Petani di Sampit siap pasok jagung untuk perayaan tahun baru

id Petani di Sampit siap pasok jagung untuk perayaan tahun baru, kalteng, Sampit, kotim, Kotawaringin Timur, Nataru

Petani di Sampit siap pasok jagung untuk perayaan tahun baru

Suasana lahan pertanian jagung di Jalan Teratai IV, Sampit, Senin (20/11/2023). ANTARA/Devita Maulina.

Sampit (ANTARA) - Sejumlah petani di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mulai menanam jagung untuk menyambut tahun baru, karena biasanya permintaan jagung meningkat pada malam pergantian tahun. 

"Saya sudah mulai tanam sejak pertengahan Oktober lalu, karena untuk masa tanam jagung ini butuh waktu sekitar 70 hari sebelum bisa dipanen," kata salah seorang petani jagung Abdurohim, di Sampit, Senin. 

Malam pergantian tahun merupakan salah satu momen perayaan yang ditunggu masyarakat. Tidak hanya itu, momentum itu secara tidak langsung juga berdampak pada petani jagung. 

Biasanya, jagung menjadi komoditas yang paling diminati masyarakat sebagai hidangan saat perayaan pergantian tahun. 

Biasanya pada momentum tahun baru para petani jagung bisa meraup keuntungan dua hingga tiga kali lipat dibanding hari biasa. Sehingga, momentum ini seolah menjadi peluang musiman bagi para petani jagung. 

Baca juga: Pemkab Kotim apresiasi perusahaan bantu masyarakat sekitar pelabuhan

"Hasilnya lumayan, kalau hari biasa jagung dijual dengan harga Rp10 ribu per kilogram, ketika tahun baru harganya bisa dijual Rp3 ribu hingga Rp5 ribu per biji," tuturnya. 

Kendati demikian, menurutnya potensi berjualan jagung pada momentum tahun baru semakin tahun semakin menurun. Diduga itu karena banyak petani jagung dadakan yang bermunculan. 

Hal ini pun dibenarkan oleh petani lainnya, Zakir mengatakan jika banyak petani yang menanam jagung pada waktu bersamaan, maka dapat menyebabkan hasil panen banjir. 

"Sudah jadi hukum pasar lah, kalau barangnya melimpah harganya bakal turun," demikian Zakir.

Oleh sebab itu, mereka memilih untuk membatasi jumlah penanaman jagung, demi menghindari kerugian. Sedangkan, sisa lahan ditanami sayuran lainnya seperti sawi, selada, dan lain-lain agar tetap produktif. 

Baca juga: Perekaman KTP di Kotim hampir 100 persen

Baca juga: Tujuh Atlet PSHT Kotim raih medali di Gubernur Cup Pencak Silat se-Kalteng

Baca juga: Anak SD dominasi kasus DBD hingga 43 persen, begini penjelasan Dinkes