Bondowoso (ANTARA) - Nur Imaniah tidak langsung percaya ketika mendapat informasi adanya kuliah gratis dan mendapatkan uang saku setiap bulan.
"Jangan-jangan ini kampus tidak jelas, kok kuliah gratis," begitu yang terlintas dalam pikirannya ketika sulung dari dua bersaudara itu mendapat informasi pada 2022 lalu.
Sejak menginjak pendidikan di sekolah menengah atas (SMA), ia sudah tidak berpikir untuk kuliah karena melihat keadaan ekonomi orang tuanya yang hanya sebagai petani kecil dengan penghasilan pas-pasan.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja tidak mudah, apalagi kalau orang tuanya harus menanggung biaya dia kuliah. Karena itu, yang selalu terlintas dalam pikirannya adalah bekerja. Saat itu dia hanya berpikir untuk mencoba tes masuk anggota TNI atau Polri.
Suatu ketika, ayahnya meminta Nur Imaniah untuk kuliah dan soal biaya tidak perlu dipikirkan. Dengan tegas dijawab bahwa dia sudah bosan untuk belajar. Maksud sebenarnya adalah dia tidak ingin menambah beban orang tuanya.
Begitu diyakinkan oleh saudara sepupunya yang menyampaikan informasi KIP Kuliah itu, Iim, panggilan akrabnya, mulai luluh dan mau mengikuti arahan untuk mendaftar secara daring.
Setelah itu, ia baru yakin bahwa memang ada beasiswa untuk calon mahasiswa yang berasal dari keluarga tidak mampu, yakni Program "Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah" yang dulu dikenal dengan istilah beasiswa Bidikmisi.
Ia pun mulai bersemangat untuk kembali ke bangku pendidikan, setelah mengetahui bahwa kampus yang ditujunya memiliki jurusan Bahasa Indonesia. Sejak SMA, meskipun tidak terlalu rutin, ia mulai belajar menulis cerita pendek atau cerpen.
Mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo, Jawa Timur, itu kini sudah dua semester mengenyam pendidikan tinggi tanpa membebani orang tuanya untuk mencari biaya kuliah.
Iim merasakan banyak manfaat dari beasiswa itu. Selain mengurangi beban orang tua untuk biaya pendidikan, dia juga lebih banyak belajar bertanggung jawab atas beasiswa yang diterimanya.
"Saya lebih semangat dalam hal belajar agar bisa mendapat nilai yang bagus. Soalnya kalau Iim malas-malasan, saya merasa berutang sama pemerintah yang sudah memberikan beasiswa ini," kata Iim kepada ANTARA.
Saat ini, gadis asal Pamekasan, Madura, itu banyak memiliki kesempatan untuk mengasah kegemaran lamanya dalam berlatih menulis cerpen. Bahkan, beberapa waktu lalu, ia pernah menjadi juara di kampusnya dalam lomba menulis cerpen.
Kalau ia memanfaatkan betul waktunya untuk belajar, termasuk dalam menulis karya sastra, hal itu juga sebagai bentuk syukur atas karunia dari Allah lewat jalur beasiswa KIP Kuliah.
Iim membayangkan bagaimana bingungnya ia saat ini kalau tidak kuliah. Jika beruntung segera mendapatkan pekerjaan, mungkin tidak akan bermasalah. Namun, jika dalam hal pekerjaan itu tidak beruntung, sebagaimana kebiasaan di kampung halamannya, kemungkinan besar ia sudah dinikahkan oleh orang tuanya.
Sementara Novil Fatah, mahasiswa Manajemen Agribisnis, Politeknik Negeri Jember (Polije) Kampus Bondowoso, juga mendapat berkah besar atas beasiswa KIP Kuliah. Sebagai anak petani miskin, dulunya ia tidak memiliki harapan untuk kuliah.
Beruntung, saat di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso, Jatim, banyak guru yang memotivasi untuk memanfaatkan peluang beasiswa itu.
Karena tidak ada pikiran untuk melanjutkan kuliah, ia mengaku saat di SMK tidak bersemangat dalam belajar. Takdir menuntunnya untuk menyadari kekeliruannya di masa lalu. Setelah merasakan jenjang pendidikan tinggi dengan segala fasilitas yang disediakan Pemerintah, ia berubah dengan terus giat belajar. Mahasiswa semeter 4 itu kini semacam membalas "dendam masa lalu" yang kurang semangat belajar, dengan memanfaatkan masa kuliah untuk bersungguh-sungguh.
Iim dan Novil adalah dua dari ratusan ribu anak muda di Indonesia yang awalnya tidak ada harapan untuk menimba ilmu hingga perguruan tinggi, kini mimpi itu mampu diwujudkan. Program KIP ini adalah misi pemerintah dalam menjamin keberlanjutan pendidikan.
Selain banyak yang sudah menikmati berkah beasiswa sebagai bentuk kehadiran negara atas persoalan yang dihadapi rakyatnya dalam bidang pendidikan, kini banyak juga anak muda lulusan SMA atau SMK yang tengah berjuang untuk mendapatkan beasiswa KIP Kuliah lewat berbagai jalur, yakni prestasi atau adu rapot, jalur tes tulis dan jalur mandiri.
Salah satu calon mahasiswa yang kini berburu berkah untuk mendapatkan beasiswa itu adalah Hovivah, alumni SMK Negeri 1 Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso.
Vivah, panggilan akrabnya, secara prestasi tergolong layak mendapatkan beasiswa itu. Selain kondisi ekonomi orang tuanya yang hanya bekerja sebagai pencari sisa panen padi di sawah atau "ngasak", prestasi akademik dan non-akademiknya juga menonjol.
Sejak kelas 1 hingga lulus, Viva selalu meraih rangking pertama di kelasnya. Bahkan, saat prosesi kelulusan, ia dinobatkan sebagai siswa terbaik di jurusan teknik informatika.
Di luar akademik, Viva juga aktif di organisasi, hingga terpilih menjadi Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di SMKN 1 Sumberwringin. Gadis yang hobi membaca ini juga aktif di kegiatan Pramuka di sekolahnya.
Viva, kini sedang menunggu pengumuman hasil tes tulis masuk perguruan tinggi dengan pilihan program studi "Teknik Informatika" (pilihan pertama) dan pilihan kedua "Bisnis Digital" di Politeknik Negeri Jember atau Polije.
Ia berharap semua prestasi saat di sekolah asalnya itu, ditunjang dengan kondisi ekonomi orang tuanya, mampu mengantarkan Viva ke bangku kuliah.
Dengan mata berkaca-kaca, Viva mengungkapkan harapannya bahwa dengan menimba ilmu di perguruan tinggi, ia akan memudahkan akses ekonomi, baik lewat pekerjaan profesional maupun mandiri lewat usaha, sehingga bisa membantu orang tuanya yang kini menghadapi masa tua.
Salah seorang guru SMKN 1 Sumberwringin Evy Yulis mengakui manfaat yang dirasakan anak-anak muda dari keluarga tidak mampu yang kemudian tertolong oleh hadirnya beasiswa KIP Kuliah ini.
Evy yang pernah menjadi Ketua Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) SMK Kabupaten Bondowoso itu mengaku banyak tahu bagaimana anak-anak yang awalnya tidak punya keberanian untuk bercita-cita tinggi, kemudian bersemangat dan terbantu saat difasilitasi untuk mendaftar di program KIP Kuliah.
"Beasiswa ini betul-betul dirasakan manfaatnya oleh anak-anak berpotensi dan bersemangat tinggi, namun terkendala ekonomi orang tua. Ini beasiswa berkah yang membantu anak-anak berani bermimpi tinggi dan maju. Saya juga berterima kasih kepada pemerintah, sehingga banyak anak-anak didik kami yang kini bisa kuliah," katanya.
KIP Kuliah menjadi semacam "tangga" yang disediakan oleh pemerintah agar generasi muda berpotensi mampu dan berani menapaki kehidupan yang lebih baik lewat raihan pendidikan tinggi. Semuanya berujung pada peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia (SDM) yang menjadi modal untuk Indonesia maju.