Medical General Manager PT Kalbe Farma Tbk. dr. Dedyanto Henky Saputra, M.Gizi, AIFO-K, dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Jumat mengatakan jika protein cukup maka daya tahan terhadap aktivitas (endurance) untuk tubuh akan baik dan dapat meningkatkan kekuatan dan kecepatan olahraga.
Selain itu, protein juga bermanfaat dalam proses recovery (pemulihan) sehingga dapat membangun massa otot yang lebih optimal.
“Perlu diketahui, pada saat berolahraga, banyak sekali sel-sel otot kita yang rusak. Saat sel-sel otot tersebut rusak, maka tubuh kita perlu proses recovery, dan recovery tersebut bisa didapat dari makanan tinggi protein. Makanan sumber protein bisa kita dapatkan dengan mengonsumsi telur, ikan, unggas, daging, keju serta olahannya dan susu,” kata Dedyanto.
Baca juga: Kenali 11 tanda umum saat tubuh kekurangan protein
Baca juga: Kenali 11 tanda umum saat tubuh kekurangan protein
Asupan tinggi protein umumnya tidak akan menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam kadar testosteron, hormon maskulinitas pada manusia. Maskulinitas biasanya terjadi karena penyalahgunaan terapi hormon testoteron, bukan karena asupan protein dan olahraga.
“Otot tidak semudah itu terbentuk hanya dengan mengonsumsi susu tinggi protein tanpa adanya konsistensi, latihan dan pengorbanan. Wanita dan pria memiliki kadar testosteron yang berbeda dan body shaping (bentuk tubuh) itu terbentuk dengan meningkatkan massa otot dan menurunkan masa lemak,” ujar Dedyanto.
Baca juga: Berikut 10 manfaat konsumsi protein
Baca juga: Berikut 10 manfaat konsumsi protein
Dia menyarankan konsumsi protein sebaiknya sesuai dengan kebutuhan. Saat berolahraga secara rutin maka kebutuhan asupan protein akan meningkat, sebaliknya mengonsumsi protein secara berlebih tanpa disertai olahraga rutin tidak akan menghasilkan perkembangan otot yang optimal.
Kelebihan protein berpotensi untuk diubah menjadi lemak tubuh. Salah satu sumber protein adalah whey dan kasein.
Protein dari whey cepat dicerna tubuh, sementara protein kasein diserap tubuh lebih lambat sehingga bisa menjadi pasokan protein berkelanjutan bagi tubuh.
Protein dari whey cepat dicerna tubuh, sementara protein kasein diserap tubuh lebih lambat sehingga bisa menjadi pasokan protein berkelanjutan bagi tubuh.