New York (ANTARA) - Harga minyak mentah berjangka mengalami sedikit kenaikan pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), ketika pasar menunggu berita tentang negosiasi batas utang di Amerika Serikat dan perkiraan permintaan minyak akan meningkat pada paruh kedua tahun ini, sementara pasokan dari Kanada dan OPEC+ menurun dalam beberapa pekan terakhir.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni terkerek 0,44 dolar AS atau 0,61 persen, menjadi menetap pada 71,99 dolar per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli menguat 0,41 dolar AS atau 0,54 persen, menjadi ditutup pada 75,99 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Presiden AS Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy dijadwalkan mengadakan pertemuan tatap muka pada Senin (22/5/2023) sore, dalam upaya untuk mencegah gagal bayar pemerintah atas kewajiban utangnya paling cepat 1 Juni.
Minyak WTI rebound dari sesi terendah karena para pedagang bertaruh bahwa dimulainya kembali negosiasi plafon utang akan memberikan dukungan untuk aset-aset berisiko, kata Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire.
Mungkin sulit bagi minyak untuk mengambil langkah besar jika pembicaraan plafon utang tetap berlangsung dan sebelum para pedagang mendapatkan data cepat indeks manajer pembelian untuk Amerika Serikat dan Eropa pada Selasa waktu setempat, menurut Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan multi-aset daring.
Kontrak berjangka WTI untuk pengiriman Juni berakhir pada Senin (22/5/2023) dan pedagang telah beralih ke kontrak berjangka WTI untuk pengiriman Juli.
Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) memperingatkan tentang kekurangan minyak yang membayangi pada paruh kedua tahun ini ketika permintaan diperkirakan akan melampaui pasokan hampir 2 juta barel per hari, kata badan yang berbasis di Paris itu dalam laporan bulanan terbarunya.
Seorang eksekutif senior di Vitol mengatakan Asia akan memimpin pertumbuhan permintaan minyak sekitar 2 juta barel per hari pada paruh kedua tahun ini, peningkatan yang berpotensi menyebabkan kekurangan pasokan dan menaikkan harga.