Anak SD dominasi kasus DBD hingga 43 persen, begini penjelasan Dinkes

id pemkab kotim, dbd didominasi anak sd, dbd kotim meningkat, kasus demam berdarah, sampit, kotim, kotawaringin timur

Anak SD dominasi kasus DBD hingga 43 persen, begini penjelasan Dinkes

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur Umar Kaderi. (ANTARA/Devita Maulina)

Sampit (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mencatat sekitar 43 persen kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di wilayah tersebut diderita anak Sekolah Dasar (SD), atau 189 dari 441 kasus.

“Memang saat ini ada peningkatan kasus DBD, dari Januari hingga November ini sudah ada 441 kasus yang didominasi anak SD,” kata Kepala Dinkes Kotim Umar Kaderi di Sampit, Minggu.

Lebih jelasnya, pengelompokan jumlah kasus DBD berdasarkan jenjang pendidikan antara lain, belum sekolah 59, TK 51, SD 189, SMP 54, SMA 33, dan yang sudah lulus 55 kasus. Dari data tersebut terlihat jelas perbandingkan kasus DBD yang didominasi pelajar SD.

Umar menjelaskan, berdasarkan survei timnya di lapangan, di sekolah banyak terdapat tempat-tempat yang bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti yang dapat menularkan virus DBD. 

Seperti pot bunga dan kaleng bekas yang dapat tergenangi air saat musim hujan, hingga tempat penampungan tumpahan air pada dispenser yang jarang dibersihkan. Selain itu, bak air di toilet yang jarang dibersihkan juga dapat menjadi tempat kembang biak nyamuk.

“Nyamuk itu biasanya berkembang biak di air yang jernih dan tidak mengalir. Hasil survei kami, di lingkungan SD itu bak mandinya jarang dikuras dan juga terdapat banyak pot bunga yang bisa digenangi air saat musim hujan,” ujarnya.

Baca juga: UMKM di Kotim diminta jeli melihat berbagai peluang melalui medsos

Oleh sebab itulah, pihaknya menjadikan sekolah sebagai sasaran pelaksanaan PSN atau pemberantasan sarang nyamuk, guna menekan penularan penyakit DBD terhadap anak-anak.

Namun, pihaknya berharap gerakan PSN ini tidak hanya dilakukan oleh Dinkes, tapi juga pihak sekolah dan masyarakat pada umumnya agar hasilnya lebih optimal. 

Pihaknya juga tetap melakukan fogging atau pengasapan di lokasi yang terindikasi ada penderita DBD, tapi fogging ini hanya bisa membasmi nyamuk dewasa tidak dengan jentik nyamuk, sehingga untuk hasil yang lebih baik adalah melalui PSN.

Umar menambahkan, selain itu Dinkes juga berupaya meningkatkan kesadaran para pelajar akan potensi tertular DBD dan dampaknya dengan menggelar lomba membuat video pendek terkait penyuluhan DBD yang ditujukan untuk anak-anak SD dan SMP.

“Karena media sosial itu semacam primadona untuk anak-anak zaman sekarang, jadi video itu selanjutnya kami unggah ke media sosial supaya ditonton mereka,” jelasnya.

Tak hanya bagi pihak sekolah, ia juga mengimbau para orang tua untuk menjaga kebersihan lingkungan, baik di dalam maupun luar rumah, dengan melakukan 3M Plus demi melindungi orang-orang yang disayangi dari penularan DBD.

3M Plus tersebut adalah menguras dan menyikat, menutup tempat penampungan air, memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas, plus mencegah gigitan dan perkembang biakan nyamuk.

Baca juga: Beras picu inflasi di Sampit, Dishanpang Kalteng dorong optimalisasi beras SPHP

Baca juga: Bupati Kotim akui prihatin peningkatan kasus DBD didominasi anak-anak

Baca juga: Dinkes Kotim catat sudah 441 kasus DBD sepanjang 2023