Kotim turut gencar bergerak mengakhiri TBC di Indonesia

id Kotim turut gencar bergerak mengakhiri TBC di Indonesia, kalteng, Sampit, kotim, Kotawaringin Timur, kesehatan, penabulu

Kotim turut gencar bergerak mengakhiri TBC di Indonesia

Kader dan mitra menggelar berbagai kegiatan sebagai realisasi program “Komunitas Bergerak, Akhiri TBC di Indonesia” di Sampit. ANTARA/HO-Dokumentasi Penabulu

Sampit (ANTARA) - Segenap elemen di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah terus gencar berjuang bersama-sama untuk mengakhiri penyakit tuberkulosis atau TBC di Indonesia melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan.

"Ini sesuai tema “Komunitas Bergerak, Akhiri TBC di Indonesia” agar informasi terkait TBC dapat terdistribusi secara luas dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan untuk mencegah TBC," kata Staf Program TB STPI-Penabulu, Nana Handayana di Sampit, Minggu.

PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI adalah Principal Recipient (PR) Komunitas TBC, berdampingan dengan PR Kementerian Kesehatan dan Program Nasional Penanggulangan TBC yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML).

Gerakan untuk mengakhiri TBC di Kotawaringin Timur di antaranya dengan mengadakan skrining TB pada Balita di posyandu-posyandu. Gerakan ini sudah dimulai sejak April hingga sekarang. 

Dalam kegiatan ini, kader mendata dan melakukan skrining kesehatan balita. Melalui langkah ini balita yang memiliki gejala atau serumah dengan pasien TB akan dikordinasikan ke Pengelola TB Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan TB. 

Tujuan kegiatan ini adalah menemukan kasus TBC pada anak, meningkatkan pemberian terapi pencegahan TBC bagi kontak serumah.

Komunitas Bergerak juga menyebarluaskan informasi dan meningkatkan pengetahuan tentang TBC kepada seluruh lapisan masyarakat. Hal ini bertujuan agar masyarakat mengetahui tentang pencegahan, penularan, pemeriksaan, dan pengobatan TBC yang berkualitas.

Komunitas juga berupaya meningkatkan kepedulian dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya deteksi dini TBC pada kontak serumah dan kontak erat pasien TBC sebagai kelompok yang berisiko tinggi.
    
"Kegiatan lainnya yang dilakukan pada Hari TB Sedunia adalah penyuluhan di komunitas-komunitas di wilayah Kecamatan Baamang, Mentawa Baru Ketapang, Mentaya Hilir Utara, dan Mentaya," kata Nana.

Baca juga: Nasib caleg terpilih tersangkut pidana tunggu putusan hukum tetap

Tema nasional peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) tahun 2024 yaitu GIAT yang artinya Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis. Tema ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang permasalahan TBC melalui peningkatan peran serta semua pihak dan ajakan seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung penanggulangan TBC.

Melalui referensi tersebut, PR Konsorsium Komunitas Penabulu-STPI sangat menekankan urgensi bertindak mencegah dan meningkatkan kesadaran masyarakat dan seluruh pemangku terkait pentingnya deteksi dini dan pemeriksaan TBC dengan mengusung.

Sementara itu, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), TBC atau tuberkulosis merupakan penyakit menular pembunuh nomor dua di dunia, setelah COVID-19. 

Penyakit ini juga merupakan pembunuh utama orang dengan HIV dan penyebab utama kematian terkait resistensi antimikroba. 

Situasi penyakit tuberkulosis di seluruh dunia masih menjadi tantangan kesehatan global yang serius. Meskipun telah ada kemajuan signifikan dalam penanggulangan penyakit ini, namun jumlah kasus baru yang terjadi setiap tahunnya terbilang tinggi. 

Indonesia sendiri menempati peringkat kedua sebagai negara dengan jumlah pasien TBC tertinggi di dunia, setelah India. Pada 2023 lalu, Pemerintah Indonesia mencatat kasus TBC tertinggi sepanjang sejarah

Berkaitan dengan kasus TBC, situasi TBC Anak di Indonesia juga terbilang mengkhawatirkan. Anak anak merupakan kelompok yang rentan terinfeksi TBC. Terlebih, bentuk penanganan penyakit TBC pada anak memerlukan pendekatan khusus dan sensitif. 

Masalah ini menjadi lebih kompleks dengan adanya faktor-faktor seperti akses terhadap pelayanan kesehatan yang terbatas, kurangnya kesadaran akan pentingnya deteksi dini, dan tantangan dalam pengobatan. 

Anak-anak adalah aset masa depan bangsa. Oleh karena itu, menjaga kesehatan anak dari TBC adalah investasi yang sangat penting bagi kemajuan bangsa.

Baca juga: Ribuan warga hadiri peluncuran Pilkada Kotim 2024

Baca juga: Polda Kalteng jelaskan kronologis satu orang meninggal saat penindakan di Kotim

Baca juga: BMKG prediksi wilayah utara Kotim diliputi musim hujan sepanjang tahun