Menurut laporan The New York Post pada Senin (22/4) yang mengutip data NHS itu, jumlah perawatan rumah sakit akibat gangguan vape, termasuk anak dan orang dewasa, naik 276 persen sejak 2020
Pada 2023, terdapat 50 pasien anak rawat inap, termasuk 11 anak berusia di bawah empat tahun, katanya.
Baca juga: Vape dinilai tidak benar-benar membuat seseorang berhenti merokok
Pada laporan tersebut tidak ditemukan anak prasekolah yang dirawat di rumah sakit akibat rokok elektrik selama 2020 dan hanya enam remaja yang membutuhkan bantuan medis.
Anak-anak yang mengalami gangguan akibat vape hanya berjumlah 6 persen dari total pasien selama periode tersebut, menurut laporan. Namun, sekitar 14 persen dari 365 pasien rawat inap adalah mereka yang berusia di bawah 19 tahun.
Data statistik menunjukkan pada 2020 sebanyak 19 dari 97 pasien rawat inap adalah anak-anak dan pada 2021 ada 19 anak dari 300 pasien rawat inap.
Baca juga: Berikut tiga bahan berbahaya rokok elektrik dan efek buruk pada kesehatan
Selanjutnya pada 2022 terjadi peningkatan menjadi 457 pasien, termasuk lima anak dan pada 2023 tercatat 50 anak dirawat di rumah sakit dari 365 pasien.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa pasien perempuan akibat vape kini lebih banyak dirawat di rumah sakit, naik 57 persen dibanding pada 2023 dan 46 persen pada 2020.
Sumber: Sputnik
Baca juga: WHO minta negara-negara melarang rokok dan vape di sekolah
Baca juga: Produk tembakau alternatif bantu kurangi kebiasaan merokok
Baca juga: Rokok elektrik berdampak buruk untuk kesuburan?