MilkLife Soccer Challenge dinilai bangun sepak bola putri dari bawah

id MilkLife Soccer Challenge,timnas putri indonesia,turnamen ,sepak bola putri

MilkLife Soccer Challenge dinilai bangun sepak bola putri dari bawah

Pelatih Kepala MilkLife Soccer Challenge Timo Scheunemann memberikan kepada awak media usai laga puncak turnamen MilkLife Soccer Challenge di Kingkong Soccer Arena, Cijantung, Jakarta, Selasa (28/5/2024). (ANTARA/Aloysius Lewokeda)

Jakarta (ANTARA) - Pelatih Kepala MilkLife Soccer Challenge Timo Scheunemann mengatakan kehadiran turnamen sepak bola putri MilkLife Soccer Challenge bertujuan membangun sepak bola putri Indonesia mulai dari tingkat paling bawah.


"Kami ingin sepak bola putri kita luar biasa. Oleh karena itu turnamen ini betul-betul membangun dari paling bawah, di level sekolah dasar. Tujuan kita mereka paham bagaimana cara bermain bola," ujar pelatih yang akrab disapa Coach Timo itu kepada awak media usai laga puncak turnamen MilkLife Soccer Challenge di Kingkong Soccer Arena, Cijantung, Jakarta, Selasa.

Turnamen yang berlangsung pada 25-28 Mei itu diikuti 368 siswi dari 21 sekolah dasar di Jakarta dan Depok untuk dua kategori usia 10 tahun dan 12 tahun.

MilkLife Soccer Challenge seri pertama di Jakarta merupakan kelanjutan dari turnamen sebelumnya di Kudus, Jawa Tengah, sebanyak empat seri sejak 2023 hingga Maret tahun ini, serta di Surabaya, Jawa Timur, pada awal Mei yang diselenggarakan perusahaan Djarum Foundation dan Milk Life.

Timo mengatakan, pihaknya selaku bagian dari penyelenggara memilih sasaran turnamen bagi siswi sekolah dasar agar memperbanyak generasi pemain sepak bola putri.

"Kami tidak memilih turnamen antar Sekolah Sepak Bola (SSB) dulu. Karena kalau antar SSB pemainnya dari mana. Nah ini kita menyediakan dari SD. Selanjutnya, bisa saja digelar turnamen antar SSB, namun yang terpenting ada pemainnya" ujarnya.

Coach Timo yang juga pernah melatih timnas wanita Indonesia pada 2008 mengatakan, menginginkan para pemain sepak bola putri jebolan dari turnamen selanjutnya bisa masuk ke SSB.

"Kami ingin pemain ini seperti putra yang masing-masing mencari SSB lalu kembali memperkuat sekolahnya," ujarnya.



Timo mengatakan, melibatkan anak-anak perempuan untuk mengikuti turnamen tersebut merupakan hal yang tidak mudah karena adanya cara pandang di masyarakat yang menganggap perempuan tidak pantas bermain sepak bola.

Oleh sebab itu, ia mengapresiasi usaha keras para guru yang menjadi pelatih, pihak sekolah, serta orang tua siswi yang bisa membawa anak-anak mereka ikut dalam turnamen tersebut.

"Jadi ini tantangan bagi kami semua. Kita benar-benar mulai dari bawah dan ini paling berat kerja seperti begini," ujarnya.

Timo berharap, semua pihak turut membantu membangun ekosistem sepak bola putri dengan mendorong anak-anak mereka yang mencintai sepak bola untuk ikut bermain.

"Kalau anak-anak sporty, atletis, dan suka bola, tolong didukung agar dia mulai bermain bola," ujarnya.