IPB teliti teknik pemanasan kayu untuk bahan bangunan cegah pelapukan

id ipb university,ipb,teknik pemanasan kayu,cegah pelapukan,bogor

IPB teliti teknik pemanasan kayu untuk bahan bangunan cegah pelapukan

Ilustrasi - kayu yang lapuk dimakan oleh kumbang pengerat kulit kayu. (pixabay.com/Didgeman)

Kota Bogor (ANTARA) - Institut pertanian Bogor (IPB) University meneliti teknik pemanasan kayu untuk bahan bangunan dengan suhu tingkat tinggi di atas 100 derajat Celsius untuk menjaga ketahanan dan mencegah pelapukan akibat jamur.

Guru Besar Tetap Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University Trisna Priadi di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin, memaparkan teknik pemanasan kayu tersebut merupakan modifikasi termal dalam peningkatan mutu kayu cepat tumbuh.

"Secara alami, kayu yang langsung digunakan untuk bangunan akan cepat lapuk oleh jamur. Oleh karena itu hasil penelitian menunjukkan pemanasan pada kayu dapat dilakukan untuk menurunkan kadar basah sehingga tidak mudah kena jamur," jelasnya.

Profesor Trisna menjelaskan bahwa kadar kebasahan kayu menjadi faktor timbulnya jamur pada kayu sehingga pelapukan terjadi.

Biodeteriorasi hasil hutan seperti kayu, kata dia, adalah semua proses dan akibat yang menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas hasil hutan yang diakibatkan oleh faktor-faktor biologis perusak kayu seperti serangga, jamur dan binatang laut.

Trisna menerangkan bahwa kayu merupakan bahan alami yang dapat diperbaharui, energi pengolahannya rendah, multiguna dan tampilannya estetik.

Namun, kayu juga menjadi target serangan organisme perusak karena merupakan sumber makanan dan atau tempat tinggal bagi organisme tersebut.

Apalagi peningkatan produktivitas kayu dari hutan tanaman umumnya dari jenis cepat tumbuh, banyak mengandung kayu muda, bermasalah dalam stabilitas dimensi dan ketahanannya dari organisme perusak.

Tingginya risiko biodeteriorasi kayu pada bangunan di Indonesia juga didukung dengan iklim tropis yang hangat, lembab dan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun.

Hasil survei membuktikan bahwa biodeteriorasi terjadi pada sebagian besar lebih dari 80 persen bangunan rumah di Bogor, Lembang, Serang dan Jakarta.

Jamur pelapuk banyak menyerang komponen bangunan yang sering terbasahi, sedangkan rayap dapat menyerang kayu kering maupun basah.

Hasil uji lapang tanpa menyentuh tanah selama 45 hari mengungkapkan bahwa kayu sengon, mahoni, mangium dan nangka mengalami penurunan berat jenis yang signifikan oleh serangan jamur.

Jamur pelapuk Ganoderma applanatum ditemukan banyak menyerang komponen bangunan dan mampu mendegradasi kayu lebih cepat daripada jamur Schizophyllum commune.

Keduanya merupakan jamur pelapuk putih yang menyebabkan pelapukan simultan sehingga terbentuk rongga-rongga di dalam kayu, menurunkan BJ dan kekuatannyanya.

"Oleh karena itu serangan jamur pelapuk pada komponen bangunan harus segera diatasi demi keselamatan penghuninya dan mencegah kerugian yang semakin besar," katanya.