Sekolah Penggerak di pelosok Kotim berharap dukungan fasilitas
Sampit (ANTARA) - Program Sekolah Penggerak sudah banyak dirasakan manfaatnya, termasuk di kawasan pelosok Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, seraya berharap dukungan bantuan fasilitas dari pemerintah pusat maupun daerah.
"Harapannya supaya dengan dijadikan Sekolah Penggerak, sekolah kami ini bisa meningkatkan sarana dan prasarana sekolah kami dan kualitas tenaga pendidikan ke arah yang lebih baik lagi," kata Kepala SDN 1 Tumbang Tilap, Fitriani di Sampit, Rabu.
SDN 1 Tumbang Tilap berlokasi di Desa Tumbang Tilap Kecamatan Bukit Santuai. Desa ini berjarak sekitar 139 kilometer dari Sampit Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur.
Sekolah ini berstatus sebagai Sekolah Penggerak. Pihak sekolah sangat bersemangat meski masih banyak keterbatasan yang mereka hadapi.
Sekolah-sekolah di pedalaman umumnya menghadapi permasalahan yang sama, seperti terbatasnya jaringan internet, listrik, serta peralatan yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar dan mengajar.
Menurutnya, banyak hal positif yang dirasakan setelah sekolahnya menyandang status Sekolah Penggerak. Tenaga pendidik bisa lebih kompeten dan lebih meningkat sehingga berdampak baik terhadap peserta didik karena dibantu dengan kompetensi tenaga pendidik tersebut.
"Peserta didik juga lebih terbuka dan senang mengikuti pola yang sekarang ini. Makanya kami menyarankan sekolah lagi juga berupaya menjadi Sekolah Penggerak," ujar Fitriani.
Baca juga: DPRD Kotim-Dishanpang Kalteng bersinergi upayakan penguatan cadangan pangan
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan, Muhammad Irfansyah mengatakan saat ini di Kotawaringin Timur ada 38 Sekolah Penggerak pada angkatan kedua dan enam Sekolah Penggerak angkatan ketiga. Angkatan dua sudah berjalan dua tahun sedangkan angkatan 3 baru mulai tahun ini.
Berdasarkan perencanaan dari Kemendikbudristek bahwa pada tahun ke empat nanti Sekolah Penggerak ini akan diserahkan pengelolaannya secara penuh ke daerah masing masing. Tentu ini menjadi "pekerjaan rumah" dan tantangan bagi Dinas Pendidikan pemangku kepentingan dan juga Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur secara umum.
"Keberadaan sekolah penggerak dan guru penggerak patut diapresiasi dan didukung secara penuh dalam rangka mengembangkan kompetensi kepala sekolah dan dewan guru dalam pengelolaan sekolah dan proses belajar mengajar di kelas," harap Irfansyah.
Dia menambahkan, ini semua tentu untuk kemajuan dunia pendidikan, khususnya di Kabupaten Kotawaringin Timur.
Program Sekolah Penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi yakni literasi dan numerasi serta karakter, diawali dengan sumber daya manusia yang unggul bagi kepala sekolah dan guru.
Program Sekolah Penggerak merupakan penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya. Program Sekolah Penggerak akan mengakselerasi sekolah negeri/swasta di seluruh kondisi sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. Program dilakukan bertahap dan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di Indonesia menjadi Program Sekolah Penggerak.
Baca juga: SDN 4 Ketapang olah bawang Dayak jadi minuman herbal
Baca juga: Disdamkarmat Kotim dukung sosialisasi bahaya kebakaran kepada peserta didik
Baca juga: Perlunya menyamakan persepsi penguatan transisi PAUD ke SD
"Harapannya supaya dengan dijadikan Sekolah Penggerak, sekolah kami ini bisa meningkatkan sarana dan prasarana sekolah kami dan kualitas tenaga pendidikan ke arah yang lebih baik lagi," kata Kepala SDN 1 Tumbang Tilap, Fitriani di Sampit, Rabu.
SDN 1 Tumbang Tilap berlokasi di Desa Tumbang Tilap Kecamatan Bukit Santuai. Desa ini berjarak sekitar 139 kilometer dari Sampit Ibu Kota Kabupaten Kotawaringin Timur.
Sekolah ini berstatus sebagai Sekolah Penggerak. Pihak sekolah sangat bersemangat meski masih banyak keterbatasan yang mereka hadapi.
Sekolah-sekolah di pedalaman umumnya menghadapi permasalahan yang sama, seperti terbatasnya jaringan internet, listrik, serta peralatan yang dibutuhkan untuk kelancaran proses belajar dan mengajar.
Menurutnya, banyak hal positif yang dirasakan setelah sekolahnya menyandang status Sekolah Penggerak. Tenaga pendidik bisa lebih kompeten dan lebih meningkat sehingga berdampak baik terhadap peserta didik karena dibantu dengan kompetensi tenaga pendidik tersebut.
"Peserta didik juga lebih terbuka dan senang mengikuti pola yang sekarang ini. Makanya kami menyarankan sekolah lagi juga berupaya menjadi Sekolah Penggerak," ujar Fitriani.
Baca juga: DPRD Kotim-Dishanpang Kalteng bersinergi upayakan penguatan cadangan pangan
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan, Muhammad Irfansyah mengatakan saat ini di Kotawaringin Timur ada 38 Sekolah Penggerak pada angkatan kedua dan enam Sekolah Penggerak angkatan ketiga. Angkatan dua sudah berjalan dua tahun sedangkan angkatan 3 baru mulai tahun ini.
Berdasarkan perencanaan dari Kemendikbudristek bahwa pada tahun ke empat nanti Sekolah Penggerak ini akan diserahkan pengelolaannya secara penuh ke daerah masing masing. Tentu ini menjadi "pekerjaan rumah" dan tantangan bagi Dinas Pendidikan pemangku kepentingan dan juga Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur secara umum.
"Keberadaan sekolah penggerak dan guru penggerak patut diapresiasi dan didukung secara penuh dalam rangka mengembangkan kompetensi kepala sekolah dan dewan guru dalam pengelolaan sekolah dan proses belajar mengajar di kelas," harap Irfansyah.
Dia menambahkan, ini semua tentu untuk kemajuan dunia pendidikan, khususnya di Kabupaten Kotawaringin Timur.
Program Sekolah Penggerak berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencakup kompetensi yakni literasi dan numerasi serta karakter, diawali dengan sumber daya manusia yang unggul bagi kepala sekolah dan guru.
Program Sekolah Penggerak merupakan penyempurnaan program transformasi sekolah sebelumnya. Program Sekolah Penggerak akan mengakselerasi sekolah negeri/swasta di seluruh kondisi sekolah untuk bergerak 1-2 tahap lebih maju. Program dilakukan bertahap dan terintegrasi dengan ekosistem hingga seluruh sekolah di Indonesia menjadi Program Sekolah Penggerak.
Baca juga: SDN 4 Ketapang olah bawang Dayak jadi minuman herbal
Baca juga: Disdamkarmat Kotim dukung sosialisasi bahaya kebakaran kepada peserta didik
Baca juga: Perlunya menyamakan persepsi penguatan transisi PAUD ke SD