Buaya sering muncul di Sungai Mentaya, BKSDA ingatkan warga tingkatkan kewaspadaan

id Buaya sering muncul diSungai Mentaya, BKSDA ingatkan warga tingkatkan kewaspadaan, kalteng, Sampit, kotim, Kotawaringin Timur, bksda kotim, buaya, me

Buaya sering muncul di Sungai Mentaya, BKSDA ingatkan warga tingkatkan kewaspadaan

Komandan BKSDA Pos Jaga Sampit Muriansyah dibantu anggota Polairud dan warga memasang spanduk imbauan terkait kemunculan buaya di Kelurahan Mentaya Seberang, Kecamatan Seranau, Kamis (28/12/2023). ANTARA/Devita Maulina

Sampit (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah Wilayah Kerja II Pos Jaga Sampit mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan, terkait semakin seringnya kemunculan buaya muara di perairan Sungai Mentaya, kawasan Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur.

“Hari ini kami memasak spanduk imbauan. Ini merupakan tindak lanjut dari atau kegiatan rutin kami untuk pemasangan spanduk imbauan di daerah rawan serangan atau kemunculan buaya,” kata Komandan BKSDA Pos Jaga Sampit, Muriansyah, Kamis.

Dalam giat tersebut Muriansyah dibantu petugas Ditpolair dan disaksikan pemerintah kelurahan setempat. Sebanyak tiga spanduk imbauan disebar di wilayah Kelurahan Mentaya Seberang, Kecamatan Seranau.

Pemasangan spanduk imbauan itu merupakan tindak lanjut dari laporan warga terkait kemunculan Seekor buaya muara di tengah sungai mentaya yang tak jauh dari Kelurahan Mentaya Seberang.

Kemunculan buaya diperkirakan berukuran lima meter itu terekam oleh kamera warga yang kemudian diunggah. Unggahan itu viral di media sosial, sehingga membuat warga pun resah, khawatir hewan buas tersebut akan menyerang manusia.

Muriansyah tidak bisa memastikan sesuatu yang tampak dalam video tersebut benar-benar seekor buaya atau benda lainnya seperti batang pohon yang hanyut. Namun, pihaknya tetap mengambil langkah antisipasi terjadinya konflik antara manusia dan buaya dengan cara memasang spanduk imbauan di sekitar lokasi.

“Dalam video yang terakhir sosok buaya itu tidak terlihat jelas Karena posisinya agak jauh, berada di tengah Sungai Mentaya, tapi keterangan dari warga yang merekam bahwa itu memang buaya sehingga kami lebih mengutamakan antisipasi agar jangan sampai ada serangan yang terjadi,” tuturnya.

Muriansyah menambahkan, laporan kemunculan buaya di sekitar perairan Sungai Mentaya, kawasan Kota Sampit, sudah lima kali mereka terima. Tetapi, ia tidak bisa memastikan buaya yang dilaporkan tersebut merupakan buaya yang sama atau bukan.

Baca juga: Bupati Kotim ajak Gapki rumuskan solusi permasalahan perkebunan kelapa sawit

Beberapa poin yang tertuang dalam spanduk imbauan yang ia pasang antara lain imbauan untuk lebih berhati-hati ketika beraktivitas di sungai, terutama pada malam hari.

Selanjutnya, meminta warga untuk tidak membuang bangkai binatang dan sampah rumah tangga ke sungai. Warga juga diminta untuk tidak memelihara ternak di atas atau tepi sungai, seperti ayam, bebek, dan lainnya.

Warga diminta untuk tidak menangkap ikan dengan cara ilegal, seperti diracun atau disetrum, karena dapat merusak ekosistem di sungai hingga merusak habitat makhluk hidup di dalamnya.

Ia menduga, kemunculan buaya di sekitar perairan permukiman karena masih ada warga yang melakukan tindakan di atas, sehingga selain pemasangan spanduk imbauan ia juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat.

Sementara itu, salah seorang warga bernama Ahmad Novian Safari membenarkan bahwa video yang beredar di media sosial belum lama ini menunjukkan seekor buaya yang sedang berenang.

Sebagai warga setempat, ia mengaku sering melihat kemunculan buaya, terutama ketika air surut karena buaya akan bersantai di tepi sungai yang mengering.

“Apalagi kalau malam dan air surut buaya itu sering terlihat melintang di tepi sungai. Pernah saya mancing ikan malam-malam, pas mengarahkan senter ke tepi sungai kelihatan pantulan mata buaya itu,” kisahnya.

Ahmad pun mengaku waswas dengan keberadaan hewan yang terkenal buas tersebut terlebih ia memiliki anak yang masih kecil dan takut buaya itu akan menyerang anak maupun keluarga lainnya saat beraktivitas di sungai.

Walaupun, ia menyadari kemunculan buaya di perairan permukiman ini imbas dari rusak dan berkurangnya habitat alami satwa tersebut yang membawa untuk mencari tempat baru guna melanjutkan hidup.

Demi menghindari hal-hal yang tak diinginkan, ia dan keluarganya sebisa mungkin mengurangi aktivitas di sungai, terutama saat kondisi gelap.

Baca juga: KPPN Sampit sebut kondisi perekonomian daerah terus membaik

Baca juga: Diperkirakan 5.000 wisatawan kunjungi Pantai Ujung Pandaran saat pergantian tahun

Baca juga: Pemkab Kotim targetkan pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 4,24 persen