kreatif dari industri film.
Hingga kini banyak film yang lahir dari program Akatara, di antaranya "Keluarga Cemara", "27 Steps of May", "Nyanyian Akar Rumput", hingga "Darah Biru Arema".
Untuk program pembiayaan kedua, Doc by the SEA, ia menjelaskan bahwa program itu dikhususkan untuk sineas yang membuat film dokumenter berdurasi panjang. Acara itu justru sering diikuti oleh investor dari luar negeri sehingga para sineas yang tertarik bergabung dalam program ini harus memiliki materi dengan sasaran internasional.
"Pesertanya ini tidak terbatas dari Indonesia, berasal dari seluruh Asia karena memang banyak permintaan untuk dokumenter- dokumenter dari Asia punya ruang," kata Hanifah.
Untuk 2022, Doc by The SEA masih terbuka untuk pendaftaran dan pengumpulan karya hingga 22 April 2022, sebelum diseleksi dan masuk dalam forum pelatihan hingga "pitching".
Baca juga: Desa Benakitan dan Riam Tinggi terima penghargaan Kemenparekraf
Lebih lanjut Hanifah menjelaskan beberapa investor untuk sineas yang terlibat di Doc by the SEA di antaranya merupakan para pemilik siaran internasional seperti BBC maupun NHK.
Untuk program pembiayaan terakhir yang tersedia bagi para sineas Indonesia adalah Asian Animation Summit (AAS), berupa program yang hanya ditujukan untuk sineas yang memiliki spesialisasi di bidang animasi.
Diadakan oleh penyedia layanan hiburan khusus untuk anak-anak, Kidscreen, Kemenparekraf akan menjadi tuan rumah untuk Asian Animation Summit yang berlangsung di Bali pada November 2022.
Tentunya program itu masih bisa diikuti oleh para sineas animasi yang membutuhkan pembiayaan untuk pembuatan karyanya agar bisa semakin dikenal publik khususnya dengan target sasaran internasional.
Nantinya jika berhasil lolos dalam proses seleksi, maka sineas animasi akan mendapatkan pembinaan khusus dari mentor internasional agar bisa menyajikan animasi yang lebih baik lagi dan berpotensi mendapatkan pembiayaan.
"Kami tahu film adalah lokomotif dari subsektor ekonomi kreatif lainnya, tentunya kita berharap dengan program- program ini industri film semakin baik dan mengeliatkan kembali pasar film di Indonesia," kata Hanifah.
Baca juga: Kemenparekraf: Tren 'staycation' bukti pariwisata telah bangkit
Baca juga: Grab dan Kemenparekraf berkolaborasi dukung kebangkitan wisata Bali
Baca juga: Kemenparekraf umumkan finalis FoodStartup Indonesia 2021