BPBD Kotim apresiasi inisiatif Seranau tingkatkan kewaspadaan cegah karhutla
Sampit (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mengapresiasi inisiatif Kecamatan Seranau dalam meningkatkan kewaspadaan untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan.
"Ini yang bagus. Yang dilakukan oleh Seranau ini berkolaborasi dengan semua pihak, ini yang paling baik. Walaupun ada kecamatan yang melakukan hal yang sama, tetapi saya atensi melihat minat masyarakat dalam penanganan karhutla itu luar biasa bagus, bahkan sampai ke tingkat desa," kata Kepala Pelaksana BPBD Kotawaringin Timur, Multazam di Sampit, Selasa.
Pemerintah Kecamatan Seranau menggelar lokakarya pencegahan dan pemadaman karhutla serta pelatihan penyegaran MPA/RSA se-Kecamatan Seranau. Kegiatan diikuti puluhan peserta yang umumnya merupakan anggota Masyarakat Peduli Api (MPA) dan Relawan Serbu Api (RSA).
Multazam menjelaskan, hujan deras cukup merata beberapa hari lalu cukup efektif menghilangkan titik panas di Kotawaringin Timur. Dua hari terakhir, satelit tidak menemukan titik panas di kabupaten ini.
Namun dia mengingatkan semua pihak selalu waspada karena dengan berkurangnya awan hujan maka biasanya titik panas akan muncul lagi, terutama di wilayah yang potensi tinggi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Wilayah rawan tersebut yaitu mulai dari Kecamatan Kota Besi sampai ke selatan yaitu Kota Besi, Baamang, Mentawa Baru Ketapang, Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit, Seranau dan Pulau Hanaut.
Daerah-daerah itu memang daerah rawan karena di bawahnya tanah gambut, sementara di daerah utara tanahnya mineral sehingga kebakaran cuma terjadi di permukaan dan pemadamannya lebih gampang.
Multazam menginformasikan, hasil koordinasi dengan BMKG disebutkan bahwa saat ini sudah memasuki musim kemarau dan diperkirakan berlangsung hingga Agustus. Bahkan sampai November diperkirakan cuaca masih panas.
Baca juga: Bupati Kotim: Pengunduran diri kepala desa tidak bisa dibatalkan
Meskipun kemaraunya panjang, BPBD berharap di tengah-tengahnya ada modifikasi cuaca sehingga ada hujan. Kotawaringin Timur termasuk prioritas karena daerah ini termasuk berisiko tinggi karhutla.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur telah menetapkan Status Siaga Darurat Bencana Karhutla selama 60 hari terhitung sejak 23 Mei 2023.
Sebagai antisipasi, BPBD Provinsi Kalimantan Tengah sudah minta bantuan pemerintah pusat untuk program teknologi modifikasi cuaca agar terjadi hujan saat puncak kemarau, serta pengoperasian dua helikopter untuk pemadaman melalui udara dengan pengeboman air.
Multazam menegaskan, karhutla ini tidak bisa hanya diselesaikan oleh satu pihak. Pemilik konsesi, pemilik perkebunan dan masyarakat pun diharapkan terlibat membantu upaya ini, salah satunya dengan tidak membakar lahan.
"Memang pada umumnya kebakaran itu disengaja karena kadang-kadang membakar lahan kering rencana untuk berkebun, tapi dia lupa bahwa di bawahnya tanah gambut akhirnya menyebar. Masyarakat juga harus waspada terhadap hal-hal itu. Jangan sampai kemudian bencana ini merusak penghidupan dan kehidupan kita," demikian Multazam.
Camat Seranau, Juliansyah mengharapkan adanya kebersamaan dengan masyarakat Seranau untuk mencegah dan menanggulangi karhutla. Hal itu mengingat kecamatan ini termasuk wilayah rawan karhutla.
Ada beberapa titik yang rawan karhutla yaitu di kawasan Benyamuk Kelurahan Mentaya Seberang, serta Desa Batuah dan Desa Terantang. Bahkan belum lama ini terjadi kebakaran lahan di kawasan itu.
Diakui, ada dugaan kebakaran itu akibat disengaja untuk pembersihan lahan. Untuk itu sosialisasi akan semakin digencarkan kepada masyarakat, termasuk kepada petani agar mereka sadar bahaya membakar lahan saat kemarau seperti sekarang ini.
Baca juga: Bupati Kotim ingatkan kepala desa lebih teliti dalam pengelolaan keuangan
"Kami telah membentuk Satgas Karhutla dan mempersiapkan RSA dan MPA. Mereka akan kita latih teknis penanggulangan bencana. Kami juga berterima kasih atas dukungan PT RMU terhadap upaya ini," kata Juliansyah.
Kepala Seksi Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Konservasi Sumber Daya Alam pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Mentaya Tengah Seruyan Hilir Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah, Wibisono, berharap semua pihak bersama-sama berkolaborasi mencegah dan menanggulangi karhutla.
"Kami berharap kesadaran masyarakat menjaga lingkungan dan ekosistem kita karena kebakaran hutan dan lahan ini sangat luas sekali dampaknya pada sisi kesehatan, ekonomi maupun nama baik bangsa kita," ujar Wibisono.
Sementara itu Kepala Zona Seranau PT Rimba Makmur Utama, Herwin menegaskan, karhutla adalah musuh bersama. Untuk itu pihaknya mengajak dan mendukung semua pihak bergotong royong mencegah kerusakan ekosistem hutan gambut akibat kebakaran hutan dan lahan.
Hal ini merupakan komitmen dan bagian dari pekerjaan mereka dalam rangka mengembalikan fungsi kawasan hutan sebagai penyangga ekosistem masyarakat.
Untuk menekan laju perubahan iklim dan deforestasi kawasan hutan, khususnya di Kecamatan Seranau, Pulau Hanaut dan Cempaga ini yang merupakan hutan rawa gambut maka kondisi ekosistem harus dijaga.
"Hutan rawa gambut adalah ekosistem yang sangat unik. Saat musim hujan menyerap air, sedangkan saat kemarau melepas air secara perlahan. Ekosistem ini harus kita jaga bersama," demikian Herwin.
Baca juga: Bupati Kotim: Pengunduran diri kepala desa tidak bisa dibatalkan
Baca juga: Diskominfo Kotim optimalkan kerja sama publikasi pembangunan
Baca juga: Petani Kotim diminta serap ilmu di Penas KTNA
"Ini yang bagus. Yang dilakukan oleh Seranau ini berkolaborasi dengan semua pihak, ini yang paling baik. Walaupun ada kecamatan yang melakukan hal yang sama, tetapi saya atensi melihat minat masyarakat dalam penanganan karhutla itu luar biasa bagus, bahkan sampai ke tingkat desa," kata Kepala Pelaksana BPBD Kotawaringin Timur, Multazam di Sampit, Selasa.
Pemerintah Kecamatan Seranau menggelar lokakarya pencegahan dan pemadaman karhutla serta pelatihan penyegaran MPA/RSA se-Kecamatan Seranau. Kegiatan diikuti puluhan peserta yang umumnya merupakan anggota Masyarakat Peduli Api (MPA) dan Relawan Serbu Api (RSA).
Multazam menjelaskan, hujan deras cukup merata beberapa hari lalu cukup efektif menghilangkan titik panas di Kotawaringin Timur. Dua hari terakhir, satelit tidak menemukan titik panas di kabupaten ini.
Namun dia mengingatkan semua pihak selalu waspada karena dengan berkurangnya awan hujan maka biasanya titik panas akan muncul lagi, terutama di wilayah yang potensi tinggi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Wilayah rawan tersebut yaitu mulai dari Kecamatan Kota Besi sampai ke selatan yaitu Kota Besi, Baamang, Mentawa Baru Ketapang, Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit, Seranau dan Pulau Hanaut.
Daerah-daerah itu memang daerah rawan karena di bawahnya tanah gambut, sementara di daerah utara tanahnya mineral sehingga kebakaran cuma terjadi di permukaan dan pemadamannya lebih gampang.
Multazam menginformasikan, hasil koordinasi dengan BMKG disebutkan bahwa saat ini sudah memasuki musim kemarau dan diperkirakan berlangsung hingga Agustus. Bahkan sampai November diperkirakan cuaca masih panas.
Baca juga: Bupati Kotim: Pengunduran diri kepala desa tidak bisa dibatalkan
Meskipun kemaraunya panjang, BPBD berharap di tengah-tengahnya ada modifikasi cuaca sehingga ada hujan. Kotawaringin Timur termasuk prioritas karena daerah ini termasuk berisiko tinggi karhutla.
Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur telah menetapkan Status Siaga Darurat Bencana Karhutla selama 60 hari terhitung sejak 23 Mei 2023.
Sebagai antisipasi, BPBD Provinsi Kalimantan Tengah sudah minta bantuan pemerintah pusat untuk program teknologi modifikasi cuaca agar terjadi hujan saat puncak kemarau, serta pengoperasian dua helikopter untuk pemadaman melalui udara dengan pengeboman air.
Multazam menegaskan, karhutla ini tidak bisa hanya diselesaikan oleh satu pihak. Pemilik konsesi, pemilik perkebunan dan masyarakat pun diharapkan terlibat membantu upaya ini, salah satunya dengan tidak membakar lahan.
"Memang pada umumnya kebakaran itu disengaja karena kadang-kadang membakar lahan kering rencana untuk berkebun, tapi dia lupa bahwa di bawahnya tanah gambut akhirnya menyebar. Masyarakat juga harus waspada terhadap hal-hal itu. Jangan sampai kemudian bencana ini merusak penghidupan dan kehidupan kita," demikian Multazam.
Camat Seranau, Juliansyah mengharapkan adanya kebersamaan dengan masyarakat Seranau untuk mencegah dan menanggulangi karhutla. Hal itu mengingat kecamatan ini termasuk wilayah rawan karhutla.
Ada beberapa titik yang rawan karhutla yaitu di kawasan Benyamuk Kelurahan Mentaya Seberang, serta Desa Batuah dan Desa Terantang. Bahkan belum lama ini terjadi kebakaran lahan di kawasan itu.
Diakui, ada dugaan kebakaran itu akibat disengaja untuk pembersihan lahan. Untuk itu sosialisasi akan semakin digencarkan kepada masyarakat, termasuk kepada petani agar mereka sadar bahaya membakar lahan saat kemarau seperti sekarang ini.
Baca juga: Bupati Kotim ingatkan kepala desa lebih teliti dalam pengelolaan keuangan
"Kami telah membentuk Satgas Karhutla dan mempersiapkan RSA dan MPA. Mereka akan kita latih teknis penanggulangan bencana. Kami juga berterima kasih atas dukungan PT RMU terhadap upaya ini," kata Juliansyah.
Kepala Seksi Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat Konservasi Sumber Daya Alam pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Mentaya Tengah Seruyan Hilir Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah, Wibisono, berharap semua pihak bersama-sama berkolaborasi mencegah dan menanggulangi karhutla.
"Kami berharap kesadaran masyarakat menjaga lingkungan dan ekosistem kita karena kebakaran hutan dan lahan ini sangat luas sekali dampaknya pada sisi kesehatan, ekonomi maupun nama baik bangsa kita," ujar Wibisono.
Sementara itu Kepala Zona Seranau PT Rimba Makmur Utama, Herwin menegaskan, karhutla adalah musuh bersama. Untuk itu pihaknya mengajak dan mendukung semua pihak bergotong royong mencegah kerusakan ekosistem hutan gambut akibat kebakaran hutan dan lahan.
Hal ini merupakan komitmen dan bagian dari pekerjaan mereka dalam rangka mengembalikan fungsi kawasan hutan sebagai penyangga ekosistem masyarakat.
Untuk menekan laju perubahan iklim dan deforestasi kawasan hutan, khususnya di Kecamatan Seranau, Pulau Hanaut dan Cempaga ini yang merupakan hutan rawa gambut maka kondisi ekosistem harus dijaga.
"Hutan rawa gambut adalah ekosistem yang sangat unik. Saat musim hujan menyerap air, sedangkan saat kemarau melepas air secara perlahan. Ekosistem ini harus kita jaga bersama," demikian Herwin.
Baca juga: Bupati Kotim: Pengunduran diri kepala desa tidak bisa dibatalkan
Baca juga: Diskominfo Kotim optimalkan kerja sama publikasi pembangunan
Baca juga: Petani Kotim diminta serap ilmu di Penas KTNA