Jakarta (ANTARA) - Praktisi kesehatan yang juga dokter spesialis anak, dr Miza Afrizal, Sp.A mengatakan bahwa keparahan infeksi virus dan bakteri pada anak dapat dideteksi dengan menghitung kecepatan napasnya dalam satu menit.
"Caranya tempel tangan di atas dada anak lalu hitung satu menit dengan stopwatch atau apapun. Anak berusia nol sampai satu tahun itu tidak boleh lebih dari 60 kali, kalau misalnya dua hingga tiga tahun tidak boleh lebih dari 50 kali napas," katanya dalam diskusi mengenai batuk dan pilek yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan jika napas anak terasa cepat, itu pertanda anak mengalami sesak dan perlu segera dibawa ke rumah sakit.
Cara selanjutnya yang bisa dilakukan orangtua adalah melihat cara anak bernapas. Pada anak usia nol sampai enam bulan pada saat napas tenang, biasanya diikuti dengan gerakan kepala mengikuti napas. Jika ini terjadi orang tua perlu waspada.
Cara lainnya adalah melihat cuping hidung anak yang kembang kempis ketika bernapas. Jika beberapa ciri tersebut sudah berlangsung lama, ada baiknya segera diperiksa oleh dokter.
"Kalau 'ngomongin' durasi virus itu akan membaik 10 sampai 14 hari, kalau lebih dari 14 hari anaknya belum ada perbaikan mending dibawa ke dokter," katanya.
Ia mengatakan batuk atau pilek yang terjadi pada tubuh manusia sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan terhadap virus dan bakteri.
Saat virus masuk ke saluran pernapasan, tubuh akan mengirim sinyal ke otak untuk mengeluarkan virus tersebut dengan cara batuk.
"Temannya batuk adalah pilek, pilek fungsinya adalah memproduksi lendir dari tubuh, dan membuat 'perangkap' supaya virus tidak pindah ke organ tubuh lain dan membuat 'pagar' baru di seluruh saluran pernapasan," katanya.
Ia mengatakan berdasarkan penelitian yang dilakukan di Prancis, selama dua tahun pandemi COVID-19 ada efek yang terjadi pada sistem imunitas tubuh anak.
Selama pandemi tersebut, tubuh anak jadi lebih rentan terhadap infeksi karena berdiam di rumah sehingga tidak terpapar bakteri maupun virus.
"Selama dua tahun anak-anak tidak terkena infeksi ternyata ada efek negatifnya yaitu dia menjadi lebih rentan untuk terjadi infeksi setelah dia ketemu virus beneran, ini sudah ada penelitiannya," katanya.
Untuk menghindari anak dari batuk dan pilek di musim pancaroba, maka perlu evaluasi lingkungan sekitar anak dan memastikan bersih.
"Yang pertama harus evaluasi lingkungannya dulu apakah kita selama ini sudah memberikan lingkungan yang sehat buat anak, udara, apakah merokok di sekitar anak, debu dan lain-lain, hindari orang sakit di sekitar dia," kata dokter RSIA Tumbuh Kembang ini.
Setelah menjamin kebersihan udara sekitar anak, orangtua juga perlu evaluasi nutrisi pada makanan anak.
"Bukan cuma makan banyak tapi kualitasnya gimana," demikian Miza Afrizal.